INDONEWS.ID

  • Kamis, 16/04/2020 11:01 WIB
  • Merdeka Mengajar dari Rumah

  • Oleh :
    • luska
Merdeka Mengajar dari Rumah
Dr.H.Abustan,SH,MH.

Oleh : Dr.H.Abustan,SH,MH
Pengajar Ilmu Hukum di Universitas Islam Jakarta 

MENGAPA manusia mesti belajar ?. Sejarah menggambarkan upaya manusia untuk menyadari realitas diri dan komunitasnya serta untuk bertumbu kembang dalam relasinya dengan lingkungan alam dan sesamanya yang saling membutuhkan sebagai satu kesatuan .

Sayangnya dalam perkembangannya, sistem ini terus menambah mekanisme pengaturan yang semula bertujuan baik, tetapi kemudian justru makin membelenggu kemerdekaan manusia untuk belajar. Dengan makin banyaknya aturan yang memberi pembatasan berkembangnya kreatifitas dan inovasi. Hal ini tentu kontradiktif dengan  hakekat keberadaan kampus, karena kampus idealnya haruslah merdeka .

Pertanyaan dasarnya adalah untuk apa manusua belajar ?. Secara esensial, manusia belajar untuk menjadi bahagia dan untuk mengetahui sesuatu serta membawa kebahagiaan bagi manusia lain. Bahwa kemudian ada variasi interpretasi dan reduksi makna kebahagiaan itu sendiri .

Dalam perjalanannya mencapai satu versi kebahagiaan, manusia justru bisa menciptakan lembah kebekuan (kegelapan) bagi manusia lain dalam spektrum yang paling primitif,  seperti dalam perang dan penindasan manusia lain sampai dengan yang paling canggih melalui terobosan-terobosan teknologi, sebagai manifestasi kemutakhiran pendidikan di ranah moderen .

Pendidikan kontemporer di banyak negara saat ini berlomba-lomba memacu anak didik untuk menjadi manusia unggul dalam bidang sains, teknologi, dan enginering. Dalam rangka realisasi ambisi manusia untuk menjadi unggul (berkualitas) menguasai dunia, dan menaklukkan alam semesta .

Ketika laju kompetisi ambisi manusia untuk mengunggulkan dirinya melalui ilmu pengetahuan tidak bisa lagi dihentikan, pe ndidikan bisa mengjak anak generasi muda untuk terus mengisi kebermaknaan hidup atau hal-hal positif dinamika kehidupan, agar umat manusia tidak terjerumus ke dalam lembah "keterasingan" hidupnya yang terus membutuhkan aktualisasi-aktualisasi diri ke depan .

Pada titik inilah, kebahagiaan terletak pada penggunaan kebebasan yang memerdekakan manusia dari dirinya sendiri dan membawa berkah bagi manusia lain. Dalam konteks ini, kemerdekaan bukan saja instrumen penciptaan  kebahagiaan semata-mata bagi dirinya sebagai pribadi, tetapi juga memberi implikasi kepada lingkungannya atau komunitas tempat berintetaksi .

Pendidikan seyogyanya memang membawa manusia merefleksikan kebermaknaan hidup dari keutuhannya sebagai mahluk ber-Tuhan dan bermasyarakat sebagai fokus pendidikan dalam mengisi spektrum kemanusiaan antara titik nadir dan titik mulianya dalam hakekat fitra kemanusiaannya. Maka, teknologi dalam kaitan ini, memberi kontribusi besar dalam mempercepat /mempermudah manusia mengaplikasikan ilmu pengetahuan melalui sarana pemdidikan .

Itulah sebabnya, peran teknologi dalam dunia pendidikan seperti mengtransformasikan ilmu pengetahuan tak perlu lagi harus bertemu langsung (bertatap muka) atau berdiri di depan kelas mengajar. Dalam kondisi seperti sekarang, di tengah penyebaran virus corona maka proses belajar -mengajar tidak perlu berhenti atau diberhentikan. Akan tetapi, tetap berlanjut (berjalan) dengan cara mengubah pola  intetaksi antara mahasiswa dengan dosen. Itu yang saya lakukan dalam transfer ilmu ke mahasiswa akhir-akhir ini. Baik menyampaikan materi kuliah, pendalaman (diskusi), pelaksanaan ujian, sampai pada jawaban mahasiswa semua melalui sistem on line dengan proses daring via WA 

Intinya, perjumpaan di dunia nyata menjadi pertemuan di ruang maya. Perubahaan ini menjadi sejarah baru di era sekarang dunia pendidikan tinggi, karena memberi pengalaman tersendiri di tengah menyebarnya virus corona. Namun dibalik itu, ada pengakuan menarik juga dari mahasiswa bahwa dengan cara penyampaian materi yang saya rekam dari pertanyaan - pertanyaan mahasiswa melalui ketikan WA . Menurut mereka (para mahasiswa ) malah jadi lebih faham materi yang disampaikan, karena pada waktu makan dan mau tidur mereka selalu dengar rekaman materi yang disampaikan. Malah menurutnya bahwa lebih efektif dari pada kuliah langsung .

Namun, terlepas dari dinamika itu semuanya. Dalam kontemplasi seperti sekarang ini baru menyadari bahwa menjadi akademisi tidaklah gampang, tetapi harus punya waktu : menulis, membaca, menganalisa, meneliti hingga pengabdian masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan yang menjadi tuntutan kewajiban Tri Dharma Perguruan Tinggi. Karena itu, dalam menjalankan pekerjaan prinsifnya adalah tetap harus menjaga integritas dan profesionalitas dalam melakoninya dari rumah. Sebab barometer yang menjadi ukuran penilaian hanya satu yaitu menanggung tanggung jawab. Apakah itu bentuknya mengajar langsung di kampus atau jarak jauh dari rumah .

Dalam kontek ini yang perlu pula dipahami, kita dituntut disiplin mengelola diri sendiri. Dengan tetap tepat waktu (on time) mengerjakan /menyelesaikan tugas-tugas yang di amanatkan. Meskipun perkuliahan melalui WFH (work from home) akan tetapi senantiasa selalu siap memaksimalkan waktu yang ada. Dakam istilah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim : harus siap memasuki era baru pendidikan kita.

Akhirnya, bekerja di rumah memang mendatangkan tantangan yang berbeda bagi setiap orang. Namun, di tengah terpaan krisis dan ancaman pandemi itulah , integritas diuji. Mari bekerja di rumah sembari tetap menjaga produktifitas dan memelihara optimisme .

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Jelang Musim Haji, MERS CoV di Arab Saudi Perlu Diwaspadai
PJ Bupati Maybrat Pantau Ujian Nasional 3 SD Terdalam di Aifat Utara
PNM Sosialisasikan Program Mekaar Pada Tokoh Masyarakat dan Pemuka Agama Serang
Pj Bupati Maybrat Hadiri Rapat Persiapan Penilaian Akreditasi Delapan Puskesmas
Peringatan Hari Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura ke-207
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas