Jakarta, INDONEWS.ID - Politeknik STIA LAN Jakarta berkerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Korea Research Institute for Local Administration (KRILA) menyelenggarakan “International Web-Conference” bertajuk “Learning from Covid-19 Experiences in The Asia Pacific Region: State and Society’s Perspective” pada hari Sabtu, 27 Juni 2020.
Konferensi Internasional berbasis daring
ini bertujuan untuk mempelajari pengalaman negara-negara Asia dalam menghadapi pandemi
Covid-19. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan merupakan bentuk komitmen sinergitas antara
pendidikan tinggi dan pemerintah dari negara-negara di Asia dalam peningkatan literasi
masyarakat tentang persoalan Covid-19.
Konferensi akan dibuka langsung oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi
(Menpan-RB) RI, Tjahjo Kumolo, SH,. Pemateri yang hadir merupakan akademisi dan praktisi
internasional yaitu, Dr. Young Hoon Ahn mewakili Korea Research Institute for Local
Administration (KRILA), Dr. Shahbaz Hossein, Ministry of Rural Development Iran, Dr. Eva Tuzon,
Ministry of Agrarian Reform Philippines, Dr. Durga Paudyal, Former Director of CIRDAP Nepal,
Dr. Somporn Hanpongpand, FAO Consultant and Former Director of CIRDAP Thailand, Prof. Dr.
Nurliah Nurdin, Director of The NIPA-School of Administration, dan dimoderasi oleh Dr. Cecep
Efendi, University of Muhammadiyah Jakarta.
Substansi yang akan diulas dalam konferensi meliputi pengalaman dan kebijakan masing-masing
negara dalam menghadapi krisis kesehatan global dan resesi ekonomi yang tengah dihadapi oleh
seluruh negara. Dalam menyikapi pandemi, negara-negara di Asia telah mengatur strategi dan
fokus setidaknya pada tiga ruang lingkup kritis untuk bertindak. Ruang lingkup pertama, yaitu
Penguatan Regulasi dan Kelembagaan. Tidak ada negara yang benar-benar siap dengan
bencana ini.
Dalam keadaan demikian, hampir semua negara sejak awal telah fokus pada upaya penguatan regulasi kebencanaan nasional, termasuk penyusunan protokol penanganan Covid-19. Kedua, Integrasi Penanganan Darurat Kesehatan. Ketiga, Fokus pada Dampak Sosial, Respon Ekonomi, dan Sustainable Recovery Pemerintah dan seluruh stakeholders harus memahami betul disaster governance, bahwa, adaptive risk governance is about coping with complexity, uncertainty, and ambiguity.
Safety nets bagi kelompok rentan harus didukung oleh kebijakan jaminan sosial, ekonomi dan kesehatan yang jelas, melibatkan semua sektor, dan dapat dipastikan berlaku secara berkelanjutan.
Konferensi ini dapat dinilai sebagai langkah kolaboratif yang penting.
Harapannya, melalui knowledge sharing, kerjasama dapat lebih terjalin, literasi publik meningkat sehingga masyarakat bisa lebih waspada.