INDONEWS.ID

  • Sabtu, 15/08/2020 15:45 WIB
  • Saring Sebelum Sharing Informasi Melalui Ruang Digital Lawan COVID-19

  • Oleh :
    • very
Saring Sebelum Sharing Informasi Melalui Ruang Digital Lawan COVID-19
Diskusi di Media Center Satuan Tugas Nasional, Jakarta, Sabtu (15/8). (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Literasi informasi dan media digital perlu dipelajari dan dipahami oleh masyarakat guna mewaspadai hoaks yang beredar di tengah pandemi COVID-19. Informasi-informasi yang tidak akurat dalam hoaks berdampak negatif bagi diri sendiri dan pihak lain.

Baca juga : Gotong Royong dalam Kampanye Penggunaan Masker Melawan COVID-19

Ikhwan Lutfi, M.Psi, Dosen Psikologi UIN Jakarta menjelaskan bahwa hoaks menimbulkan dampak kecemasan, mengganggu eksistensi, serta menimbulkan ketidakpercayaan pada diri sendiri, orang lain dan pihak otoritas. Menurut Ikhwan, di masa pandemi sekarang ini, hoaks juga menimbulkan disobedient sosial atau ketidakpatuhan.

“Hoaks di masa pandemi membuat munculnya disobedient sosial atau masyarakat tidak patuh, karena informasi yang diterima tidak benar,” ujar Ikhwan di Media Center Satuan Tugas Nasional, Jakarta, Sabtu (15/8).

Baca juga : Ini Pesan Doni Monardo untuk Para Relawan COVID-19

Menurut Ikhwan, ketidakpatuhan tersebut dikarenakan masyarakat lebih memaknai alternatif informasi yang ada dibandingkan dengan informasi yang disebarkan.

Faktor lain yang menyebabkan hal tersebut adalah perilaku malas dari sebagian masyarakat Indonesia. Malas untuk melakukan cross-check terhadap informasi yang telah tersedia, sehingga menimbulkan sesat pikir serta cara berpikir yang pendek.

Baca juga : Dukung Pemerintah Lawan COVID-19, Bank BJB Serahkan Bantuan Melalui Gugus Tugas Nasional

Berdasarkan keterangan Dr. Lestari Nurhajati, M.Si, Ketua Tim Kampanye Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi), isu politik, SARA dan kesehatan menjadi ladang hoaks yang paling banyak tersebar di Indonesia.

Dalam sesi Bincang-Bincang Bersama Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Lestari menuturkan ketika seseorang percaya terhadap isu yang salah namun dianggap benar, maka orang tersebut dapat melakukan tindakan-tindakan di luar kontrolnya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, terdapat hal yang paling mudah untuk dilakukan oleh masyarakat, yakni melakukan verifikasi informasi yang diterima.

“Paling mudah, masyarakat harus melakukan verifikasi terhadap informasi yang diterima, apabila banyak menggunakan huruf kapital, menggunakan kata ‘viralkan’, terlalu bombastis, dan terlalu bersemangat menyampaikan sesuatu yang belum tentu benar itu biasanya mencurigakan,” kata Lestari seperti dikutip dari siaran pers Tim Komunikasi Publik Satuan Tugas Penanganan COVID-19.

Selain itu, masyarakat juga harus check and recheck dengan membandingkannya terhadap media lain yang lebih valid dan akurat. Hal tersebut juga harus diikuti oleh proses evaluasi dengan cara menahan diri atau tidak terburu-buru sebelum membagikan informasi tersebut.

“Jangan terburu-buru untuk berbagi, kita harus saring sebelum sharing (berbagi),” tegas Lestari mengenai evaluasi terhadap informasi yang diterima.

Terakhir, partisipasi dan kolaborasi ketika menemukan hoaks di sekitar kita menjadi peran yang harus dilaksanakan oleh semua orang. (Very)

Artikel Terkait
Gotong Royong dalam Kampanye Penggunaan Masker Melawan COVID-19
Ini Pesan Doni Monardo untuk Para Relawan COVID-19
Dukung Pemerintah Lawan COVID-19, Bank BJB Serahkan Bantuan Melalui Gugus Tugas Nasional
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas