INDONEWS.ID - Minggu ini, redaksi kembali menayangkan puisi-puisi reflektif kiriman petani humaniora, Gerard N Bibang yang sarat makna. Setidaknya, beberapa poin yang perlu dipetik dari kumpulan puisi yang diberi judul "Rindu Buatmu Yang di Sini dan di sana."
Pertama. Bahwa kematian adalah pasti. Menurut Gerard, kematian adalah jalan pulang, pulang kepada Alfa dan Omega. Namun demikian kematian adalah misteri. Hal ini melahirkan banyak tanda tanya bagi masing-masing insan soal kapan, di mana dan bagaimana maut itu datang merengut. Kematian adalah rahasia Ilahi.
Setidaknya hingga detik ini, dimana segala sesuatu serba canggih dan teknologi hampir menguasai seluruh sendi-sendi kehidupan, manusia, para master segala penemuan ilmu pengetahuan, belum berhasil menemukan "kapan" "di mana" dan "bagaimana" seseorang akan mati. Tapi Gerard menegaskan, hal ini bukan tidak perlu dibahas.
Kedua, dalam menjalani siklus kehidupan yang dimulai sejak bayi, anak-anak, lalu remaja, terus dewasa, tua dan meninggal -- sebagai umat beriman, manusia diminta untuk merawat rindu (iman-red). Sebab kehidupan, menurut Gerard, adalah penantian dan dalam penantian, ada rindu kepada empunnya kehidupan.
Ketiga, manusia sebaiknya secara sukarela memaknai kehidupan (siklus kehidupan) dari kacamata iman. Sebab, tanpa iman, kehidupan itu menjadi tak berarti dan tanpa tujuan. "Ada-bersamamu kuyakini di suatu waktu; sekurang-kurangnya itulah definisi manusiaku,"
Keempat, dalam kacamata iman, manusia dapat memberi arti pada kehidupannya. "rinduku siap melebur; caraku untuk peniadaan diri dengan terus menerus mengikis kepentingan diri; kau tahu itu; itulah caraku agar cintaku kepadamu kian bermutu,"
Kelima, bahwa kematian bukanlah pemisah. Kehidupan dan kematian adalah cinta. Cinta memiliki sifat lintas ruang dan waktu. "Cinta kita telah melampaui ruang dan waktu; yang jelas dalam keabadian kita bersua; cinta kita kekal." Baik yang masih berziarah di bumi maupun yang sudah meninggal, sama-sama menyimpan rindu satu sama lain. Cara merawatnya adalah doa.
Terakhir, setiap pembaca tentunya memiliki tafsiran sendiri terhadap setiap karya sastra. Untuk itu, redaksi mengucapkan selamat membaca. Rawatlah rindumu pada yang empunnya rindu, sebab ia sendiri akan menambahkan rindu yang menjadi bermutu.
Selamat membaca!
"Rindu Buatmu Yang di Sani dan di Sina"
RINDU MELELEH
berdentang dari jauh lonceng gereja menjelang sore
membirama bersama suara adzan magrib di kota yang lengang
menggaungkan gaudete-gaudete*
rinduku di pucuk lilin ini terus meleleh
***
* gaudete (Latin) = Bersukacitalah
*****
PERGIMU PERGIKU
ya, kau tidak sedang di sini, wahai kekasih; kau pergi, mungkin kembali lagi; mungkin ke tempat dari mana aku tak kuasa memanggilmu kembali; kesedihanku tiada berpenghujung; memang manusiawi-lah semua itu; ini keyakinanku, kekasih; kau kembali, kau kembali; sebentar lagi sebentar lagi; sekarang atau nanti bukan ihwal yang perlu diskusi lagi; pergiku dan pergi-mu adalah sama-sama jalan kembali; ke mana kalau bukan ke Sang Abadi; ke Causa Prima, sebab segala sebab; sebab yang tak disebabkan, ialah ALFA dan OMEGA
**
* Causa Prima (Latin) =Sebab Pertama
***
KREDOKU
ada-bersamamu kuyakini di suatu waktu; sekurang-kurangnya itulah definisi manusiaku; cinta kita telah melampaui ruang dan waktu; yang jelas dalam keabadian kita bersua; cinta kita kekal; kredo-ku sepanjang hayat dikandung badan
BUKAN SIAPA-SIAPA
wahai kekasihku, rinduku siap melebur; caraku untuk peniadaan diri dengan terus menerus mengikis kepentingan diri; kau tahu itu; itulah caraku agar cintaku kepadamu kian bermutu; sebab adakah cinta yang indah jika aku masih tergoda oleh kejayaanku, oleh ingat-diri-ku; padahal diriku ini aslinya tak ada, bukan siapa-siapa; debulah kau dan aku; oleh cinta, debumu dan debuku melebur dalam SANG HAKEKAT SATU; AWAL dan AKHIR segala sesuatu
TIDAK BERTANYA
kau tidak pernah sekali pun bertanya untuk meminta pengakuanku tentang siapakah dirimu sejatinya; tidak pernah, tidak pernah; dan kau tidak pernah sekali pun risau karena tidak mendapatkan jawabannya; itulah caramu untuk menegaskan kepadaku bahwa hidup ini memang seperti pertanyaan yang tidak selalu tersedia jawabannya; tapi rinduku yang meleleh saat ini, kali ini, memberimu jawaban atas pertanyaan itu; kau adalah kekasihku; jangan, jangan pernah jauh melangkah pergi; ke telingamu akan kubisikkan puisi untuk menempuh semesta raya yang tak bertepi; yang hulunya gelap dan hilirnya remang-remang dan tak selalu terang; tidak ada padaku ilmu dan pengetahuan untuk mengukur jarak yang dirahasiakan; maka jangan berjauh-jauh pergi, kekasih; aku ikhlas menerima pola dan bentuk berbeda dari cintamu yang tak mati-mati ini
GETARAN JIWA
kusampaikan rahasia ini, wahai kekasih; tak ada yang tahu kapan penantian ini terhenti; yang ada hanya rindu tanpa selesai; rinduku adalah getaran jiwa selama perjalanan; kau dan aku ditakdirkan untuk berkemah saja di dunia ini; sejak awal kita sudah imani; sebab yang penting bukan apakah kita menang atau kalah; dan kita tidak pernah membuat memorandum of understanding seperti itu; Tuhan toh tidak pernah mewajibkan kau dan aku untuk menang menangan, untuk ngotot-ngototan; sehingga kalah pun bukan dosa; sebab yang penting adalah apakah kau dan aku berjuang atau tak berjuang utk saling ikhlas mencinta; sebab perjuangan ialah perjuangan; sejarah dan Tuhan tidak mencatat kemenangan atau kekalahan; tetapi yang dicatat adalah perjuangan itu sendiri; maka upaya kasih sayang dan cinta kita jangan pernah terhenti; tentang kebenaran ini, kau selalu bergeming; dalam diam dan situasi tiada, kau dan aku sebenar-benarnya telah menyatu dalam abadi
SUJUD
akhirnya aku paham mengapa kau lebih banyak diam; laku-mu adalah warta tentang apa yang paling penting di sini, di dunia ini, hic et nunc, sekarang dan kini, selama bersama-sama atau bersendiri; yaitu sujud dan bersujud-sujud; sebab sujud adalah satu-satunya hakekat hidup; sebab perjalanan setiap makhluk di bumi hanya untuk tua dan redup; sebab begitu langkah manusia mendarat di alas tiba, SANG PEMILIK SAHAM SERATUS PERSEN atas hidup, akan menjemput, saat itu juga
*****
* Hic et nunc (Latin)= di sini dan kini
*****
JALAN RAHASIA
rinduku meleleh, mencair; lebih-lebih di saat sendiri dalam menanti; rinduku adalah kata; kata adalah kekuatan; jadilah rinduku sebuah energi bathin selama perjalanan; bersama-lah selalu di sini, kekasih; dengan caramu yang seringkali aku tidak mengerti; akan kutunjukkan kepadamu ke mana langkah pergi; yaitu perlahan-lahan ke rumah rahasia; rumah yang tak ada ruang dan tak ada waktunya; yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun kecuali oleh Tuhan, penciptamu dan penciptaku; jalan menuju seluas-seluas semesta; sebab seringkali kau dan aku mengingkari cinta; tapi Tuhan tidak pernah memberikan kita penjara melainkan cakrawala; dan kau pernah membisikkan hal itu kepadaku; aku pun sudah tahu dan membuat air mataku menetes dalam syahdu
***(gnb:tmn aries:jkt:hari minggu keempat adven:20.12.2020)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.