INDONEWS.ID

  • Rabu, 30/12/2020 21:50 WIB
  • Diskusi Akhir Tahun Proklamasi Democracy Forum: Pemerintah Harus Lebih Terbuka Hadapi Kritik

  • Oleh :
    • Mancik
Diskusi Akhir Tahun Proklamasi Democracy Forum: Pemerintah Harus Lebih Terbuka Hadapi Kritik
Diskusi Akhir Tahun Proklamasi Democracy Forum dengan tema` Demokrasi Indonesia Di tengah Pandemi & Resesi Ekonomi: Harapan Untuk 2021.(Foto:Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Proklamasi Democracy Forum kembali menggelar diskusi dengan tema `Demokrasi Indonesia Di tengah Pandemi & Resesi Ekonomi: Harapan Untuk 2021. Diskusi yang digelar secara daring ini mengundang narasumber dari Anggota KPU RI, aktivis Demokrasi, Pegiat Media.

Ketua Badan Penelitian & Pengembangan DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menerangkan, melihat demokrasi di Indonesia selama tahun 2020, ada kekhawatiran mengenai masa depan demokrasi di Indonesia.

Baca juga : Menko Airlangga: Pandemi Covid-19 Sadarkan Pentingnya Kemandirian Sektor Kesehatan dan Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan

Meskipun saat ini belum mengarah ke otoritarian, demokrasi Indonesia menuju apa yang disebut profesor politik dari Universitas Warwick, Inggris, Colin Crouch, sebagai masyarakat post democracy. Masyarakat yang memiliki dan menggunakan seluruh institusi demokrasi, tetapi demokrasi hanya berkembang di permukaan sebagai formalitas.

"Apalagi dengan pandemi dan resesi ekonomi saat ini. Ada kecenderungan dan dorongan yang seakan-akan melegalkan pemerintah bertindak secara berlebihan dan menafikan demokrasi, dalam penanganan pandemi," kata Herzaky Mahendra Putra disela-sela diskusi tersebut, Jakarta, Kamis,(30/12/2020)

Baca juga : Pentingnya Kerjasama Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi Dimasa Resesi Ekonomi

Herzaky mengatakn, pemerintah harus lebih terbuka dalam menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak. Transparansi, kredibilitas dan kebebasan arus informasi, partisipasi dan kolaborasi kelompok masyarakat sipil secara sukarela, merupakan beberapa unsur penting dalam menangani pandemi yang sesuai dengan nilai-nilai demokrasi.

Koalisi masyarakat sipil pun harus melakukan konsolidasi yang lebih optimal, sambil terus mengharapkan parlemen benar-benar menjalankan check and balances, bukan berhenti sebagai pendukung pemerintah saja.

Baca juga : Pemerintah Apresiasi Kerja Sama Seluruh Komponen Bangsa dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Pada kesempatan yang sama Komisioner KPU RI Viryan Azis, mengungkapkan kelegaannya karena partisipasi saat Pilkada 2020 lalu meningkat meskipun di era pandemi.

Hanya Indonesia yang bisa menyelenggarakan Pemilu dengan Partisipan terbanyak saat pandemi yaitu 75%. Ini pertanda positif di satu sisi untuk demokrasi Indonesia.

Ke depan, harap Viryan, KPU dan partai politik bisa lebih sinergis dalam meningkatkan kualitas pemilu dan demokrasi di Indonesia. Kita harus memikirkan secara seksama, seperti apa persiapan ke depannya, baik masih ada pandemi maupun tidak, untuk menggelar pemilu selanjutnya.

Sementara itu, Aditya Perdana, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Ilmu Politik Universitas Indonesia, mengingatkan beberapa ancaman terhadap demokrasi Indonesia di tahun 2021.

Pertama, ancaman demokrasi berupa kebebasan sipil dan politik (offline dan online), ruang partisipasi publik yang terbatas karena pandemi, dan konsolidasi aparat keamanan dalam ruang publik semakin meluas.

Kedua, ancaman politik elektoral, berupa kekuatan oligarki dan dinasti politik yang juga terkonsolidasi secara regulasi maupun kompetisi, serta dilemahkannya peluang calon perseorangan.
Ketiga, keterbatasan dalam pengawasan terhadap pemerintah, seperti yang tercermin dalam korupsi bansos oleh Menteri Sosial, Juliari Batubara.

Adit juga memberikan gambaran apa yang terjadi di banyak negara dalam masa pandemi. Pertama, pemerintah semakin kuat dan melemahkan kelompok oposisi. Kedua, strong leadership yang multitafsir. Ketiga, ada desakan internasional untuk menguatkan kelompok masyarakat sipil.

Adit pun mengingatkan, salah satu tantangan terbesar tahun 2021 adalah pembahasan revisi UU Pemilu dan Pilkada.

Sedangkan Donny Ardianto, pegiat HAM & Demokrasi, dari Kurawal Foundation, menegaskan salah satu penanda regresi demokrasi di Indonesia di samping pemusatan kekuasaan dan pemberangusan oposisi adalah politisasi penegak hukum. Setelah gagal direformasi, polisi menjadi alat (tools) bagi kekuasaan untuk menekan kritik dan lawan politik dengan menggunakan perangkat hukum.

Kewenangan tanpa perimbangan yang dimiliki polisi, semakin hari semakin menguat. Rejim otoriter Orba memiliki tentara sebagai alat pukul utamanya. Bukan tidak mungkin lahirnya rejim otoritarian baru akan disokong oleh alat pukul yang baru ini.

Pegiat Demokrasi yang juga dosen UNJ, Robertus Robert, menegaskan kalau demokrasi baru tumbuh apabila ada partisipasi dari warga negara. Memperkuat dan menyehatkan partai politik merupakan bagian penting dalam Demokrasi. Dalam dua tahun terakhir, civil society sudah mulai siuman sejak adanya polarisasi akibat pilpres 2014.
 
Kepala Pemberitaan Korporat Tempo Media Arif Zulkifi, memaparkan tantangan yang dihadapi dunia pers di tahun 2021 berdasarkan apa yang dijalani di tahun 2020. Pandemi bagaimanapun membatasi mobilitas dan mempengaruhi cara kerja dunia pers.

Pertama, Pers bekerja di bawah ancaman UU ITE yang membuat pers bisa dikriminalisasi, dan serangan dari pihak-pihak anti demokrasi berupa doxing dan hacking.

Hacking kekinian bukan sekedar situs tidak bisa diakses, melainkan usaha menghapuskan dan menambahkan berita. Belum lagi situasi pandemi memunculkan permasalahan ekonomi di industri media.

Lalu, masih adanya pemahaman yang belum seragam di kalangan pers. Bagaimana media bisa memiliki perhatian, konsistensi dengan sikapnya, menjalankan tugas di tengah masyarakat yang terbelah.

"Ada enam nyawa yang melayang, bagaimana kita bisa melihatnya sebagai isu kemanusiaan, terlepas mereka berbalut baju apa, punya ideologi dan pandangan politik seperti apa. Koridor nilai-nilai kemanusiaan ini yang mesti menjadi pegangan bersama," tegasnya.*

Artikel Terkait
Menko Airlangga: Pandemi Covid-19 Sadarkan Pentingnya Kemandirian Sektor Kesehatan dan Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pentingnya Kerjasama Dunia Usaha dan Perguruan Tinggi Dimasa Resesi Ekonomi
Pemerintah Apresiasi Kerja Sama Seluruh Komponen Bangsa dalam Penanganan Pandemi Covid-19
Artikel Terkini
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tips Memilih Jasa Pengurusan Visa
Rekomendasi Jasa Penerjemah Tersumpah Terbaik di Jabodetabek
Gelar Rapat Internal di Istana, Indonesia Semakin Siap Berproses Menjadi Anggota OECD
Di Hadapan Media Jerman, Menko Airlangga Sebut Investasi Tidak Memiliki Bendera, Indonesia Membuka Peluang Investasi dari Semua Pihak
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas