INDONEWS.ID

  • Rabu, 10/11/2021 11:25 WIB
  • Ade, Montir Kesayangan Bung Karno: Jalani Hidup dengan Sederhana

  • Oleh :
    • indonews
Ade, Montir Kesayangan Bung Karno: Jalani Hidup dengan Sederhana
Ade, mantan montir mobil Presiden Soekarno. (Foto: Indonews/Yopi)

Bogor, INDONEWS. ID - Montir mobil Presiden Soekarno itu masih gagah perkasa di usia senjanya. Walau separuh rambut dan jenggotnya sudah beruban, namun tampilan fisiknya masih gagah.

Montir kesayangan Bung Karno yang kini tinggal di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor ini bernama Ade.

Baca juga : Didik J Rachbini: Salim Said Maestro Intelektual yang Paling Detail dan Mendalam

Lelaki kelahiran Desa Cibiuk, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur ini adalah seorang montir ternama di dunia otomotive pada masa itu.

Ade kini berusia 60 tahun. Ia bercerita banyak mulai dari masuk sekolah, berkelana ke Bandung hingga Jakarta dan akhirnya dipercaya menjadi montir mobil Presiden pertama Indonesia.

Baca juga : Wawancara Khusus Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Tentang BLBI

"Pada masa sekolah, saya ambil jurusan mesin. Saya tak sempat melanjutkan sekolah, dikarenakan faktor ekonomi. Ilmu otomotif di sekolah saya kembangkan dengan bekerja di bengkel mobil," kata Ade kepada wartawan Selasa (9/11/2021).

Guna memperdalam keahlian montirnya, pada tahun 1979, dirinya belajar mesin mobil, dengan berguru dibengkel Abah Odong.

Baca juga : Raih Gelar Doktor, Stafsus Mendagri Herry Heryawan Berhasil Pertahankan Disertasi Tentang Pemolisian Demokratis

Dari bengkel besar milik Abah Odong yang berlokasi di wilayah Bandung, banyak ilmu ia dapat.

"Abah Odong merupakan seorang ahli mesin pada waktu itu di Indonesia. Saya belajar pada guru yang tepat," kata Ade.

Dari 30 karyawan Abah Odong saat itu, Ade mengaku, dirinya paling cepat adaptasi dan mengerti mesin mobil. Ia akhirnya diberi kesempatan untuk belajar selama 2 tahun tanpa dibayar gajinya.

"Saya terpilih belajar ilmu mesin mobil di bengkel Abang Odong aja udah senang. Saya  iklas nggak dibayar yang penting ilmu saya dapat secara gratis. Walau beberapa kali Abah sering ngasih saya uang tips, tapi saya menolak. Karena Abah kerap memaksa dan bilang ini hasil jerih payah kamu De selama bantu saya di bengkel, saya terima," ujarnya.

Ia mengaku, bengkel bengkel besar yang ada di wilayah Bandung, seperti bengkel Daihatsu, Toyota sampai Mercy dan BMW, sudah ia jelajahi.

Bahkan untuk memperdalam ilmu otomotif, ia membeli buku tentang dunia mesin mobil.

Dari ilmu yang didapat secara langsung saat bekerja di bengkel Abah Odong dan belajar dari buku, ia akhirnya memutuskan keluar dari bengkel.

"Saat saya pamit, Abah Odong berkata kepada saya, Ade kamu sudah bagus dan sudah mengerti tentang mesin mobil. Pesan saya bila kamu bekerja atau diterima di perusahaan, cari yang besar perusahaannya, agar ilmu kamu dapat sesuai gajinya," kata Ade mengulangi pesan gurunya.

Keluar dari bengkel Abah Odong, lelaki kelahiran tahun 1961 ini lalu memilih Jakarta  sebagai tujuannya.

Bermodal nekat, ia tiba juga di Jakarta. Ia lalu diterima di bengkel Daihatsu. Namun tidak lama ia memilih keluar. Ia lalu diterima lagi dibengkel Toyota, namun hanya beberapa bulan, ia memilih keluar.

"Sebatang kara di Jakarta saya yakin pasti bisa bertahan hidup karena saya punya kelebihan. Saya sudah kuasai mesin mobil dari berbagi merk, dari yang terisi bahan bakar bensin, solar bahkan mesin diesel, sampai jalur listrik dan boddy mobil. Jadi optimis saja," paparnya.

Nasib baik akhirnya tiba juga. Pada malam hari waktu sedang hujan. Ada seseorang Pertamina. Namanya Bonce. Mobil Toyota Kijang miliknya mogok.

“Bonce bertanya, apakah ada yang mengerti  tentang mesin mobil”. Ade yang kebetulan sedang duduk di pinggir jalan, merasa terpanggil dan langsung mendekati Bonce.

"Saya langsung bilang, saya bisa. Saya lihat mobil dan buka mesinya. Saya perbaiki dan mesin mobil hidup," ujarnya.

Atas bantuannya ini, Ade lalu diminta ke rumah Bonce yang beralamat di Cempaka Putih. Tidak hanya itu, Ade pun diminta untuk  tinggal di rumah Bonce yang sangat besar itu.

Dikarenakan tidak ada sanak saudara di Jakarta dan tinggal selalu berpindah-pindah, maka tawaran ini langsung disambar.

 

Ikut Kontes Perbaiki Mobil Bung Karno

Bonce yang melihat kelebihan mengutak-atik mesin, lalu memasukan Ade kerja di bengkel Mercy, sebuah bengkel ternama waktu itu di Jakarta.

"Saat kerja di bengkel Mercy, masuk sebuah mobil Mercy buatan Ingris. Setelah selesai perbaiki, baru saya tau, jika mobil yang saya perbaiki itu adalah mobil Bung Karno. Mobil Presiden pertama kita itu tidak bisa mundur hanya maju saja. Dari panitia diadakan kontes untuk memperbaiki mobil Pak Soekarno. Ternyata mobilnya metic bukan oper gigi. Jadi saya mau bilang, waktu itu mobil metic memang sudah ada, namun berbeda dengan yang sekarang," ungkapnya.

"Jadi awalnya ada kontes. Saya lalu didaftarkan sama Pak Bonce untuk ikut serta dalam memperbaiki mobil exstrail punya Pak Karno. Perlombaan waktu itu tahun 1998 hadiahnya hampir Rp3 juta. Pak Bonce terus kuatkan saya dengan bilang ‘ikut kamu De’. Saya yakin Kamu pasti bisa. Uang ma nomer belakang, yang penting kamu ikut dulu dan keluarin semua kemampuan kamu," kata Ade lagi mengulangi dorongan dari bos-nya itu.

Ade yang mendapat nomor kontes 97 alias nomor terakhir dari seluruh peserta menunggu hingga satu bulan untuk dipanggil.

Dari semua montir, tidak ada yang bisa memperbaiki kerusakan mobil milik bung Karno. Hal ini dikarenakan, mobil tersebut sudah rusak hampir 10 tahun. Masalahnya hanya satu, mobil tidak bisa mundur.

Rejeki tidak kemana. Sampailah Ade mendapat giliran memperbaiki mobil. Jika montir sebelumnya membongkar mesin, maka Ade hanya melihat dari tombol-tombol yang ada di box maju mundur mobil. Setelah yakin titik yang membuat mobil tidak bisa mundur, Ade langsung beraksi.

"Mobil akhirnya bisa mundur. Saya lalu mendapat sertifikat dari panitia penyelenggara atas prestasinya itu. Setelah mobil seharian di-tes dengan berputar di lapangan dan aman, saya lalu dilirik bengkel-bengkel ternama waktu itu sampai diajak ke kampung Bung Karno di Blitar," katanya mengenang.

Ade yang berkelana dari kampung halamannya di Cianjur ke Bandung dan Jakarta, lalu memutuskan tinggal di Bogor setelah menikah dengan wanita pujaannya, warga Sukadamai Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.

"Saya jalani hidup dengan sederhana. Uang bagi saya bukan segalanya. Bisa membantu orang dari kesederhaan saya saja, sudah saya bangga. Kenangan hidup saya, bisa  memperbaiki mobil presiden. Sekarang saya masih seorang montir mobil," tegas Ade. (yopi)

Artikel Terkait
Didik J Rachbini: Salim Said Maestro Intelektual yang Paling Detail dan Mendalam
Wawancara Khusus Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Tentang BLBI
Raih Gelar Doktor, Stafsus Mendagri Herry Heryawan Berhasil Pertahankan Disertasi Tentang Pemolisian Demokratis
Artikel Terkini
WWF ke-10 di Bali, Deklarasi Menteri Resmi Diadopsi 133 Negara dan Organisasi Internasional
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Maybrat Lakukan Study Tour ke Minahasa Tenggara
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Di Acara Mengenang Tokoh Pers Nasional Prof Salim Haji Said, Pemred Asri Hadi Bertemu Bacalon Walkot Tangsel
Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas