INDONEWS.ID

  • Kamis, 13/01/2022 06:32 WIB
  • Diskusi Perubahan Iklim Indonesia-Jamaika Soroti Pentingnya Mitigasi, Adaptasi dan Edukasi

  • Oleh :
    • luska
Diskusi Perubahan Iklim Indonesia-Jamaika Soroti Pentingnya Mitigasi, Adaptasi dan Edukasi

Havana, INDONEWS.ID - Dalam rangka peringatan 40 tahun hubungan diplomatik Indonesia – Jamaika yang diperingati pada 17 Desember 2021 lalu, KBRI Havana bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan University of West Indies, Jamaika menyelenggarakan kegiatan Virtual Discussion on Climate Change Indonesia – Jamaika. Dalam diskusi tersebut, Dubes RI untuk Kuba yang juga merangkap Jamaika, Nana Yuliana, menekankan pentingnya mitigasi, adaptasi, dan edukasi dalam penanggulangan isu perubahan iklim di kedua negara. 

Acara diskusi virtual untuk isu perubahan iklim antara Indonesia dan Jamaika yang baru pertama kalinya dilakukan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar. Dalam sambutannya Wamenlu Mahendra menyampaikan bahwa Indonesia dan Jamaika sejatinya merupakan natural partners untuk isu perubahan iklim karena keduanya merupakan negara kepulauan. 

Baca juga : Mitigasi Perubahan Iklim, Kunci Penting Jaga Ketahanan Pangan

“Indonesia rentan terhadap efek dari perubahan iklim. Karena itu, Indonesia fokus pada adaptasi dan aksi mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak bencana hidrometereologi. Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo di Glasgow tahun 2021 lalu, Indonesia telah menetapkan target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29% untuk kategori business-as-usual pada tahun 2030 dan dengan dukungan kalangan international sebesar 41%. Selain itu, Indonesia juga telah menyampaikan strategi jangka panjang dan ketahanan iklim yang menargetkan net-zero emissions pada tahun 2060.” Demikian tambah Wamenlu Mahendra. 

Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Samsul Rizal dan Rektor University of West Indies, Prof. Dale Webber, yang juga hadir dalam kegiatan tersebut menyambut baik adanya diskusi virtual tersebut, di samping untuk meningkatkan networking khususnya antara university to university (U2U), namun juga dapat menjadi wadah berbagi ilmu pengetahuan dan best practice dari kedua negara dengan menghadirkan narasumber yang kompeten. 

Baca juga : Menko Airlangga: Generasi Mendatang Berhak untuk Menikmati Lingkungan yang Aman dari Bencana dan Kerusakan Akibat Efek Perubahan Iklim

Hadir sebagai pembicara adalah Kepala Pusat Penelitian Perubahan Iklim Universitas Syiah Kuala, Suraiyya Kamaruzzaman dan Dekan University of West Indies, Prof. Michael Taylor. Dalam paparannya, Suraiyya fokus pada ancaman, identifikasi masalah, oportunitas, dan bagaimana Aceh Climate Change Initiative (ACCI) merespon persoalan perubahan iklim di Aceh. 

“Aceh sangat terbuka dengan kerjasama dengan University of West Indies untuk isu perubahan iklim. Aceh juga berkontribusi pada target nasional tahun 2030 dari sektor kehutanan dan sektor penggunaan tanah lainnya. Selain itu, rencana aksi mitigasi perubahan iklim juga harus mempertimbangkan lingkungan komunitas masyarakat yang hidup dekat dengan hutan.” Ujar Suraiyya lebih lanjut. 

Baca juga : Pemerintah Dukung Kerja Sama Lintas Sektor dalam Pendekatan Lanskap Komprehensif untuk Atasi Pengaruh Perubahan Iklim

Sementara itu, Prof. Michael Taylor, menjelaskan bahwa dalam mitigasi isu perubahan iklim, Jamaika fokus pada pendekatan coordinated science. Ini berarti ilmu pengetahuan dijadikan parameter untuk membuat rencana aksi, bagaimana rencana aksi tersebut akan diimplementasikan, namun tetap dapat mendukung agenda politik, dan menunjukkan possibilities ke depan. Tujuan dari pendekatan tersebut adalah untuk memastikan terjadinya ketahanan iklim di Jamaika dan kawasan Karibia pada umumnya. 

Di akhir diskusi, Dubes Nana menyampaikan bahwa ke depan perlu diadakan pertukaran riset antara Indonesia dan Jamaika, dapat diawali melalui jurnal ilmiah untuk saling mempelajari best practice dari kedua negara. Selanjutnya dapat dicari mekanisme yang tepat sehingga knowledge sharing dapat berdaya guna dan efisien. 

Di samping itu, Dubes Nana juga menyatakan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah Global Platform on Disaster Risk reduction (GDPRR) 2022. Melalui platform ini, Indonesia kembali menguatkan komitmennya untuk berkontribusi aktif untuk mencari solusi isu-isu global yang menjadi perhatian bersama, termasuk bencana, yang juga dapat disebabkan oleh perubahan iklim. 

Diskusi berlangsung secara aktif. Para peserta yang hadir menunjukkan antusiasme dengan sejumlah pertanyaan, antara lain terkait dampak perubahan iklim terhadap sektor ekonomi suatu negara, koordinasi antara ahli/ilmuwan perubahan iklim dengan pemerintah, hingga kemungkinan data sharing dari metode yang sudah digunakan oleh Jamaika dengan Indonesia. Selain dari kedua universitas, peserta juga datang dari sejumlah universitas di Jakarta, Sumatera Utara, dan Lampung. (Lka)
 

Artikel Terkait
Mitigasi Perubahan Iklim, Kunci Penting Jaga Ketahanan Pangan
Menko Airlangga: Generasi Mendatang Berhak untuk Menikmati Lingkungan yang Aman dari Bencana dan Kerusakan Akibat Efek Perubahan Iklim
Pemerintah Dukung Kerja Sama Lintas Sektor dalam Pendekatan Lanskap Komprehensif untuk Atasi Pengaruh Perubahan Iklim
Artikel Terkini
PJ Bupati Maybrat Hadiri Pentas Seni Festival Benlak 2024 HUT Minahasa Tenggara ke 17
Saksikan Pekan Gawai Dayak Kalbar, Ratusan Warga Malaysia Serbu PLBN Aruk
Buka WWF ke-10, Presiden Jokowi Berharap Bisa Ciptakan Kepastian Distribusi Air Bersih
Realisasikan Investasi di Indonesia, Menko Airlangga Harapkan Lotte Chemical Dapat Menjadi Stimulus Pembangunan Industri Petrokimia Hilir Lokal
Macet, Menteri AHY Memilih Jalan Kaki ke Acara Pembukaan WWF
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas