INDONEWS.ID

  • Rabu, 09/03/2022 14:02 WIB
  • Dua Dekade Otonomi Daerah, Kemendagri Uraikan Kemajuan dan Perubahan

  • Oleh :
    • Mancik
Dua Dekade Otonomi Daerah, Kemendagri Uraikan Kemajuan dan Perubahan
Talk Show Bedah Buku Refleksi 20 Tahun Otonomi Daerah yang berlangsung di De Boekit Villas, Bogor.(Foto:Puspen Kemendagri)

Bogor, INDONEWS.ID - Direktur Jenderal (Dirjen) Otonomi Daerah (Otda) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Akmal Malik mengatakan, otonomi daerah yang telah berjalan selama dua dekade atau 20 tahun, telah menghasilkan banyak kemajuan dan perubahan positif. Perubahan tersebut misalnya dalam hal menghasilkan pemimpin.

"Salah satunya kini (kita) bisa memiliki pemimpin negara yang berasal dari daerah, yakni berasal dari kepala daerah wali kota, lalu menjadi gubernur, dan kini jadi presiden. Itu semua hasil dari proses otonomi daerah,” ujar Akmal pada acara Talk Show Bedah Buku Refleksi 20 Tahun Otonomi Daerah yang berlangsung di De Boekit Villas, Bogor, Selasa (8/3/2022).

Baca juga : Pimpin Peringatan Harkitnas Ke-116, Kepala BSKDN Kemendagri Sampaikan Amanat Menkominfo

Selain itu, Akmal mengatakan perbaikan dan perubahan berikutnya yakni jumlah transfer keuangan dari pusat ke daerah yang meningkat.

Dia mencontohkan, pada 2011 transfer dana dari pusat ke daerah hanya 4 persen, tetapi tahun 2022 meningkat sebanyak hampir 50 persen.

Baca juga : Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah

Kendati demikian, Akmal tak menampik, perubahaan positif tersebut masih belum menyeluruh. Hal ini terutama pada aspek infrastruktur dan suprastruktur di daerah yang belum merata. Kondisi ini, kata dia, berkaitan dengan kapasitas pimpinan dan pejabat di daerah tersebut.

"Kendala lainnya adalah struktur politik yang memengaruhi otonomi daerah. Bagaimana persoalan-persoalan politik lokal. Sebab kultur partai politik masih sentralistik. Contohnya keputusan pergantian antar waktu (PAW) DPRD masih diintervensi kebijakan pengurus parpol di pusat,” kata Akmal.

Baca juga : Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman

Pada kesempatan tersebut, Akmal merinci terdapat sejumlah faktor yang menentukan penerapan keberhasilan otonomi daerah. Faktor tersebut yakni politik dan ekonomi, baik di tingkat lokal, daerah, maupun pusat.

Untuk mencapai keberhasilan, tambah Akmal, kapasitas dari faktor tersebut perlu diperbaiki. Karena itu, pendidikan politik menjadi penting untuk menunjang keberhasilan tersebut.

Di samping itu, pendidikan tersebut juga akan menopang kualitas orang-orang yang bakal mengisi posisi di pemerintahan daerah (pemda). Hal ini juga akan berdampak pada penyederhanaan struktur birokrasi di daerah.

Sebab, menurut Akmal, selama ini terdapat daerah yang membentuk badan untuk menempatkan figur-figur yang dinilai belum optimal. Dengan pendidikan politik tersebut, persoalan-persoalan itu akan dapat dihindari.

Di lain sisi, Head of Department of Politics and Social Change at Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandez mengatakan, setelah 20 tahun otonomi daerah terdapat peningkatan kesejahteraan daerah. Dia merinci, daerah-daerah yang pada 2001 tingkat pendapatannya rendah, pada 2022 justru meroket tajam.

“Gini ratio-nya membaik ke arah nol. Juga pelayanan publik meningkat,” ujar Arya.

Di lain sisi, Arya menyadari masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Hal tersebut seperti tingkat kesenjangan yang masih tinggi.

Dia mencontohkan, daerah-daerah yang di masa silam memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi, saat ini masih konsisten tinggi. Sebaliknya, daerah yang dulu pertumbuhan ekonominya rendah, sekarang masih tetap sama.

“Contoh Jakarta tahun 1999 pertumbuhan ekonomi tinggi, kini 20 tahun setelahnya tetap tinggi. Begitu juga daerah yang pertumbuhan ekonomi rendah 20 tahun kemudian tetap rendah,” kata Arya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Herman N. Suparman mengatakan dalam rangka melakukan refleksi 20 tahun pelaksanaan otonomi daerah, KPPOD meluncurkan tiga buku.

Buku-buku tersebut yakni Janji Otonomi Daerah: Perspektif Otonomi; Empat Wajah Desentralisasi: Membaca Dekade Kedua Otonomi Daerah di Indonesia; serta Otonomi Daerah: Gagasan dan Kritik (Refleksi 20 Tahun KPPOD).

Ketiga karya tersebut diharapkan dapat menyumbang dan berkontribusi terhadap penguatan serta penyempurnaan otonomi daerah di masa mendatang.

"Harapannya, buku-buku tersebut menjadi materi penting dalam membangun dan memperkuat otonomi daerah sekaligus mendorong kesadaran publik terkait pembangunan daerah ke depan,” tandasnya.

Adapun pada Talk Show yang digelar secara hybrid tersebut turut hadir beberapa narasumber lainnya, seperti Rektor Universitas Prasetiya Mulya Djisman Simandjuntak, Dosen FISIP Universitas Airlangga Haryadi, serta Wakil Ketua Apindo Anton J Supit.*

Artikel Terkait
Pimpin Peringatan Harkitnas Ke-116, Kepala BSKDN Kemendagri Sampaikan Amanat Menkominfo
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman
Artikel Terkini
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Di Acara Mengenang Tokoh Pers Nasional Prof Salim Haji Said, Pemred Asri Hadi Bertemu Bacalon Walkot Tangsel
Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
ICC Terbitkan Surat Penangkapan Terkait Konflik Gaza, Hikmahanto: Tiga Alasan Masih Sulit Dilakukan
"Sekolah Damai" di SMA 3 Semarang, BNPT: Upaya Ciptakan Lingkukngan Pendidikan Aman, Damai, dan Penuh Nilai Toleransi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas