Stockholm, INDONEWS.ID - Kemitraan kedua negara sebagai ketua ASEAN dan Presidensi EU pada tahun 2023 merupakan salah satu kerja sama konkrit yang dibahas pada Forum Konsultasi Bilateral RI-Swedia yang ke-7 di Stockholm pada 25 Maret 2022. Selain itu, pertemuan juga membahas perkembangan terakhir dunia internasional, prospek kerja sama antar parlemen kedua negara dan kolaborasi bidang energi dan lingkungan hidup.
Pada FKB ke-7 RI-Swedia tersebut, Delegasi RI dipimpin oleh Dirjen Amerop Kemlu, Ngurah Swajaya, dan diperkuat oleh Dubes RI Stockholm beserta jajaran KBRI Stockholm dan Dit Eropa II, Kemlu RI. Delegasi Swedia dipimpin oleh Dirjen Asia Pasifik Kemlu Swedia, Niclas Kvarnström, dan terdiri dari Dubes Swedia untuk Indonesia dan unsur Kementerian Luar Negeri Swedia.
Di akhir pertemuan, kedua pihak sepakat untuk mengedepankan aspek inovasi teknologi transportasi bersih Swedia sebagai showcase pertemuan puncak G20 di Indonesia ada bulan November mendatang.
Mengawali FKB dimaksud, Dirjen Swajaya juga melakukan pertemuan dengan State Secretary Kemlu Swedia, Robert Rydberg. Kedua pihak membahas Global Blended Finance Alliance yang merupakan inisiatif Indonesia pada G20, dukungan Swedia pada inisiatif tersebut, serta hubungan Indonesia dengan Uni Eropa.
Sehari sebelumnya, pada 24 Maret 2020, Dirjen Swajaya mengawali rangkaian kunjungannya di Swedia dengan bertemu CEO Syntronic, Björn Östlund, beserta jajaran di kantor pusat Syntronic, di kota Gävle (sekitar 150 km utara Stockholm). Syntronic merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konsultasi dan layanan jasa riset teknologi tinggi.
Syntronic saat ini memiliki pabrik perbaikan dan pemeliharaan barang-barang teknologi tinggi, seperti base trans-receiver station 5G, seluas 3.000 m2 yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Ke depannya, Syntronic berencana mengembangkan usahanya di Indonesia untuk menjadi pusat perbaikan dan pemeliharaan terbesar di ASEAN.
Syntronic meyakini Indonesia akan menjadi salah satu pusat global supply chain terbesar di dunia di masa mendatang. “Ini merupakan kesempatan baik baik bagi Syntronic untuk terus kembangkan usahanya di Indonesia, mulai dari layanan logistik hingga mendirikan pusat riset dan pengembangan kelas dunia”, demikian dijelaskan Björn Östlund kepada delegasi RI.
Sejumlah perusahaan Swedia yang juga ditemui oleh Dirjen Swajaya, antara lain SKF dan Brighter. Pada pertemuan dengan SKF, dibahas ekonomi sirkular pada sektor manufaktur, kaitan erat pendidikan vokasi dan industri serta ekspansi SKF di Indonesia.
Pada pertemuan dengan CEO Brighter, dipresentasikan inovasi alat kesehatan dan kiprah perusahaan tersebut di Indonesia. Dengan semakin meningkatnya penggunaan telemedicine di tengah pendemi di Indonesia, inovasi teknologi kesehatan semakin dibutuhkan. Namun demikian, hal tersebut juga harus dibarengi dengan perubahan mindset masyarakat dan tenaga kesehatan. Ruang terobosan itu lah yang berusaha dipenuhi oleh Brighter di Indonesia.
Rangkaian kunjungan kerja tersebut ditutup dengan working dinner Delegasi RI dengan sejumlah komunitas bisnis Swedia yang telah dan berencana berekspansi ke Indonesia.
Indonesia dan Swedia telah menjalin hubungan bilateral sejak tahun 1950. Swedia adalah mitra-dagang Indonesia terbesar di wilayah Nordik dan wisatawan dari Swedia menempati urutan ke-4 terbesar dari Uni Eropa sepanjang tahun. Berdasarkan data dari BPS, total perdagangan kedua negara mengalami peningkatan sebesar 32% pada tahun 2021 diikuti dengan kenaikan ekspor Indonesia ke Swedia sebesar 40%. Pada tahun 2023, Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN dan pada saat yang bersamaan Swedia akan menjabat presidensi Uni Eropa. (Lka)