INDONEWS.ID

  • Sabtu, 22/10/2022 17:52 WIB
  • Narasi Batik, Menumbuhkan Nasionalisme Dari Sebuah Titik

  • Oleh :
    • luska
Narasi Batik, Menumbuhkan Nasionalisme Dari Sebuah Titik

Jakarta, INDONEWS.ID Batik adalah sebuah gerakan nasionalisme masyarakat Indonesia, dimana dalam setiap kisah perjalanannya kita bisa  membaca, mendengar dan menteladani bagaimana masyarakat Indonesia saling bahu membahu baik dari masa perjuangan kemerdekaan sampai dengan perjuangan masa kini dalam memerdekakan dan mensejahterakan kehidupan bangsa. Melestarikan batik asli Indonesia adalah sebuah tindakan yang dapat menyelamatkan banyak UMKM dan keluarga yang terlibat dalam mata rantai proses penciptaan batik. 

Pernyataan di atas adalah hasil diskusi dari seminar berjudul “Pancasila Berbatik, Merayakan Pancasila Merayakan Kita”
yang diselenggarakan oleh Universitas Pancasila (UP) pada Kamis/ 20 Oktober 2022. Hadir sebagai  pembicara adalah J.J Rizal sebagai sejarahwan dan Asri Welas sebagai penggerak UMKM Batik. 

Baca juga : Tingkatkan Kompetensi, PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint Kepada Nasabah

Rizal mengatakan “batik berasal dari kata “tik” yang artinya menitik, dan apabila melihat proses pembuatannya yang menggunakan malam/lilin, maka bisa dikatakan bahwa batik adalah sebuah teknik menitik secara berulang sehingga terbentuklah pola gambar dengan memanfaatkan lilin serta canting sebagai alat dan bahan dalam proses pembuatannya.”

“Secara historis, batik berasal dari zaman nenek moyang dan dikenal sejak abad ke 17. Batik pada awalnya lahir dan digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat, namun kemudian berkembanglah corak-corak tertentu yang digunakan oleh kelompok terbatas dan menjadi ekskusif. Pada orde baru, Batik identik digunakan oleh pejabat atau kaum elit tertentu. Namun sejak era reformasi, batik mulai kembali ke tengah-tengah masyarakat, dan mulai digunakan kembali oleh semua kalangan.”

Baca juga : Batik Mempererat Hubungan Diplomasi Indonesia dan Jamaika

“Oleh karena itu semua motif batik sebetulnya menggambarkan berbagai gerakan dari tiap kebudayaan dan pada penggalan masanya. Dari selembar batik ada banyak sejarah yang tertoreh di dalamnya, dan seringkali kita justru tidak memahami simbol-simbol tersebut. Kita seperti baru menyadari dan harus belajar lagi bagaimana cara membaca karya Bangsa kita.” Ujar J.J Reza. 

Asri Welas, seorang artis dan penggiat UMKM pengrajin batik mengatakan “dengan meluasnya penggunaan batik ke semua lapisan masyarakat, maka peluang pertumbuhan bisnis Batik sebenarnya sangat potensial. Apalagi saat ini penggunaan motif batik dapat dikombinasikan dan disesuaikan dengan nilai budaya suatu perusahaan.”

Baca juga : Studi Banding ke Paguyupan Batik Cirebon, LSPR Institut Dorong Akselerasi UMKM Batik Bekasi

Namun demikian selain munculnya peluang bisnis Welas juga menyampaikan kekuatiran akan hadirnya batik-batik printing yang berasal dari Cina. Menurut Welas “banyaknya batik printing Cina ini menjadi ancaman tidak hanya pada keberlangsungan UMKM batik, tetapi juga lunturnya nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam setiap motif batik.”

Welas menjelaskan “setiap motif batik memiliki makna dan doa-doa kebajikan yang diambil dari nilai-nilai tradisional budaya kita. Hal inilah yang membuat batik menjadi unik dan memiliki daya jual. Pola pembuatan batik pun sebetulnya bisa sangat ramah lingkungan dengan menggunakan bahan-bahan alam maupun ampas kopi, sehingga mengurangi sampah dan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya. Hal ini juga yang akan hilang apabila masyarakat lebih banyak mengkonsumsi batik printing dari Cina. 

Pengembangan bisnis yang ramah lingkungan ini sejalan dengan semangat UP untuk berpartisipasi aktif dalam Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Melalui program matching fund, UP membantu pengembangan dan pemasaran batik Ciwaringin. Batik Ciwaringin sendiri mempunyai keunggulan dan ciri khas yaitu bahan pewarnaannya yang ramah lingkungan, namun sayangnya belum dikenal secara masif. Inilah yang menjadi target Fakultas Ekonomi dan Bisnis UP dalam memberikan pelatihan teknik pemasarannya kepada para pemilik UMKM. 

Novi Yantih, selaku Wakil Rektor 2 mengatakan bahwa “sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia, civitas academica UP sudah sepatutnya turut serta  mendukung kearifan lokal seperti Batik. Oleh karena itu UP mencanangkan kampanye #sebulanUPberbatik sebagai perayaan Hari Batik pada tanggal 2 Oktober 2022, yang juga menjadi rangkaian kegiatan Hari Lahir UP ke-56 pada 28 Oktober nanti yang juga bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda.”

Lebih lanjut dikatakan “Kampanye #sebulanUPberbatik tidak hanya menghimbau civitas academika untuk mengenakan pakaian batik/aksesoris batik selama satu bulan, tetapi juga memberikan edukasi seputar batik, sehingga narasi atau cerita mengenai Batik bisa terus diingat dan diteruskan antar generasi. Diharapkan gerakan ini dapat semakin mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk terus memilih produk Batik asli Indonesia. (Lka)

 

Artikel Terkait
Tingkatkan Kompetensi, PNM Berikan Pelatihan Batik Ecoprint Kepada Nasabah
Batik Mempererat Hubungan Diplomasi Indonesia dan Jamaika
Studi Banding ke Paguyupan Batik Cirebon, LSPR Institut Dorong Akselerasi UMKM Batik Bekasi
Artikel Terkini
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
LPER Dilibatkan BNPT Berikan Kuliah Umum Kepada Peserta Didik di Penajam, dan Kutai Kertanegara, Kaltim
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas