Jakarta, INDONEWS.ID - Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. Itulah ikrar para pemuda 94 tahun silam, tepatnya 28 Oktober 1928 pada kongres Pemuda II di Jakarta.
Awalnya pada kongres pemuda 1, 30 April-2mei 1926, Muhammad Tabrani selaku Ketua Kongres seorang jurnalis keberatan bahasa Melayu dijadikan bahasa negara.
Tetapi setelah bahasa Melayu di ganti jadi bahasa Indonesia , semua peserta kongres mengamininya.
Di belahan dunia lain, suku terbesar biasanya bahasanya dijadikan bahasa negara. Ini suku Melayu yang populasinya di Nusantara kurang dari 10%, bahasanya dijadikan bahasa resmi negara.
Padahal suku Jawa populasinya hampir 60% dan mereka punya bahasa sendiri.
Tapi pada saat itu, bahasa Melayu sudah jadi lingua franca ( bahasa pergaulan). Semua suku suku Nusantara mulai dari ujung timur dan barat terbiasa bercakap dengan dengan dialek Melayu.
Tapi urusan bahasa, orang Jawa boleh saja ikhlas, tapi tidak urusan pemerintahan dan pemimpin. Sebagai suku terbesar, mereka dengan mudah merebut pimpinan nasional.
Terbukti dari tujuh presiden, 6 itu orang Jawa, Habibie orang Sulawesi tapi ibunya Habibie asli orang solo.
Kalau Wapres bisa dari mana saja, bung Hatta, Adam Malik, Hamzah Haz, Umar Wirahadikusumah , untuk memperkokoh dan menjalin persatuan dan kesatuan.
Selamat merayakan hari sumpah pemuda.*