INDONEWS.ID

  • Selasa, 07/02/2023 11:07 WIB
  • Strategi Dua Kaki: Surya Paloh Wara Wiri

  • Oleh :
    • Mancik
Strategi Dua Kaki: Surya Paloh Wara Wiri
Presidium Kongres Rakyat Nasional ( Kornas) Sutrisno Pangaribuan.(Istimewa)

Oleh: Sutrisno Pangaribuan

INDONEWS.ID - Sebagai politisi senior, manuver Surya Paloh, Ketum Partai Nasdem (Panas) berhasil memainkan strategi dua kaki. Setelah berhasil menekan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD) untuk segera menyatakan dukungan kepada Anies Rasyid Baswedan (ARB), kini Panas kembali wara wiri. Pasca bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di istana, Panas langsung menyambangi markas Partai Golkar, menjajaki rencana koalisi. Langkah Panas tersebut tentu mengundang berbagai spekulasi, untuk menjajaki koalisi, atau malah perubahan koalisi?

Baca juga : Makna Panggilan Presiden ke Istana Terhadap Surya Paloh

Sejak menggelar deklarasi ARB menjadi bakal calon presiden (Bacapres) pada Senin, 3 Oktober 2022, Panas berhasil cari perhatian (caper). Sampai sejauh ini, Panas berhasil menunggangi dan memanfaatkan ARB untuk menarik perhatian publik. Satu kaki Panas ingin menjadi leader dari kelompok partai oposisi, sementara satu kaki tetap di kabinet Presiden Jokowi. Panas berulangkali menyebut akan setia menjadi pendukung pemerintahan Jokowi, demi mempertahankan posisi Menteri.

Panas juga berhasil memainkan peran di koalisi perubahan, menekan PKS dan PD untuk menyatakan dukungan tanpa syarat kepada ARB. Meskipun semula PD ngotot mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan PKS mengusulkan Ahmad Heryawan (Aher) sebagai Bacawapres ARB. Namun PKS dan PD akhirnya pun jinak dengan menyatakan akan mendukung ARB sebagai Bacapres. Sementara untuk Bacawapres, PKS dan PD menyerahkan sepenuhnya kepada ARB untuk menunjuknya.

Baca juga : Cerita SBY Takut Surya Paloh hingga Ajak Duel Harmoko

Sebelumnya, Panas telah melakukan sejumlah manuver dengan menyebut beberapa nama untuk dijadikan Bacawapres ARB. Panas pernah menyebut nama Jenderal (Purn) Andhika Perkasa, mantan Panglima TNI. Kemudian muncul nama Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, yang saat ini juga menjadi Ketum PP Muslimat NU. Seandainya Gibran Rakabuming Raka, Walikota Solo, anak sulung Presiden Jokowi memenuhi syarat sebagai Bacawapres, pasti Panas akan mengusulkannya.

Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No.3 Tahun 2022 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024, Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden berlangsung sejak 19 Oktober 2023 hingga 25 November 2023. Maka sekalipun Prabowo Subianto (PS), melalui Rakenas Partai Gerindara, dan ARB diumumkan oleh Panas, PKS dan PD sebagai Bacapres 2024, keduanya belum dapat disebut sebagai Capres. Keduanya akan menjadi Capres, sejak didaftarkan dan memenuhi seluruh persyaratan yang kemudian ditetapkan dan diumumkan oleh KPU RI.

Baca juga : Kisah Luhut dan Surya Paloh Mau Berantem di Borobudur

Dengan demikian, meskipun ARB dan PS melakukan sosialisasi, keliling Indonesia memperkenalkan diri, keduanya masih sebagai Bacapres, bukan Capres. Seseorang baru akan disebut sebagai Capres jika dalam kurun waktu 19 Oktober 2023 hingga 25 November 2023 didaftarkan oleh Parpol atau gabungan Parpol yang memiliki 20 persen kursi di DPR RI atau memiliki 25 persen perolehan suara nasional pada Pemilu 2019. Sehingga semua manuver yang dilakukan oleh sejumlah Parpol termasuk gabungan Parpol yang hendak mengusung ARB sesungguhnya “aksi caper” kepada publik. Seluruh Parpol saat ini sedang mempersiapkan rekrutmen bakal calon legislative (Bacaleg) di Parpol masing- masing . Seluruh Parpol juga sedang menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI tentang sistem pemilihan terbuka atau tertutup untuk Pemilu Legislatif (Pileg).

Dari kondisi tersebut, Panas sesungguhnya sedang melakoni peran demi meraih simpati publik untuk meningkatkan perolehan suara dan kursi di Pemilu 2024. Bagi Panas, pencalonan ARB sesungguhnya tidak prioritas, sehingga Panas tidak akan menarik kadernya sebagai menteri di Kabinet Presiden Jokowi. Politik dua kaki, yang sedang dilakukan Panas semua diorientasikan untuk membesarkan Panas. Pencalonan ARB sebagai upaya menarik simpati dari basis pemilih PS yang mayoritas kini berubah haluan mendukung ARB. Tetap bertahan di Kabinet Presiden Jokowi dengan harapan akan mendapat dukungan dari sebagian loyalis Presiden Jokowi.

Bagi Kongres Rakyat Nasional ( Kornas ) sebagai rekan juang politik Bacapres Ganjar Pranowo, manuver politik Panas hanya berorientasi pada kehendak untuk berkuasa. Slogan perubahan yang dijadikan nama bagi koalisi Panas bersama PKS dan PD sesungguhnya slogan kosong dan sama sekali tidak berkaitan pada ide dan gagasan perubahan. Kata perubahan hanya dimaksud untuk menjadikan Panas sebagai leader baru kepemimpinan koalisi untuk mengimbangi dominasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Panas ingin mengalahkan atau setidaknya mengimbangi suara PDIP di Pemilu 2024, maka Panas harus mengusung Bacapres “antitesa Jokowi”, yakni ARB. Kornas meyakini, jika kepentingan politik pragmatis Panas tidak dapat diakomodasi dengan mengusung ARB sebagai Bacapres, maka Panas juga akan meninggalkan ARB.

*)Penulis adalah Presidium Kongres Rakyat Nasional ( Kornas )

Artikel Terkait
Makna Panggilan Presiden ke Istana Terhadap Surya Paloh
Cerita SBY Takut Surya Paloh hingga Ajak Duel Harmoko
Kisah Luhut dan Surya Paloh Mau Berantem di Borobudur
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas