INDONEWS.ID

  • Jum'at, 28/04/2023 14:42 WIB
  • Satrio Arismunandar: Xi Jinping Layak Hadiah Nobel Jika Sukses Damaikan Rusia dan Ukraina

  • Oleh :
    • luska
Satrio Arismunandar: Xi Jinping Layak Hadiah Nobel Jika Sukses Damaikan Rusia dan Ukraina

Jakarta, INDONEWS.ID – Presiden China Xi Jinping layak mendapat hadiah Nobel Perdamaian jika ia berhasil mendamaikan Rusia dan Ukraina yang sedang berperang saat ini. Hal itu karena mendamaikan Rusia dan Ukraina jauh lebih rumit dan sulit dari mendamaikan Arab Saudi dan Iran.

Hal itu dikatakan pengamat Dr Satrio Arismunandar di Jakarta, Jumat, 28 April 2023. Satrio mengomentari manuver diplomatik China baru-baru ini, yang mencoba menengahi konflik Rusia vs Ukraina.

Baca juga : Satrio Arismunandar: Tujuan Utama Serangan Hamas ke Israel Mirip Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogya

Sesudah sukses mendamaikan dua seteru di Timur Tengah --Arab Saudi dan Iran-- China melakukan manuver berani dengan mencoba mendamaikan Rusia dan Ukraina.

Presiden Xi Jinping telah berbicara hampir 1 jam dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy via telepon pada Rabu, 26 April 2023. Xi mengatakan, China tak akan menyulut konflik lebih besar terkait perang yang masih berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.

Baca juga : Dr Satrio Arismunandar: Tutupnya Koran SINDO Tunjukkan Kegagalan Media Cetak Atasi Tantangan Era Internet

Kata Xi Jinping, China tak akan memanfaatkan krisis itu menjadi keuntungan. China selalu berpihak pada perdamaian dan mendorong pembicaraan damai.

Menurut Satrio, ada pertanda baik bahwa baik Ukraina maupun Rusia tidak serta merta menolak inisiatif diplomatik China.

Baca juga : Rumah Satu-satunya Milik Satrio dan Keluarga Terselamatkan

“Fakta bahwa Zelenskyy bersedia bicara selama satu jam dengan Xi Jinping mengisyaratkan, Ukraina berharap banyak dari langkah China ini. Padahal selama ini, China dianggap sebagai sekutu dekat Rusia di kawasan,” ujar Satrio.

“Di sisi lain, Rusia juga tidak menolak langkah Xi Jinping, walaupun juga tidak buru-buru bilang mendukung,” sambung Satrio, yang lulusan Program Studi Pengkajian Ketahanan Nasional UI.

Masalahnya, kata Satrio, kasus Rusia-Ukraina lebih rumit karena ada keterlibatan NATO dan AS. Padahal hubungan China kurang baik dengan AS. “Apakah mungkin Ukraina membuat kesepakatan damai, tanpa lampu hijau dari AS dan NATO?” tanya Satrio.

Berbeda dengan konflik Saudi-Iran, ada wilayah Ukraina yang saat ini sudah dikuasai militer Rusia. “Bagi Ukraina, tidak mungkin berdamai jika sebagian wilayahnya masih dikuasai Rusia. Tetapi apakah Rusia bisa dibujuk untuk mundur?” ulas Satrio.

“Jika Rusia diminta mundur dan mengembalikan wilayah yang sudah dikuasai itu ke Ukraina, ini akan dianggap sebagai kekalahan besar bagi Presiden Vladimir Putin. Putin tak akan mau menerima hal itu,” ungkap Satrio. 

Menurut prediksi Satrio, karena konsesi-konsesi yang harus diberikan sangat besar dan berisiko tinggi, dan melibatkan banyak aktor kuat seperti AS dan NATO, proses perdamaian Rusia dan Ukraina tampaknya tidak akan mudah tercapai. (Lka)

Artikel Terkait
Satrio Arismunandar: Tujuan Utama Serangan Hamas ke Israel Mirip Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogya
Dr Satrio Arismunandar: Tutupnya Koran SINDO Tunjukkan Kegagalan Media Cetak Atasi Tantangan Era Internet
Rumah Satu-satunya Milik Satrio dan Keluarga Terselamatkan
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas