INDONEWS.ID

  • Rabu, 07/06/2023 18:49 WIB
  • Cermati Isu Perubahan Iklim, Indonesia Akselerasi Kebijakan Energi Hijau dan Targetkan Enhanced Nationally Determined Contribution pada 2030

  • Oleh :
    • luska
Cermati Isu Perubahan Iklim, Indonesia Akselerasi Kebijakan Energi Hijau dan Targetkan Enhanced Nationally Determined Contribution pada 2030

Jakarta, INDONEWS.ID - Setelah melewati kuartal pertama pada tahun 2023, perekonomian Indonesia masih memperlihatkan ketangguhan untuk mampu mencapai target pertumbuhan sebesar 5,3%,
meskipun perekonomian global masih bergejolak dengan berbagai tantangan, termasuk isu perubahan iklim. Sementara itu, struktur PDB Indonesia sendiri masih didorong oleh industri 
manufaktur yang terus tumbuh positif karena kuatnya permintaan domestik.

“Dalam upaya memajukan sektor industri manufaktur, kita tetap harus memperhatikan risiko 
global untuk jangka menengah panjang yaitu salah satunya isu perubahan iklim. Telah dilakukan berbagai cara untuk mengingatkan publik dan pengambil kebijakan terkait dibutuhkannya pembiayaan untuk energi hijau terbarukan ini,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika memberikan virtual keynote speech dalam “Green Economy Forum 2023: Realizing Sustainable Growth through Green Economy Commitment” yang diadakan Bisnis Indonesia, di Jakarta, Rabu (7/06).

Baca juga : Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan

Realisasi investasi pada sektor industri di triwulan pertama 2023 berhasil mencatatkan nilai sebesar Rp139,9 triliun atau meningkat sebesar 42,5% (yoy). Hal ini harus dipacu lebih tinggi lagi, karena merupakan salah satu cara untuk membantu Indonesia bisa keluar dari middle income trap. “Peran sektor industri harus terus ditingkatkan dari 18%-19% saat ini menjadi di atas 25% dalam 5-10 tahun ke depan,” jelas Menko Airlangga.

Di tengah konflik geopolitik yang relatif menyebabkan peningkatan penggunaan energi fosil,
Indonesia tetap menunjukkan komitmen untuk meningkatkan target Nationally Determined 
Contribution (NDC) per 23 September 2022.

Baca juga : Gelar Rapat Internal di Istana, Indonesia Semakin Siap Berproses Menjadi Anggota OECD

Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi 
Gas Rumah Kaca sebesar 31,89% (dari sebelumnya 29%) dengan kemampuan sendiri atau 43,20% (dari sebelumnya 41%) dengan bantuan internasional pada 2030.

“Untuk mencapai target Enhanced NDC pada 2030, Indonesia secara kontinyu memperkuat kolaborasi sektor swasta dan mendorong pembiayaan yang kreatif dan inovatif. Indonesia membentuk Indonesia Investment Authority dan sekarang telah mendapatkan investasi mencapai US$25 miliar, kemudian ada Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup Indonesia, serta SDG Indonesia One untuk mencari dan membuka proyek investasi, terutama di sektor energi, pertanian, transportasi, dan lingkungan, yang akan menjadi tulang punggung 
pembangunan ekonomi masa depan yang lebih hijau,” papar Menko Airlangga.

Baca juga : Di Hadapan Media Jerman, Menko Airlangga Sebut Investasi Tidak Memiliki Bendera, Indonesia Membuka Peluang Investasi dari Semua Pihak

Selain itu, UU Cipta Kerja juga mereformasi beberapa peraturan untuk menarik lebih banyak 
investasi sektor swasta di sektor energi hijau dan biru, dengan tetap memperhatikan dimensi 
lingkungan dan sosial.

“Indonesia akan segera meluncurkan Comprehensive Investment Plan senilai US$20 miliar yang dikomitmenkan oleh G7 plus Norwegia, Denmark, dan Uni Eropa untuk memungkinkan 
transisi sektor ketenagalistrikan di Indonesia.

Sementara itu, APBN juga memprioritaskan 
proyek-proyek untuk mengatasi perubahan iklim dan mendorong kegiatan ramah iklim.

Untuk memastikannya Pemerintah menerapkan mekanisme Climate Budget Tagging di tingkat 
nasional dan daerah yang mampu melacak alokasi anggaran perubahan iklim, serta 
menyajikan data kegiatan dan hasilnya,” ucap Menko Airlangga.

Pemerintah juga terus mengakselerasi ekonomi berbasis industri hijau melalui efisiensi sumber daya alam dan penerapan ekonomi sirkular, pemanfaatan energi alternatif seperti biofuel, dan refuse derived fuel (RDF) atau bahan bakar yang dihasilkan dari berbagai jenis limbah. Selain itu, pembangunan ekosistem kendaraan listrik juga terus diakselerasi dengan memberikan insentif dari sisi permintaan untuk mempercepat sektor industri ramah lingkungan yang mampu mengurangi emisi CO2 dan konsumsi bahan bakar fosil.

“Tahun ini kita sudah menjalankan B35 dan ini adalah yang tertinggi dibandingkan negara lain. 
Bahkan negara tropis lain seperti Brasil baru menerapkan Etanol 20, dan biofuel mereka baru 
20%,” pungkas Menko Airlangga. (Lka)

Artikel Terkait
Raih Gelar Doktor Honoris Causa Gyeongsang National University (GNU), Menko Airlangga Diakui Dedikasinya dalam Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan
Gelar Rapat Internal di Istana, Indonesia Semakin Siap Berproses Menjadi Anggota OECD
Di Hadapan Media Jerman, Menko Airlangga Sebut Investasi Tidak Memiliki Bendera, Indonesia Membuka Peluang Investasi dari Semua Pihak
Artikel Terkini
Direktur Indo Barometer M Qodari dan Demokrat Tanggapi Gugatan Uji Materi Dr Audrey Agar Pelantikan Prabowo Dipercepat
Mungkinkan Pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih Bisa Dipercepat? Simak Penjelasannya!
WWF ke-10 di Bali, Deklarasi Menteri Resmi Diadopsi 133 Negara dan Organisasi Internasional
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Maybrat Lakukan Study Tour ke Minahasa Tenggara
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas