INDONEWS.ID

  • Sabtu, 23/09/2023 13:46 WIB
  • Bang RR, Harga Beras Naik Tinggi - Mampir Dong Ke...

  • Oleh :
    • very
Bang RR, Harga Beras Naik Tinggi  - Mampir Dong Ke...
Tokoh nasional, DR Rizal Ramli. (Foto: Ist)

Oleh: Tulus Sugiharto*)

INDONEWS.ID - Healing itu jadi kewajiban bagi Generasi Now setelah bekerja. Healing bisa dalam hitungan jam, hari mungkin juga mingguan, tapi healing itu katanya penting.  Healing bisa dengan cara jalan-jalan tapi ujungnya ya makan-makan.  Gen Now itu terbiasa makan fast food, cepat saji, ini wajar sebab mungkin saja sejak kecil inilah  makanan  yang disiapkan oleh orang tua mereka yang sibuk bekerja.  Beli atau order dengan cepat dan makan siap sedia di meja makan.  Bahkan banyak makan cepat saji ada layanan drive thru,  pencet tombol, akan ada dialog, pesan, bayar dan makanan terbungkus siap disantap dalam hitungan menit.  Katanya jika tidak sibuk maka layanan by drive thru bisa dua menit, kalau lagi sibuk bisa 10 menit.

Baca juga : Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"

Tapi waktu covid, banyak orang tua dirumah, mungkin kumpul sama kakek dan nenek, makan makanan tradisional pun mulai kembali dicicipi oleh Gen Now ini.  Nasi goreng tradisional,  sayur asem, sambal goreng teri, mungkin yang lebih serius gudeg, tengkleng, rendang, gulai ikan patin, ayam tangkap,  soto betawi,  sop konro, ayam woku dll, wah banyak lah, itu belum kita sebut makanan kecil tradisional. Tapi jangan lupa sambal yang pedas, diulek dan dadakan.

Itu semua proses memasaknya makan waktu, perlu perhatian khusus,nggak bakalan dua menit, bisa jauh diatas 10 menit baru selesai ! Tapi di era covid ya cukup banyak waktu untuk kembali  mengingat dan memakan makanan tradisional.

Baca juga : Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap

Ada statistik yang menyebutkan 75 persen Gen Z saat bepergian kini mulai mencari makan makanan tradisional.  Juga kini  ada Kisarasa Chef Juna dan Chef Renata di Youtube  juga banyak yang lihat.

Makanan tradisional Indonesia itu erat kaitannya dengan nasi yang berasal dari beras, beras yang berasal dari gabah dan gabah yang berasal dari padi.  Serius sehingga setiap proses ada namanya dari padi, gabah, beras dan jadi nasi.   Bangsa lain yang juga menghargai beras atau  nasi itu Jepang.  Ini kata orang yang ahli tentang Jepang dan bahasanya, katanya   Padi = Ine; Gabah = Tsubu; Beras = Kome; Nasi = Gohan.

Baca juga : Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik

Pemerintah Jepang itu sangat hirau pada petani mereka terutama petani beras. Sebuah media online yang menyadur dari Japang Times Maret 2021 menyebutkan Jepang memberlakukan tarif yang lumayan besar sebesar ¥ 341 ( lebih dari Rp 35.00O ) per kilogram untuk impor beras, di luar kewajiban bebas tarif Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).

Bang Rizal Ramli (RR) pasti paham lah mengapa dan bagaimana pemerintah Jepang itu memproteksi petani mereka secara ketat. Apakah petani kita diproteksi ?

Di Indonesia memang agak lain, beras harus terjangkau karena menjadi makanan pokok.  Katanya belum makan, meski sudah makan roti,  kentang plus sosis. Jadi beras itu memang jadi konsumsi wajib. Ada efek domino kalau harga beras naik, pertama  emak-emak mengeluh  dan kemudian jadi perhatian bapak-bapak karena ada keluhan dari emak-emak  dan kemudian warteg harganya naik dan seterusnya.

Ah, ada  banyak lah alasannya kenapa harga beras naik, mulai dari kemarau, turunnya produksi hingga meningkatnya permintaan.

Bang RR itu pernah jadi Kepala Bulog, dia cerita, tiap sore melihat tabel, jika  tabel warganya putih, ah aman harga beras tidak naik,  kalau  tabel warna hijau harga beras naik sedikit dst.  Kalau warna tabel mulai berubah, bang RR tidak segan menelpon langsung ke kepala Bulog daerah untuk tanya, kenapa naik.  Kalau misalnya naik harga karena ada yang menimbun, cepat banjiri pasar, dst. Bang RR itu  terbiasa berpikir dengan cepat,    mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah dan segera melakukan  aksi  untuk menyelesaikan masalah. Kerap  penyelesaian sebuah masalah dengan  out of the box .

Bang Rizal Ramli itu ibarat makanan tradisional, bukan makanan cepat saji. Dia ada itu orang yang mengalami proses hidup  mulai dari masa kecil yang sulit, meraih pendidikan yang tinggi, masuk dalam pemerintahan, aktif dalam pergerakan dan selalu menjadi pemimpin patriot yang rela membela orang kecil. Maaf ya pemimpin cepat saji itu biasa hasil dari proses ngetop di media sosial.

Bang RR bentar lagi pasti turun ke pasar, lihat harga beras, akan kasih solusinya.  Bagusnya habis ke pasar beli beras, diajak mampir ke Teuku Umar, cicipi makanan lezat buatan ibu Mega, ya sambil ngobrol soal bangsa ini kedepan.

*) Tulus Sugiarto adalah pemerhati Sosial-Politik

Artikel Terkait
Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"
Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap
Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik
Artikel Terkini
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas