Opini

Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik

Oleh : luska - Minggu, 05/05/2024 07:37 WIB

Oleh: Asri Hadi – Diseb IPDN dan  Dosen tamu di Sespim polri dan sesko AL

Jakarta, 4 Mei 2024. Halalbihalal dan sekaligus Reuni FISIP-UI Angkatan ‘78 berlangsung meriah sepanjang Sabtu pagi hingga sore pada 4 Mei 2024. “Meledak! Pesertanya sekitar 70 orang. Banyak donatur dan sponsor yang mendukung acara ini,’’ ujar Duta Besar Prayono Atiyanto, Ketua Panitia.

Acara berlangsung di tempat kediaman keluarga besar dari Sri Milatini yang berada di Kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tini, demikian panggilan akrabnya, merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Letjen (Purn) Soegih Arto (mantan Jaksa Agung yang menjabat pada 1966 hingga 1973 lalu dan dikenal memiliki integritas tinggi) dan Imas Djamilah. “Atas nama teman-teman FISIP-UI Angkatan ‘78, kami berterima kasih kepada Tini. Selain tempat, ia juga menyediakan konsumsi dan menyiapkan door prize,” kata Duta Besar Prayono.

Panitia Halabihalal dan Reuni yang dikomandani oleh Duta Besar Prayono terdiri dari Sosiolog Irma Dharmaniati (pemilik Deka Research, perusahaan yang kiprahnya di mancanegara dan pernah membawa klien hingga ke forum PBB di New York, AS). Selain Irma juga ada Sosiolog lainnya yaitu Otho Hernowo Hadi, selain pernah mengenyam pendidikan di Inggris, ia juga pernah menimba ilmu di Harvard University, AS). Kini, Otho masih tercatat sebagai Tenaga Ahli di lembaga Bappenas dan sesekali mengajar di almamaternya di Universitas Indonesia.

Anggota panitia lainnya adalah Maine Betty (pakar asuransi) berdarah Minang., Emma Sartika (pelukis aliran naturalis) asli mojang Sukabumi yang tak pernah berhenti pameran dari satu galeri ke galeri lain di berbagai kota. Dan juga tak ketinggalan Ade Indira yang berdarah Banyumas dan Sunda, jauh-jauh datang dari kediamannya di Bali hanya untuk menghadiri dan memandu acara dengan misi menghidupkan suasana menjadi heboh. “Karena merekalah acara ini bisa terselenggara. Terima kasih,’’ ujar Eka Yulianti, pensiunan Eselon 1 di sebuah kementerian. Hingga saat ini, Eka – lulusan Lemhanas - masih aktif dalam kegiatan yang berbasis kesetaraan gender.

Tak ketinggalan kehadiran dari Anto Balitaranto, fotografer yang mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan ini. Anto masih aktif terlibat dalam berbagai proyek nasional dan internasional di bidang  fotografi. Ia juga aktif membina anak-anak muda di kalangan akar rumput untuk memanfaatkan ponsel untuk kegiatan fotografi yang kreatif dan produktif. “Saya membangun komunitas di berbagai pelosok di Jakarta. Saya ajak mereka dengan kegiatan yang bisa dimonetisasi melalui kegiatan fotografi dengan hanya menggunakan ponsel,’’ cerita Anto. 

Menurut Duta Besar Prayono, penyelenggaraan Halabihalal ini juga merupakan momentum untuk menyatukan marwah persatuan di antara alumni FISIP-UI Angkatan 78. Para alumni ada yang berbeda profesi, menyebar di berbagai tempat, dan tentunya ketika Pemilu Presiden dan Legislatif yang berlangsung pada Februari 2024 lalu juga berbeda pilihan. “Tetapi pertemanan di atas segala-galanya,’’ ujar diplomat senior yang kini menekuni diplomasi kopi dalam memperkenalkan soft power Indonesia di kancah global.

Selain Duta Besar Prayono, juga tampak hadir diplomat kawakan lainnya – sebut saja seperti Ade Petranto – terakhir menjabat sebagai DCM di KBRI Manila - yang kini banyak menghabiskan waktunya bermain golf dan tenis yang sudah ditekuni sejak masih duduk di bangku sekolah di SMAN 3 Jakarta. “Setelah pensiun, kini saya punya banyak waktu,’’ katanya sambal tersenyum. Di barisan diplomat juga ada Hanggiro “Hengki” Setiabudi yang hobinya membaca dan banyak berkelana di pelosok nusantara. Maklum saja, diplomat yang pernah ditempatkan di lima negara (di antaranya Maroko, Italia, dan AS) boleh jadi kini beralih untuk mengeksplorasi keindahan alam dan keragaman budaya di Indonesia. “Separuh dunia sudah saya kunjungi. Kini saatnya saya membuka mata untuk melihat keindahan nusantara. Masyarakatnya yang multikultural dan juga kekayaan Indonesia di bidang keanekaragaman hayati,’’ ujarnya. Terlihat juga pensiunan Kementerian Luar Negeri Sukaryono Pahlawanto yang akrab dipanggil Nanang, dan kini aktif di berbagai kegiatan sosial.

Acara ini diramaikan oleh alunan musik “Erika dan Pur” yang khusus didatangkan oleh Refsal Nursal, tokoh pengusaha papan atas yang banyak membantu UMKM di Kawasan DKI Jakarta. Tampak terlihat Rio Sarwono yang juga dikenal sebagai pereli nasional, pengusaha kuliner, dan menjabat sebagai komisaris di berbagai BUMN. Juga ada Efan Wahyu Broto, pengusaha properti. Aktivis sosial Widyastio yang mengelola sekolah khusus untuk anak-anak marjinal. 

Kehadiran Sukma Irawan ternyata juga ikut menghangatkan suasana. Ia menyanyikan lagu-lagu nostalgia dengan suaranya yang renyah dan sedap didengar. Di masa mudanya, Iwan (begitu panggilannya) dikenal jago main sepakbola dan pernah tergabung di klub MBFA yang home base nya di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Ia sempat melanjutkan karir sepakbolanya  sebagai pemain sayap di Klub Indonesia Muda, tapi tidak berlangsung lama. Pensiunan pejabat teras di Sekneg itu kini masih aktif sebagai konsultan pengelola Gelora Bung Karno. Juga hadir Tungga Dewa, yang dikenal sebagai pakar enerji minyak bumi dan banyak memberikan kontribusi pemikiran sebagai konsultan di level nasional dan internasional dalam bentuk kajian yang bersifat akademik. Selain punya pemikiran yang akademik, Tungga ternyata juga pernah sebagai praktisi yang berkiprah di perusahaan minyak multinasional.

Kelihatan Lita Mardjuni – dan masih terlihat enerjik – pernah menjadi eksekutif di perusahaan multinasional Nestle. Patricia Medina, yang masih aktif di dunia event organizer. Tampak Nuzirwan Jazir, aktivis berlatar belakang keuangan yang banyak membantu warga yang kurang mampu ekonominya.  Serta Yoyo Hindarto yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kesibukan berbagi ilmu dan pengetahuan dalam bentuk tausyiah di berbagi tempat. Ada pula Christoffel Malau, yang kini dikenal sebagai pakar hukum korporat dan banyak menyelesaikan kasus-kasus hukum “kelas berat”. Sementara Sugeng Wisnu Broto kini bergelut dalam usaha peternakan bebek di Bekasi Utara. “Lumayan prospeknya. Masyarakat kita selain gemar makan ayam, juga suka dengan daging bebek dan telur bebek,’’ katanya, sambal terkekeh. Maklum, usahanya terus menunjukan tanda bakal mendatangkan profit.

Tak ketinggalan ada Bambang Budhiman, kini wirausaha yang sukses dan tak pernah melupakan kegiatan sosial. “Jangan pernah ketinggalan untuk terus berbagi,’’ tutur Bimbim  panggilan akrabnya. Juga ada Jurzal yang ahli keuangan – ketika kuliah di FISIP-UI ia juga berbarengan kuliah di Sekolah Tinggi Keuangan/STAN. “Otaknya memang encer,” komentar Patricia. Tak heran, kalau Jurzal hingga kini masih kerap diminta bantuannya sebagai konsultan keuangan di berbagai lembaga pemerintah dan swasta. 

Di jajaran peneliti ada dua tokoh dari lembaga BRIN, yaitu Louise Hutauruk dan Anis Kemal Dermawan. Kendati punya predikat sebagai peneliti, namun kedua tokoh tersebut juga menguasai panggung. Louise masih memiliki suara emas yang menghibur para hadirin. “Kalau saja Louise meninggalkan karirnya sebagai peneliti BRIN. Mungkin ia bakal menjadi penyanyi kondang,” ujar Duta Besar Prayono.  Sementara Anis menjadi “komandan” dalam line dance alumni FISIP-UI Angkatan ‘78. goyangannya mampu menggerakan hadirin untuk melantai. “Luar biasa Anis. Dia masih lincah dan menawan kendati usianya sudah ‘kepala enam’,” komentar Maya Damayanti, sosok wirausaha yang masih menawan penampilannya.

Sosok peneliti juga ada seperti sosiolog Rachmi Syafei. Ada Irma Sipahutar, Carolina, dan Iwana Frederica yang masih rajin melakukan berbagai kegiatan riset sosial dalam usaha nirlaba. “Mereka – Rachmi, Irma, Carolina, dan Wana – adalah sosok yang masih melakukan pengabdian kepada masyarakat, tanpa lelah dan tanpa pamrih,” tutur Widyastio – yang juga dikenal sebagai aktivis sosial.

Sementara alumni FISIP-UI Angkatan ‘78 yang berkecimpung di dunia Pendidikan, selain Otho Hernowo Hadi, juga ada sosok seperti Mani Festati Broto (dosen di Universitas Terbuka yang mendapatkan gelar Ph.D dari The Australian National University/ANU, Canberra di Australia), Asri Hadi dosen IPDN, juga mengajar di Sespim Polri, Sekolah Staf Gabungan TNI yang mendapat gelar magister Master of art/MA dari Monash University di Melbourne, Australia. Setelah pensiun, Buyung (panggilan akrabnya) masih sering diminta menjadi narasumber dan moderator di berbagai kegiatan seminar dan lokakarya. Tak ketinggalan Dr. Susi Nata yang masih aktif sebagai dosen di Universitas Bunda Mulia, Serpong, Tangerang Selatan. Ada Rasti, yang menjadi guru. Ada Hendra Sutedjo yang mengelola SMAK Bidang Teknologi Informasi. Juga Ahmed Kurnia, atau bisa dipanggil Oetoen, dosen di LSPR Communication and Business Institute terlihat di antara kerumunan hadirin. “Mereka adalah para pendidik dan pengajar yang menyiapkan generasi masa depan yang akan memimpin Indonesia,” ujar Suryo Adi Prasetyo, mantan pengurus PB Perbasasi, induk organisasi olahraga base ball dan soft ball amatir di Indonesia. Di masa mudanya, Suryo adalah atlet soft ball dan kemudian melanjutkan menjadi pengurus dan pernah menjabat sebagai Pembina PB Perbasasi periode 2008-2012. Ia kerap dipercaya membawa tim nasional berlaga di kancah internasional.

Selain dosen, Oetoen juga masih aktif sebagai wartawan, seperti halnya sosok yang kondang sebagai penulis produktif Bunga Putut Tri Husodo. Tulisan Bunga, yang dikenal sangat kritis dan tajam – tapi enak dibaca - bisa dinikmati di berbagai media sosial dan masih menjadi kolumnis di berbagai media daring. Maklum, Bunga (dan juga Oetoen), pernah aktif di Majalah TEMPO pada tahun 1980an-1990an – sebelum majalah mingguan tersebut dibredel Rezim Orde ditahun 1994. 

Sebagai penulis, Bunga - yang skripsinya mengulas masalah korupsi dari kajian sosiologis - punya riwayat yang panjang sebagai aktivis kampus yang pernah tergabung di Koran Salemba (sama seperti halnya Majalah TEMPO, Koran Salemba juga dibredel oleh Rezim Orde Baru). Praktisi media juga hadir seperti Sitti Solvia Basri, mantan petinggi penyiaran publik TVRI. Terlihat pakar komunikasi Tuti Mashuri, Sofi Warouw. “Keduanya sudah menekuni ilmu komunikasi sejak di bangku kuliah, dan ilmunya hingga kini terus diamalkan buat kepentingan masyarakat,’’ komentar Asri Hadi.

Acara Halalbihala itu kemudian ditutup dengan penyanyi hebat lainnya dari Alumni FISIP UI Angkatan ’78 Nina Carlina yang juga punya suara emas. Ia mendendangkan lagu Bahasa Sunda berjudul Pileleuyan – yang sangat menyentuh karena artinya: selamat berpisah. Namun tak lama setelah itu disambungkan lagi dengan lagu berjudul “Kapan-Kapan” dari Koes Plus…

Kapan-kapan kita berjumpa lagi.
Kapan-Kapan kita bersama lagi
Mungkin lusa atau di lain hari.

Akhirnya, pertemuan itu diakhiri dengan lagu “Kemesraan” sudah seperti lagu wajib dalam setiap reuni.

Kemesraan ini 
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu

Lirik lagu “Kemesraan” sepertinya tak pernah basi dan tak pernah lekang. Seperti halnya persahabatan di kalangan Alumni FISIP-UI Angkatan ’78.

 

Artikel Terkait