INDONEWS.ID

  • Jum'at, 17/11/2023 06:45 WIB
  • Wolbachia Singapura dan WHO

  • Oleh :
    • luska
Wolbachia Singapura dan WHO

Penulis : Prof Tjandra Yoga Aditama (Di bandara Doha, dalam transit ke Cape Town Afrika Selatan)

Sehubungan berbagai berita tentang Wolbachia maka disampaikan tiga informasi dibawah ini.

Baca juga : Kesehatan adalah Hak Azazi Manusia

Pertama, pada 21 September 2023 media Channel News Asia (CNA) Singapura menurunkan berita berjudul “Project Wolbachia: 300 million mosquitoes released but not a silver bullet to deal with dengue, says NEA”. Dalam sub judulnya disebutkan bahwa Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura menyebutkan bahwa pada daerah dengan banyak sekali nyamuk maka nyamuk wolbachia tidak akan dapat berkompertisi dan akan menjadi bebannya "berlebihan" (“overwhelmed”). Disebutkan juga bahwa sesudah dimulainya proyek Wolbachia pada 2016 maka kasus dengue belum nampak jelas menurun di Singapura. Pada tahun 2022 masih dilaporkan 32.173 kasus demam dengue, ke dua tertinggi sesudah 2020 dengan  35.266 kasus. Pada awal September 2023, Badan Lingkungan Hidup (National Environmental Agency – NEA) Singapura memberi peringatan bahwa negara itu mungkin akan mengalami kenaikan kasus lagi. Laporan mingguannya menunjukkan beberapa ratus kasus, dengan lebih dari 50 klaster aktif yang terjadi.

Di sisi lain, di beberapa daerah penelitian Wolbachia seperti Tampines, Yishun dan Choa Chu Kang, populasi nyamuk Aedes aegypti turun sampai 98 persen dan kasus dengue sampai 88 persen, sesuai penjelasan dari anggota Parlemen Baey Yam Ken.

Baca juga : Rekor MURI

Direktur “NEA’s Environmental Health Institute” Dr Ng Lee Ching menyebutkan bahwa memang ada perbaikan tapi risiko tetap ada, "Even with Project Wolbachia … it doesn't mean that you have no risk."

Ke dua, keterangan WHO pada 31 Agustus 2022 menyebutkan tentang proses konsultasi publik (“Call for public consultation”) untuk kemungkinan pembentukan “Target Product Profiles (TPPs)” dari populasi Aedes aegypti dengan wolbachia ini dalam kaitan dengan intervensi penggantiannya (“replacement intervention”). Sementara itu, pada Juni 2020 WHO menyampaikan bahwa Wolbachioa memang berhasil dimasukkan ke nyamuk dan berhasil menurunkan kemungkinan penularan berbagai penyakit virus, termasuk dengue, Zika, chikungunya dan demam kuning ("yellow fever"). 

Baca juga : Pertemuan Ke-9 INB WHO 2024 Cukup Menantang, dengan Suhu di Jenewa Masih Dibawah 5 Derajat Celcius

Ke tiga, selain pendapat WHO tahun 2021 dan 2022 di atas, tentu akan lebih baik kalau kita juga mendapatkan perkembangan pendapat resmi WHO ttg Wolbachia di tahun 2023 ini. Di laman resmi Dengue WHO 17 Maret 2023 mmg disebutkan bahwa pencegahan dan pengendalian Dengue bergantung pada pengendalian vektor, hanya memang tidak disebutkan secara jelas cara apa yang sudah resmi direkomendasikan. Yg disebutkan di laman Dengue WHO terbaru Maret 2023 ini adalah untuk mengurangi kemungkinan di gigit nyamuk, a.l dengan berpakaian yg tertutup, penggunaan kelambu kalau tidur siang, penggunaan mosquito repellents (yang mengandung  DEET, Picaridin atau IR3535) dll.

 

Artikel Terkait
Kesehatan adalah Hak Azazi Manusia
Rekor MURI
Pertemuan Ke-9 INB WHO 2024 Cukup Menantang, dengan Suhu di Jenewa Masih Dibawah 5 Derajat Celcius
Artikel Terkini
Warung NKRI Digital, Cara BNPT Kolaborasikan Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Era Digitalisasi
Bahas Revitalisasi Data, Pj Bupati Maybrat Rapat Bersama tim Badan Pusat Statistik Setempat
Mendagri Atensi Keamanan Data Pemilih pada Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024
Kemendagri Serahkan DP4 kepada KPU sebagai Bahan Penyusunan DPT Pilkada Serentak 2024
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Perkuat Komitmen Konstitusional Berpartisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas