INDONEWS.ID

  • Senin, 05/02/2024 21:16 WIB
  • Beda Pilihan Politik Bukan Alasan Pecah Belah, Persatuan dan Toleransi Kunci Jaga Bangsa

  • Oleh :
    • very
Beda Pilihan Politik Bukan Alasan Pecah Belah, Persatuan dan Toleransi Kunci Jaga Bangsa
KH. Embay Mulya Syarif, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla`ul Anwar. (Foto: Dok PMD BNPT)

Banten, INDONEWS.ID – Menjelang Pemilu 2024, suhu politik di Indonesia mulai memanas. Muncul kekhawatiran terjadinya polarisasi dan perpecahan di masyarakat akibat perbedaan pilihan politik. Di tengah situasi ini, pesan damai dan persatuan dari para tokoh agama sangatlah penting untuk didengar.

Salah satu tokoh agama yang lantang menyuarakan persatuan adalah KH. Embay Mulya Syarif, Ketua Umum Pengurus Besar Mathla`ul Anwar. Kiai Embay mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan Pemilu 2024 sebagai ajang pesta demokrasi yang aman, adil, lancar, dan damai.

Baca juga : Peringatan Hardiknas Harus Jadi Momentum dalam Melindungi Generasi Muda dari Intoleransi

“Masyarakat harus ingat bahwa perbedaan pilihan politik adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Kita tidak perlu terpecah belah hanya karena berbeda pilihan. Fanatisme politik yang berlebihan harus dihindari agar tidak memicu konflik,” imbau Kiai Embay di Serang, Banteng, Minggu (4/2/2024).

Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki sejarah panjang dalam merawat persatuan di tengah keragaman. Kiai Embay mencontohkan Piagam Madinah yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW sebagai panduan bagi masyarakat Madinah yang multikultural. Piagam Madinah menjadi bukti bahwa perbedaan bisa disatukan dengan kesepakatan dan toleransi.

Baca juga : Peringati HUT ke-67 PP-PAUD, Nani Suhajar Ajak Pengurus Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan

Indonesia juga memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang dianalogikan Kiai Embay sebagai "Piagam Madinah versi Indonesia". Pancasila merupakan kesepakatan para pendiri bangsa untuk menyatukan bangsa yang beragam.

“Artinya, mengingkari Pancasila sama dengan mengingkari kesepakatan yang telah menyatukan bangsa ini,” tuturnya seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Baca juga : Perkuat Ekosistem Toleransi, SETARA Institute Fasilitasi 13 Daerah untuk Akselerasi Adopsi RAD PE

Untuk itu, Kiai Embay menghimbau para politisi untuk tidak menggunakan politik identitas dan ujaran kebencian demi meraih kekuasaan. Politik yang sehat harus mengedepankan persatuan dan kemajuan bangsa.

“Demi merawat persatuan Indonesia, kita harus kembali memahami bahwa bangsa ini berasal dari 200 kerajaan lebih yang terpisah-pisah di 17.000 pulau. Walaupun Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah dan ribuan suku, kita tetap bisa bersatu. Kepada semua politisi, janganlah sampai nikmat Allah yang berupa kebhinekaan dan persatuan bangsa ini dinodai hanya karena mendahulukan kepentingan politiknya. Jangan sampai ada dari kita yang menyebarkan kebencian yang sengaja dilakukan untuk memecah belah bangsa ini,” tegasnya.

 

Peran Tokoh Agama

Kiai Embay menilai bahwa tokoh agama dan tokoh masyarakat memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan damai dan persatuan kepada masyarakat. Ia juga mengajak para ulama dan tokoh agama untuk aktif menyampaikan nilai-nilai toleransi dan kebangsaan kepada umat.

Ketua Forum Pembaruan Pembaruan Kebangsaan Provinsi Banten ini mengajak seluruh pihak untuk mengedepankan persatuan dan toleransi. Dengan begitu bangsa Indonesia dapat melewati kontestasi politik dengan damai dan meraih kemajuan bersama.

Kiai Embay pun mengajak segenap bangsa Indonesia untuk bisa mengapresiasi negaranya sendiri. Mengambil perbandingan dari peradaban Bangsa Arab, yang dienal sebagai bangsa yang sulit untuk disatukan, hingga kemudian terpecah menjadi beberapa negara yang berdiri sendiri.

“Diutusnya Rasulullah kepada Bangsa Arab kala itu membawa perubahan yang sangat signifikan. Dalam tempo 20 tahun, yang terbilang singkat untuk mengubah suatu peradaban, Rasulullah bisa menyatukan bangsa Arab yang terpecah belah dengan kebiasaan mereka berperang antar suku, menjadi satu negara yaitu negara Madinah. Hal ini diawali dengan hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah dan membuat 5 kesepakatan, yaitu disebut dengan Misak Madinah atau Piagam Madinah,” terang Kiai Embay. 

Dari beberapa poin Piagam Madinah antara lain menyebutkan bahwa Rasulullah mempersaudarakan pendatang dan penduduk asli yaitu Muhajirin dan Anshar. Kemudian Rasulullah juga menyatukan Arab dengan non-Arab, contohnya Suhaib al-Rumi yang asalnya Romawi, dan ada Salman al-Farisi yang asalnya dari Persia serta lainnya. 

Piagam Madinah juga berperan dalam menyatukan Muslim dan non-Muslim. Di dalamnya tertulis bahwa semua pemeluk agama berhak menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Kemudian Rasulullah juga menyatakan bahwa seluruh manusia di muka bumi adalah saudara seketurunan dari Nabi Adam ‘Alaihissalam, yang Allah ciptakan tanpa ayah tanpa ibu. 

“Alhamdulillah dengan adanya Misak atau Piagam Madinah, bangsa Arab yang semula terpecah akibat seringnya perang suku karena lebih mengutamakan kesukuannya, kemudian mereka bisa bersatu menjadi sebuah negara yang bernama Daulah Madinah,” imbuh Kiai Embay.

Dirinya mengingatkan bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Maka dari itu, seluruh anak bangsa harus bisa menerima perbedaan. Islam juga mengajarkan untuk saling menghormati perbedaan apapun selama tidak bertentangan dengan aturan agama dan aturan negara.

Menurutnya, jika merawat keutuhan bangsa itu tidak hanya menghargai jerih payah para pejuang terdahulu dalam menggapai kemerdekaan, namun juga berarti bisa mengambil contoh dari Rasulullah SAW dalam mematuhi kesepakatan bernegara yang telah dibuat sebelumnya.

Mengakhiri penjelasannya, Kiai Embay pun berpesan, masyarakat perlu diingatkan bahwa perbedaan pilihan politik bukanlah alasan untuk berpecah belah. Persatuan dan toleransi adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa. 

“Pemilu 2024 yang dilakukan secara serentak ini merupakan upacara atau acara ritual bangsa Indonesia setiap 5 tahun sekali. Kita cukup laksanakan dengan tenang, senang, dan tidak perlu ada ribut gara-gara beda pilihan. Makanya itulah pentingnya menjaga kesepakatan yang namanya Pancasila,” pungkas KH Embay Mulya Syarief. ***

Artikel Terkait
Peringatan Hardiknas Harus Jadi Momentum dalam Melindungi Generasi Muda dari Intoleransi
Peringati HUT ke-67 PP-PAUD, Nani Suhajar Ajak Pengurus Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan
Perkuat Ekosistem Toleransi, SETARA Institute Fasilitasi 13 Daerah untuk Akselerasi Adopsi RAD PE
Artikel Terkini
Menteri PANRB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Digelar Juni
TOZO Memperkenalkan Deretan Produk Inovatif Terbaru: TOZO Open Buds Sebagai Flagship
Perayaan Hari Ulang Tahun ke 15 Kabupaten Maybrat
SMP Islam Al Azhar BSD Raih juara 1 Tari Tradisional di Spanyol
Tanggapi Tuduhan Ade Pencuri, Lawyer Gaul: gak Cocok sama Faktanya
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas