Israel Siap Serang Fasilitas Nuklir Iran, Ini Tanda-tandanya
Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah laporan menyebut Israel tengah mempersiapkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran dalam beberapa hari ke depan. Langkah ini diambil di tengah mandeknya negosiasi antara Teheran dan Washington terkait program nuklir Iran.
Reporter: Rikard Djegadut
Redaktur: Rikard Djegadut
Jakarta, INDONEWS.ID - Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah laporan menyebut Israel tengah mempersiapkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran dalam beberapa hari ke depan. Langkah ini diambil di tengah mandeknya negosiasi antara Teheran dan Washington terkait program nuklir Iran.
Mengutip laporan dari Sky News dan NBC News, rencana Israel tersebut akan tetap dijalankan meskipun tanpa dukungan langsung dari Amerika Serikat. Sumber dari Gedung Putih menyebut bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mulai mempertimbangkan langkah militer secara serius setelah mengetahui bahwa pembicaraan antara Iran dan AS semakin dekat dengan kesepakatan awal—termasuk soal hak pengayaan uranium oleh Teheran.
Israel memandang pengayaan uranium oleh Iran sebagai ancaman eksistensial yang tidak dapat ditoleransi. Oleh karena itu, jika kesepakatan antara AS dan Iran tetap mencakup izin pengayaan uranium, maka serangan Israel terhadap Iran dianggap sebagai opsi terakhir yang harus ditempuh.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa tim negosiasinya telah memasuki tahap akhir dalam pembicaraan dengan Iran. Meski begitu, ia belum menunjukkan sinyal kuat untuk menghentikan Israel. “Kita akan lihat apa yang akan terjadi,” ujar Trump saat ditanya alasan evakuasi sejumlah personel AS dari Timur Tengah.
Sementara itu, Washington Post melaporkan bahwa Departemen Luar Negeri AS telah memerintahkan staf non-esensial untuk meninggalkan kantor-kantor kedutaan AS di Irak, Bahrain, dan Kuwait. Langkah ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi terhadap kemungkinan balasan dari Iran, mengingat wilayah tersebut berada dalam jangkauan rudal Teheran.
Kementerian Luar Negeri AS juga telah menginstruksikan semua kedutaan di kawasan untuk mengaktifkan tim tanggap darurat serta meninjau ulang kapasitas perlindungan dan evakuasi personel.
Di tengah situasi genting ini, putaran negosiasi lanjutan antara AS dan Iran yang sedianya dijadwalkan berlangsung pada Minggu, 15 Juni 2025, di Muscat, Oman, terancam batal. Meski demikian, Gedung Putih menyebut utusan khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, tetap dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi.
Witkoff sendiri pada Rabu (11/6) malam menghadiri acara di New York, sebelum dipanggil langsung oleh Trump ke Gedung Putih. Dalam unggahan di Truth Social, Trump menyampaikan dukungannya terhadap militer AS.
“Saya lebih percaya diri dari sebelumnya bahwa Angkatan Darat AS akan terus menorehkan kejayaan. Anda akan melindungi setiap inci tanah air,” tulisnya.
Sementara itu, The New York Times menyoroti bahwa perundingan nuklir AS–Iran saat ini semakin terancam gagal. AS bersikeras Iran harus menghentikan sepenuhnya kemampuan pengayaan uranium, sementara Teheran menolak menyerahkan hak atas teknologi nuklirnya di dalam negeri.
Situasi ini menandai titik kritis baru dalam konflik berkepanjangan di kawasan, yang dikhawatirkan dapat memicu eskalasi besar jika serangan Israel benar-benar terjadi.