Israel Gempur Iran 3 Malam Berturut-turut, Komandan Elite Tewas dan Fasilitas Nuklir Lumpuh, Negara di Ujung Tanduk
Serangkaian serangan udara Israel selama tiga malam berturut-turut mengguncang jantung pertahanan Iran. Laporan dari sejumlah pejabat keamanan regional menyebutkan, serangan tersebut menewaskan puluhan komandan senior serta merusak infrastruktur militer dan fasilitas nuklir utama negara tersebut.
Reporter: Rikard Djegadut
Redaktur: Rikard Djegadut
Jakarta, INDONEWS.ID - Serangkaian serangan udara Israel selama tiga malam berturut-turut mengguncang jantung pertahanan Iran. Laporan dari sejumlah pejabat keamanan regional menyebutkan, serangan tersebut menewaskan puluhan komandan senior serta merusak infrastruktur militer dan fasilitas nuklir utama negara tersebut.
Sumber yang mengetahui operasi itu mengatakan kepada Reuters, kemampuan balistik Iran dan jaringan pengaruh militernya di Timur Tengah — termasuk Hamas, Hizbullah, dan milisi Syiah di Irak — telah mengalami kelumpuhan signifikan.
Meski Iran meluncurkan ratusan rudal balasan, sebagian besar berhasil dicegat sistem pertahanan Israel. Sejauh ini, korban jiwa di pihak Israel tercatat sebanyak 13 orang, jauh lebih sedikit dibandingkan dampak serangan ke Iran.
“Iran tidak memiliki banyak pilihan. Perang terbuka bisa jadi bencana bagi mereka, tetapi mereka juga tidak bisa terlihat lemah,” ujar Mohanad Hage Ali dari Carnegie Middle East Center.
Dalam tekanan hebat, Iran disebut-sebut mempertimbangkan opsi berbahaya: keluar dari Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan mempercepat produksi bahan bom nuklir. Menurut pengawas nuklir PBB, Iran telah memperkaya uranium hingga 60% dan memiliki cukup cadangan untuk membuat sembilan bom nuklir jika diproses lebih lanjut.
Namun langkah tersebut dapat menjerumuskan Iran pada isolasi internasional dan memicu serangan lanjutan dari Israel serta sekutunya.
“Satu-satunya jalan keluar adalah diplomasi, tapi saat ini Iran tak siap bicara,” ujar analis dari Gulf Research Center, Abdelaziz al-Sager.
Ketegangan juga meningkat di dalam negeri. Menurut seorang pejabat regional, kepanikan mulai menyebar di kalangan elite politik Iran karena serangan udara terbaru secara langsung menghantam struktur kekuasaan dan menimbulkan potensi ancaman bagi warga sipil.
“Kerusuhan dalam negeri adalah ketakutan yang lebih besar dibanding serangan militer,” ujarnya.
Di sisi lain, pengaruh eksternal Iran juga mengalami kemunduran. Hizbullah di Lebanon — sekutu utama Iran — memilih tidak ikut terlibat dalam balasan militer. Kelompok Houthi di Yaman dan milisi di Irak pun kini dalam posisi defensif usai digempur oleh operasi Israel dan koalisi Barat.
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pesan langsung kepada rakyat Iran.
“Perjuangan kami bukan melawan Anda, melainkan melawan kediktatoran brutal yang telah menindas Anda selama 46 tahun,” katanya. “Hari pembebasan Anda sudah dekat.”
Pesan itu dipandang sebagai bagian dari strategi jangka panjang Israel: melemahkan institusi militer Iran dari dalam, sambil mendorong perubahan politik di Teheran.
Seorang mantan pejabat Iran mengakui bahwa serangan ini bisa menandai fase baru dalam sejarah Republik Islam pasca kematian Jenderal Qassem Soleimani pada 2020.
“Satu hal yang jelas: kekaisaran Iran sedang mengalami kemunduran,” ujar analis regional Naoum. “Pertanyaannya kini: apakah mereka dapat mengendalikan proses kemunduran ini? Jawabannya bukan melalui militer, tetapi melalui negosiasi.”