INDONEWS.ID

  • Rabu, 21/06/2017 15:22 WIB
  • Jika Presiden Jokowi Ingin Tetap Bertahan Hingga 2024, Belajar Dari Bung Karno

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Jika Presiden Jokowi Ingin Tetap Bertahan Hingga 2024, Belajar Dari Bung Karno
Jakarta, INDONEWS.ID – Persoalan sosial politik yang mendera Indonesia saat ini, membuat prihatin banyak pihak tidak terkecuali,mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli. Rizal berpendapat, jika persoalan sosial politik bangsa Indonesia saat ini ingin segera selesai, maka Pemerintahan Presiden Jokowi harus melakukan beberapa langkah strategis jika Presiden Jokowi ingin tetap bertahan memimpin Indonesia hingga 2024.. Menurut Rizal, dalam persoalan politik Indonesia pada kasus Ahok seperti membuka kontak pandora yang selama ini tidak pernah dipersoalan oleh bangsa Indonesia. “Sebenarnya kasus ini tidak perlu terjadi. Karena jika dilihat dari sisi Pak Jokowi, beliau memiliki modal politik yang begitu besar. Setelah ada kasus Ahok, membuat modal politiknya menjadi terkuras banyak hanya untuk mengurusi kasus Ahok,” kata Rizal kepada INDONEWS di kawasan Kemang Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Rizal mencontohkan, pilkada Banten yang diikuti oleh sosok Rano karno yang begitu populer di masyarakat Indonesia bisa kalah dengan kompetitornya. Begitupun di Jawa Tengah, ada beberapa Pilkada yang diikuti fungsionaris PDIP namun hasilnya tetap kalah. Dan ini diduga akibat Ahok effect. “Jika hal ini tetap dilakukan dan tidak ada perubahan, dikhawatirkan PDIP yang merupakan partai pendukung Presiden Jokowi bisa ditinggal pengikutnya, dan ini akan berat dalam menghadapi Pilpres 2019,” ujar Rizal. Rizal menegaskan, Presiden Jokowi harus belajar dari Bung Karno. Karena Bung Karno tidak pernah memusuhi Islam. Dimana Bung Karno selalu mengingatkan masyarakat Indonesia bahwa dirinya memliki hubungan historis yang kuat dengan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. “Jika ada yang bilang Bung Karno pernah memusuhi tokoh Islam itu tidak benar. Sebab saat menghukum mati tokoh DI/TII Kartosuwiryo, Bung Karno membuat alasan tertulisnya karena Kartosuwiryo menyuruh anak buahnya melempar granat di sekolah Cikini sehingga menimbulkan korban anak-anak. Dan ditulis bukan karena Kartusuwiryo ingin mendirikan negara Islam. Ini bukti jika Bung Karno tidak pernah memusuhi Islam,” ungkap Rizal. Karena itu, Rizal menyarankan, sebaiknya jangan pernah mengangkat isu soal Pancasila tidak Pancasila, Plurisme tidak Pelurarisme. NKRI tidak NKRI. Apalagi jika Ahok dijadikan tokoh plurarisme bukannya Kwik Kian Gie atau Jaya Suprana. Itu akan menambah luka pada umat Islam. Karena peran umat Islam dalam mendirikan NKRI sangat besar. “Sebaiknya fokus pada isu anti korupsi, misalnya e-KTP dan BLBI dan ini malah akan menaikan rating Presiden Jokowi semaki tinggi,” jelasnya. (hdr)
Artikel Terkait
Direktur Indo Barometer M Qodari dan Demokrat Tanggapi Gugatan Uji Materi Dr Audrey Agar Pelantikan Prabowo Dipercepat
Mungkinkan Pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih Bisa Dipercepat? Simak Penjelasannya!
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Artikel Terkini
Direktur Indo Barometer M Qodari dan Demokrat Tanggapi Gugatan Uji Materi Dr Audrey Agar Pelantikan Prabowo Dipercepat
Mungkinkan Pelantikan Presiden dan Wapres Terpilih Bisa Dipercepat? Simak Penjelasannya!
WWF ke-10 di Bali, Deklarasi Menteri Resmi Diadopsi 133 Negara dan Organisasi Internasional
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Maybrat Lakukan Study Tour ke Minahasa Tenggara
Upacara Peringatan ke-116 Hari Kebangkitan Nasional di Kabupaten Maybrat: Menuju Indonesia Emas
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas