INDONEWS.ID

  • Jum'at, 14/07/2017 22:38 WIB
  • Komunitas Kebaya, Kopi dan Buku: Pendidikan yang Tak Biasa

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Komunitas Kebaya, Kopi dan Buku: Pendidikan yang Tak Biasa
Bapak Suradi saat memberikan pengalamannya dalam diskusi komunitas Kebaya, Kopi dan Buku di Joglo Beer Kemang Jakarta Selatan,
Jakarta, INDONEWS.ID- Dalam rangka menyambut tahun ajaran baru pendidikan, Komunitas Perempuan Kebaya, Kopi dan Buku kembali menggelar diskusi bertemakan Pendidikan yang Tak Biasa di Jogglo Beer Kemang Jakarta Selatan, Jumat (14/5/2017). Menurut inisiator Komunitas Perempuan Kebaya, Kopi dan Buku Kristin Samah, diambilnya tema ini bertujuan untuk memberikan wawasan tentang bagaimana pendidikan anak tidak harus dipaksakan namun memperhatikan aspirasi anak. “Dan jangan khawatir dalam memberikan pendidikan terhadap anak, seperti sekolah di luar negeri. Dengan biaya yang tidak terlalu tinggi semua ada formulanya jika kita mau memulainya,” ujar Kristin kepada INDONEWS. Kristin menambahkan, pada diskusi kali ini nanti akan diisi berbagai pengamalan para undangan dalam memberi dan membimbing anak-anaknya meraih prestasi dengan baik. Salah satunya Bapak Suradi dan Ibu Yanti. Salah seorang undangan yang bernama Suradi menceritakan keberhasilan anaknya yang sekolah diluar negeri berkat beasiswa yang diperolehnya sejak dibangku sekolah. Menurut Suradi, dirinya tidak pernha memaksakan anak-anaknya dalam memilih pilihan sekolah. Namun yang dilakukan dirinya hanya memberikan arahan dan contoh kepada anak-anaknya untuk belajar lebih keras. Mengingat kondisi keuangan dirinya yang dirasa pas-pasan. “Saya tidak pernah memaksakan anak-anak saya untuk memilih sekolah. Karena dengan paksaan seorang anak malah akan terkekang pikirannya. Yang saya lakukan hanya memberikan gambaran situasi kehidupan jika kita tidak belajar atau bekerja dengan keras,” ujarnya. Sementara undangan yang lain, Santi mengaku. Dirinya sempat berbangga dengan anak pertamanya yang memiliki IQ diatas rata-rata. Karena awalnya dirinya beserta suaminya selalu berorientasi pada nilai raport. Namun, ternyata tidak menjamin menjadi pintar, Krn saat menjelang Ujian Nasional nilai anaknya sempat mendapatkan nilai terendah. “Setelah ditelusuri apa penyebab itu semua, saya baru mengetahui anak saya mengalami kejenuhan, setelah sekian lama berkutat pada buku dan tulisan,” ujarnya. Meskipun harus mensupport dengan keras, kata Yanti, akhirnya anak pertamanya bisa melewati masa-masa sulit seperti itu. Dan akhirnya anaknya dapat sekolah yang lebih baik. (hdr)
Artikel Terkait
Efferty Susu Kambing Malaysia, Solusi bagi Pasutri yang ingin Keturunan
Tips Memilih Jasa Penagihan Hutang yang Terbaik
Jakarta Street Jazz Fes,val (JSJF) 2024 Suguhkan Penampilkan Berkelas Puluhan Musisi
Artikel Terkini
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
LPER Dilibatkan BNPT Berikan Kuliah Umum Kepada Peserta Didik di Penajam, dan Kutai Kertanegara, Kaltim
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas