CGTN: Tiongkok Menegaskan Optimisme Ekonomi, Bertekad untuk Tetap Menjadi Motor Pertumbuhan Global

BEIJING, 12 Desember 2024 /PRNewswire/ -- Para kepala organisasi ekonomi internasional memuji pencapaian ekonomi Tiongkok yang luar biasa, serta menyampaikan optimisme bahwa Tiongkok akan tetap menjadi motor pertumbuhan global. Hal ini diutarakan para pemimpin tersebut ketika berkumpul di Beijing dalam dialog"1+10".

Presiden Tiongkok Xi Jinping juga bertemu dengan para pemimpin tersebut, Selasa lalu, serta menegaskan optimisme ekonomi Tiongkok, dan bertekad memperluas kebijakan pintu terbuka demi menghadirkan semakin banyak peluang pembangunan bagi dunia.

Motor terbesar yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi dunia

Xi, juga menjabat Sekretaris Jenderal Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CPC), menyoroti berbagai pencapaian ekonomi Tiongkok. Menurutnya, setelah lebih dari 40 tahun menjalani pembangunan berkesinambungan yang berlangsung pesat, ekonomi Tiongkok kini memasuki babak pembangunan bermutu tinggi, serta berkontribusi sekitar 30% terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

Xi berkata, Tiongkok sangat optimis mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun ini, serta tetap berperan sebagai motor terbesar yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi dunia. Laporan Bank Dunia pada 2022 mengungkap, pada periode 2013-2021, kontribusi rata-rata Tiongkok terhadap pertumbuhan ekonomi dunia tercatat sebesar 38,6%, melampaui kontribusi negara-negara G7 secara total. Maka, Tiongkok pun menjadi motor terdepan yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi dunia.

Menurut data Biro Statistik Nasional Tiongkok pada Oktober lalu, PDB Tiongkok sepanjang tiga triwulan pertama pada 2024 mencapai RMB 94,97 triliun (sekitar $ 13,09 triliun). Nilai PDB Tiongkok ini mengalami kenaikan tahunan sebesar 4,8% dengan tingkat harga konstan.

Xi berjanji, Tiongkok akan semakin membuka diri kepada dunia luar, serta proaktif mengikuti regulasi ekonomi dan perdagangan internasional yang berstandar tinggi, serta membangun iklim usaha yang berorientasi pada pasar, berbasiskan hukum, serta berskala internasional demi mendorong pertumbuhan ekonomi dunia.

Menurut Xi, Belt and Road Initiative (BRI) juga mengalami perkembangan pesat pada dekade terakhir. Xi menilai, inisiatif pun memfasilitasi pembangunan kolektif antara Tiongkok dan dunia. Maka, Xi menyambut keterlibatan berbagai organisasi ekonomi internasional dalam BRI untuk mendorong modernisasi di seluruh negara.

Hingga kini, Tiongkok telah menandatangani perjanjian kerja sama BRI dengan lebih dari 150 negara dan lebih dari 30 organisasi internasional. Data Kementerian Perdagangan Tiongkok menunjukkan, pada akhir 2023, perusahaan-perusahaan Tiongkok telah mendirikan 17.000 anak usaha di pasar luar negeri yang tersebar di negara-negara yang berpartisipasi dalam BRI. Nilai investasi langsung dalam bentuk saham yang ditanamkan perusahaan-perusahaan Tiongkok ini juga mencapai $ 330 miliar. Selain itu, kawasan kerja sama ekonomi dan perdagangan luar negeri yang dibangun dalam naungan BRI telah menciptakan 530.000 lapangan pekerjaan lokal.

Membangun sistem ekonomi dunia yang terbuka dan adil

Dalam pertemuan yang berlangsung Selasa lalu, Xi menggarisbawahi sejumlah tantangan besar yang dihadapi komunitas internasional. XI juga menentang keras praktik pemisahan hubungan ekonomi (decoupling) dan proteksionisme. Menurut Xi, kerja sama global harus ditingkatkan agar sistem ekonomi dunia yang terbuka dapat dibangun.

Xi juga mendorong berbagai negara agar memprioritaskan inovasi, menangkap peluang di sejumlah bidang, seperti ekonomi digital, kecerdasan buatan, serta teknologi rendah karbon, sekaligus mendukung arus pergerakan pengetahuan, teknologi, dan SDM secara lintaswilayah untuk menciptakan motor-motor baru yang menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Xi menentang sejumlah pendekatan seperti membangun "halaman kecil dengan pagar tinggi" dan "memisahkan hubungan ekonomi dan merusak rantai pasok". Menurut Xi, praktik tersebut berdampak negatif terhadap negara yang bersangkutan dan negara lain.

Ketika perdagangan dunia terhambat akibat proteksionisme dan ketegangan geopolitik, Tiongkok terus memperluas kebijakan pintu terbuka, serta membuat perkembangan penting dengan mengintegrasikan ekonomi nasional dengan pasar global. Salah satu langkah utama yang ditempuh Tiongkok adalah penerapan Undang-Undang Investasi Asing yang baru pada 2020. Undang-undang ini meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual, menyetarakan kesempatan berusaha bagi perusahaan asing, serta meningkatkan iklim usaha yang lebih transparan dan adil.

Lebih lagi, dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah melonggarkan kebijakan yang membatasi arus modal asing di sektor jasa keuangan. Maka, pelaku-pelaku industri dari luar negeri kian aktif dalam sektor perbankan, sekuritas, asuransi, dan manajemen investasi. Tiongkok pun telah mencabut daftar negatif investasi di sektor manufaktur, serta meluncurkan proyek uji coba di industri telekomunikasi dan kesehatan untuk memperluas kesempatan investasi asing. Langkah tersebut menunjukkan tekad Tiongkok mewujudkan ekonomi dunia yang lebih terbuka, inklusif, dan setara.

Mengenai pentingnya ekonomi global yang bersifat terbuka, Xi turut membahas hubungan Tiongkok-Amerika Serikat. Menurut Xi, Tiongkok ingin menjaga dialog, memperluas kerja sama, dan mengatasi perbedaan dengan pemerintah Amerika Serikat. Xi pun berharap, hubungan bilateral kedua negara dapat berjalan dengan baik, sehat, dan berkelanjutan.

"Perang tarif, perang dagang, dan perang sains-teknologi melawan arus sejarah, serta hukum ekonomi. Maka, tidak ada pemenang yang muncul dalam perang-perang tersebut," ujar Xi.

Informasi lebih lanjut:
https://news.cgtn.com/news/2024-12-10/China-reaffirms-confidence-vows-to-remain-global-growth-engine-1zdYcO2rHCo/p.html