Nasional

Peran Perempuan Sebagi Ibu dan Wanita Karir Dalam Era Digital

Oleh : very - Selasa, 18/12/2018 17:18 WIB

Elyah Musarova, berpangkat Letkol TNI di Angkatan Laut. (Foto: Ist)

Oleh: Elyah Musarovah

“Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi, siapapun yang kehilangan dan ketidakhadiran ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senentiasa merestui dan memberkatinya” (Khalil Gibran).

INDONEWS.ID -- Perkembangan teknologi yang begitu pesat menambah tantangan yang dihadapi oleh setiap orang tua terutama bagi seorang ibu, sehingga membuat pengawasan dan cara mendidik anak menjadi meningkat. Hal ini dikarenakan dampak perkembangan teknologi informasi telah mengubah pola komunikasi di dalam keluarga, terutama pada anak-anak generasi milenial yang hidup dan tumbuh bersama di era digital, sehingga membuat pola asuh dan bimbingan kepada anak tidak bisa disamakan seperti era-era sebelumnya.

Ibu memiliki peran sentral dalam sebuah keluarga karena telah terbukti bahwa orang besar lahir dari tangan dingin seorang ibu. Masa depan bangsa ditangan pemuda dan pendidikannya berada dalam tangan seorang ibu. Sulit dibayangkan dalam satu generasi pola didik orang tua diambil alih oleh gawai atau gadget sehingga nilai-nilai moral anak-anak bukan dari teladan dan petuah orang tua melainkan gelontoran informasi luar rumah yang tanpa batas.

Tantangan ini bukan khayalan atau omong kosong semata melainkan sudah ada di depan mata. Berbagai hasil survei telah memberikan peringatan kepada kita semua. Indonesia adalah merupakan negara terbesar pengguna media dan Internet di Asia. Dari 264 juta penduduk Indonesia sebanyak 133 juta (50%) adalah pengguna internet dan 115 juta (44%) adalah merupakan pengguna aktif medsos. Pengguna internet menghabiskan tiga hingga lima jam sehari berselancar di dunia maya, sedangkan pada anak SD dan remaja menghabiskan waktu rata-rata delapan jam dari waktu efektif 16 jam sehari menggunakan waktu lebih dari separuh hidupnya Bersama gawai/gadget. (Suara Pembaharuan “Peran Ibu di Era Digital” Senin, 18 Desember 2017 jam 16.15 WIB)

Bagi seorang ibu yang juga sebagai wanita karir (ibu bekerja) menyikapi era yang demikian tentu saja memerlukan waktu dan tenaga ekstra. Hal ini dikarenakan sebagai wanita karier tentu saja waktu bersama dengan anak-anaknya dibatasi oleh aktivitasnya di tempat kerja. Oleh karena itu ibu bekerja harus mampu menutupnya dengan meningkatkan kualitas saat bersama anak-anaknya terutama dalam menyampaikan norma-norma dan pengetahuan yang berlaku dan bagaimana cara bijak bersosial media.

Hal ini dikarenakan anak-anak adalah petualang dan pembelajar sejati yang penuh kejujuran dalam merealisasikan pikiran serta mengekpresikan perasaannya. Karena dalam proses pembentukan kepribadiannya terbentuk berdasarkan hasil meniru, baik dari dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan luar. Akan tetapi faktor internal dalam keluraga seperti kasih sayang, perhatian, pola asuh, didikan, serta metode pendekatan akan dapat membentuk kepribadian yang membangun kecerdasan anak dan memiliki porsi lebih besar.

Akan tetapi seorang ibu juga harus menyadari dan memahami adanya faktor alami serta bakat dan dorongan minat masing-masing anak yang berbeda-beda. Karena tanpa disadari oleh orang tua bahwa prilaku anak-anak adalah hasil dari daya imajinasi yang sangat tinggi sehingga ketika mereka melakukan kenakalan-kenakalan yang kita anggap itu kenakalan sebenarnya bagi mereka adalah memainkan permainan yang ingin mereka mainkan. Selain itu anak-anak juga mengalami tahap-tahap perkembangan berkesinambungan yang berbeda-beda sesuai dengan usiannya, sehingga mereka membutuhkan dasar yang kuat untuk bertumbuhkembang. Oleh karena itu sebagai orang tua apalagi seorang ibu hendaklah dapat memahami tahapan perkembangan anak sehingga dalam menangani prilaku anak dapat disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak. (Laksamana TNI Siwi Sukma Adji “21 Peran Kowal dalam menghadapi tantangan global”, Dispenal)

Bagi Ibu bekerja atau yang lebih keren disebut “wanita karier” hal ini tentu saja menimbulkan Tarik-menarik yang begitu kuat seiring dengan gerakan “woman’s lib” dan gerakan emansipasi wanita yang dimulai pada tahun 1960-an sehingga membuat para kaum ibu banyak yang jatuh pada mainsentream tuntutan luar.Sehingga membuat berbagai problem kehidupan keluarga mulai bermunculan.

Sementara disisi lain bahwa tuntutan dasariah kehidupan keluarga yang meniscayakan kehadiran ibu secara intens dalam setiap nafas kehidupan keluarga. Sehingga akibat tersebut dapat memunculkan ketegangan dalam keluarga dimana seorang ibu tidak lagi mampu memenuhi peran dan fungsinya sebagai surga dan tempat perlindungan. Bahkan kelurga telah menjadi titik start pelarian keintiman dan kekerabatan, sehingga makna tempat kediamanpun tidak lagi “home” tapi “house” sehingga membuat hubungan antara anak dan orang tua-pun menjadi rentan secara psiko-spiritual.

Oleh karena itu sebagai ibu yang bekerja harus mampu mentrasformasi dirinya dimana dia sebagai seorang ibu sebagai pemelihara, pengasuh dan pendidik anak-anaknya dan juga sebagai teman yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Sehingga badai dari liberasi moral dan korporasi kapitalisme-materialisme yang merengangkan ikatan-ikatan spiritual dan kekerabatan dalam keluarga tidak akan terjadi apalagi mengangap “gawai/gadget” sebagai ibu bagi dirinya.

*) Penulis berpangkat Letkol TNI di Angkatan Laut

Artikel Terkait