Nasional

Darmawan Prasodjo: Baru 40 Persen Penduduk DKI yang Menggunakan Transportasi Publik

Oleh : very - Minggu, 28/07/2019 19:10 WIB

Deputi I Bidang Energi dan Infrastruktur Staf Kepresidenan, Darmawan Prasodjo. (Foto: Antara)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Pembangunan infrastruktur untuk transportasi publik, mobil listrik, dan pemakaian energi terbarukan bisa menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki kualitas udara di Jakarta.

Demikian disampaikan Darmawan Prasodjo dalam diskusi di sebuah stasiun televisi di Jakarta, Sabtu malam (27/7/2019).

“Pembangunan infrastruktur Jokowi, yang menjadi bagian  transportasi publik, menjadi salah satu pemecahan masalah kualitas udara secara komprehensif dan permanen,”  ujar Deputi I Bidang Energi dan Infrastruktur Staf Kepresidenan, Darmawan Prasodjo seperti dikutip jokowidodo.app.

Dicontohkannya, salah satunya adalah pembangunan infrastruktur seperti MRT untuk mengintegrasikan moda transportasi yang bertujuan untuk mendorong publik untuk menggunakan transportasi umum. Keterbatasan infrastruktur jalan di Jakarta dan sekitarnya menjadi persoalan yang memunculkan kemacetan yang berakibat pada kerugian yang luar biasa besar.

Darmo, begitu panggilan akrabnya, juga menyampaikan bahwa telah terjadi penundaan pembangunan infrastruktur MRT selama 25 tahun. Singapura sudah membangun infrastruktur secara masif pada 1980 untuk membangun konektivitas, dan mendorong penduduk Singapura untuk menggunakan transportasi publik.

Sementara itu dari jumlah penduduk Jakarta sebanyak 10 juta, baru 40 persen yang menggunakan transportasi publik. Artinya 60 persen menggunakan kendaraan pribadi.

“Pertumbuhan jalan di Jakarta hanya 0,01 persen per tahun. Sedangkan pertambahan kendaraan per tahun sebanyak sekitar 10 persen per tahun. Hal ini tentu mengakibatkan kemacetan,” kata Darmawan.

Terkait persoalan kualitas udara di Jakarta, selain pembangunan infrastruktur transportasi publik yang terkoneksi di seluruh wilayah Jabodetabek, penggunaan kendaraan listrik juga bisa menyumbang perbaikan udara di Jakarta.

“Pemakaian mobil listrik bisa mengurangi emisi sebesar 30 persen dan bisa membuat udara lebih bersih, sementara biaya operasional mobil listrik 50 persen lebih murah dari kendaraan yang penggunaan BBM (bahan bakar minyak),” jelas Darmo membandingkan keunggulan pemakaian listrik dibandingkan BBM.

Energi terbarukan di Indonesia juga akan didorong untuk penyediaan tenaga listrik dengan mengurangi pemakaian batubara sekitar 58 persen.  Dalam 10 tahun mendatang, komitmen terhadap energi terbarukan, berdasarkan RUPTL  (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) tahun penyediaan energi terbarukan targetnya diperbaharui menjadi 16,7 GW. Ini terkait dengan komitmen sebesar 23 persen pemakaian energi terbarukan yang tengah dituju.

Pada bagian lain disampaikan bahwa kerjasama antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan juga pegiat lingkungan seperti Walhi juga, dibutuhkan untuk bersama-sama mengatasi masalah secara komprehensif yang melibatkan banyak pihak. Pemakaian percobaan bis listrik layak mendapatkan apresiasi. (Very)

 

Artikel Terkait