Gaya Hidup

ISEF 2019, JANA: Terinspirasi oleh Seni Menjahit Sisa Kain Korea

Oleh : very - Kamis, 14/11/2019 19:01 WIB

Para desainer dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang digelar oleh Bank Indonesia dan Indonesia Fashion Chamber. Bertempat di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, pada acara yang digelar untuk tahun keenam (6) ini, ISEF mengangakat tema “Sustainable and Ethical Fashion”. (Foto: Very/Indonews.id)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Salah satu brand moderst fashion Indonesia, tampil dan terlibat dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang digelar oleh Bank Indonesia dan Indonesia Fashion Chamber. Bertempat di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, pada acara yang digelar untuk tahun keenam (6) ini, ISEF mengangakat tema “Sustainable and Ethical Fashion”. Selain fashion show, ISEF kali ini juga diramaikan dengan rangkaian acara seperti seminar, pameran dan bazaar.

“Alhamdulillah sebagai salah satu brand fashion modest, Kami mendapat kesempatan untuk menampilkan karya Kami di Indonesia Sharia Economic Festival, yang merupakan salah satu event besar untuk para pelaku ekonomi syariah khususnya di pasar muslim,” ujar Direktur dan salah satu founder, Istafiana Candarini, di Jakarta, Kamis (14/11).

Istafiana mengatakan, pada kesempatan kali ini, pihaknya membawakan koleksi yang diberi nama “JANA” yang terinsiprasi dari seni menjahit tradisional Korea, yaitu Pojagi atau Bojagi.

“Seperti halnya tema yang diangkat pada ISEF tahun ini yaitu ‘Sustainable and Ethical Fashion’, Pojagi atau Bojagi merupakan teknik menjahit potongan-potongan sisa bahan menjadi satu-kesatuan bahan dan mempunyai fungsi baru. Teknik menjahit ini merupakan salah satu bentuk dari sustainable fashion,” ujar Nadya Karina, Creative Director dan salah satu founder.

Dalam sejarah Korea, jenis kain yang dihasilkan dari teknik Pojagi ini telah sejak lama digunakan oleh segala kalangan sebagai kain pembungkus untuk hadiah yang bernilai. “Ada arti yang baik di balik kebiasaan membuat Pojagi. Ada nilai memori dan recycle, karena memakai kain bekas atau sisa yang sudah bertahun-tahun dipakai sehingga memiliki nilai sejarah dan dipakai lagi dengan mempunyai fungsi baru. Yang unik, ada filosofi di balik kebiasaan membungkus hadiah dengan kain hasil Pojagi. Maknanya adalah untuk menghargai hubungan yang terjalin antara pemberi dan penerima hadiah, dan pemberian ini sebagai rahmat yang melambangkan cinta dan harapan,” tambah Karin.

Metafora budaya Pojagi menyimpan banyak kenangan dan berkah, serta menunjukkan betapa berharganya kain ini. Biasanya kain hasil Pojagi ini diberikan pada momen dan acara spesial seperti ulang tahun, pernikahan, dan pemakaman.

Pemberian nama JANA pada koleksi ini diambil dari bahasa Slovia (Indo-Eropa) yang berarti “Tahmat Tuhan”. Makna JANA sendiri tidak luput dari keuatamaan nilai yang terkandung dalam penggunaan kain hasil Pojagi. “Melalui koleksi ini, Kami ingin mengangkat nilai tentang harga diri, yakni dalam sebuah perumpamaan tentang bagaimana seseorang seharusnya memandang dan mengenakan harga dirinya seperti hadiah terbaik, sebuah rahmat dari Tuhan,” ujar Karin.

Koleksi JANA dibawakan dalam 16 look yang terdiri dari atasan, bawahan, luaran serta dress. Dengan dominasi cutting dan motif yang geometris, serta ditambah dengan tempelan peyet membuat koleksi ini sebagai gabungan dari edgy look namun tetap ada sedikit sentuhan feminin dan kesan anggun.

“Koleksi JANA menghadirkan dominasi penggunan bahan plisket bermotif yang beberapa di antaranya dipadukan dengan bahan see through menjadikan koleksi JANA sebagai urban modest wear yang ditunggu-tunggu oleh para pencita modest fashion dan mudah-mudahan dapat diterima dengan baik,” tambah Karin.

Selain tampil dalam panggung fashion show, mereka juga ikut meramaikan acara ISEF dengan mengisi pameran bazaar ISEF. (Very)

Artikel Terkait