
Jakarta, INDONEWS.ID – Sosok Agam Rinjani, warga negara Indonesia yang tergabung dalam komunitas relawan Rinjani Squad, menjadi sorotan di Brasil setelah turut membantu proses evakuasi jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, dari jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, Lombok. Aksi heroik Agam membuat warga Brasil memberikan apresiasi luar biasa hingga menyumbangkan dana mencapai Rp1,4 miliar.
Penggalangan dana dilakukan melalui dua platform asal Brasil, yakni Voaa dan Razoes para Acreditar, yang berhasil menghimpun lebih dari R$500.000. Donasi ini diumumkan akan diberikan sepenuhnya kepada Agam tanpa potongan sedikit pun, setelah sebelumnya muncul kritik dari publik akibat rencana pemotongan sebesar 20 persen dari hasil donasi.
“Kami memutuskan untuk mentransfer 100 persen dari jumlah yang terkumpul ke Agam, tanpa potongan biaya apa pun,” ujar Vicente Carvalho, mitra pendiri Voaa dan Razoes, seperti dikutip dari media lokal Brasil, O Dia. Vicente juga menyatakan bahwa seluruh proses administrasi untuk transfer internasional sedang diurus agar dana segera diterima oleh Agam.
Agam sendiri menyambut baik inisiatif penggalangan dana tersebut. Dalam siaran langsung bersama pihak penggalang dana, ia menyatakan akan menggunakan dana yang diterima untuk program reboisasi gunung-gunung di Indonesia. Selain itu, Agam juga berkomitmen membagikan sebagian dana kepada rekan-rekannya yang terlibat dalam misi pencarian dan evakuasi jenazah Marins.
Kepopuleran Agam di Brasil meroket usai ia mengunggah proses penyelamatan lewat media sosial. Pengikutnya di platform digital meningkat drastis hingga mencapai 1,5 juta orang. Media Brasil bahkan menyebutnya sebagai “pahlawan”, sebutan yang juga banyak digunakan netizen Brasil.
Kisah tragis pendaki wanita asal Brasil, Juliana Marins, bermula pada 21 Juni sekitar pukul 06.30 WITA, saat ia terjatuh ketika mendaki Gunung Rinjani. Jenazahnya ditemukan oleh tim SAR gabungan pada 23 Juni, dan baru berhasil dievakuasi pada 25 Juni setelah perjuangan panjang di medan ekstrem sedalam 600 meter.
Hasil autopsi di RS Bali Mandara menunjukkan Marins meninggal sekitar 20 menit setelah jatuh. Namun, jenazah yang tiba di São Paulo, Brasil, pada 1 Juli, kemudian kembali diautopsi atas permintaan keluarga dan lembaga perlindungan HAM setempat.
Autopsi ulang dilakukan pada 3 Juli untuk memastikan waktu dan penyebab pasti kematian, setelah muncul dugaan bahwa Marins sempat mengalami dua kali jatuh dalam insiden tragis tersebut.