Bisnis

Hanya dalam 5 1/2 Tahun Utang Pemerintahan Jokowi Kalahkan 10 Tahun SBY

Oleh : very - Rabu, 01/07/2020 17:30 WIB

Utang LN pemerintahan di Indonesia. (Foto: Katta.id)

Jakarta, INDONEWS.ID – Akumulasi utang luar negeri (external debt) Indonesia sejak akhir masa Suharto terus mengalami kenaikan, kecuali pada masa BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang sempat mengalami penurunan. Meskipun memang, posisi utang luar negeri Pemerintah Habibie tetap naik.

Menurut catatan peneliti Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra, masa Presiden Gus Dur yang menjabat pada periode 1999-2001, posisi utang luar negeri mengalami penurunan sebesar USD 17,6 miliar, yang disumbang penurunan posisi pemerintah sebesar USD 6,3 miliar dan penurunan posisi swasta-BUMN sebesar USD 11,3 miliar.

“Yang sangat menarik adalah ternyata hanya dalam 5,5 tahun pemerintahan Jokowi sudah bisa mengalahkan 10 tahun pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam hal kenaikan posisi utang pemerintah. Artinya laju  kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah pada era Jokowi adalah yang tertinggi sepanjang sejarah,” ujarnya seperti dikutip dari artikel opini berjudul Utang Luar Negeri Era Jokowi: Tertinggi dan Paling Tidak Produktif Sepanjang Sejarah yang ditayangkan Katta.id, di Jakarta, Rabu (1/7).

Gede mengatakan, semakin agresif menarik utang luar negeri seharusnya diimbangin dengan produktivitas perekonomian. Masalahnya, katanya, adalah laju utang luar negeri terus bertambah, namun pertumbuhan ekonomi stagnan.  

Kecuali era Gus Dur yang posisi utang luar negerinya bisa turun 3,2 miliar per tahun, seluruh rezim pemerintahan memerlukan kenaikan posisi utang luar negeri pemerintah untuk memompa pertumbuhan ekonomi.

“Yang terjadi pada era Gus Dur adalah suatu model ekonomi yang tidak mainstream, tetapi malah paling menguntungkan untuk Bangsa. Belum pernah terjadi dalam sejarah: pertumbuhan ekonomi naik dari minus ke positif dengan sambal mengurangi utang,” ujarnya.

Bila diperhatikan dari tabel di atas, utang pemerintahan Jokowi paling tidak produktif bila ditinjau dari laju posisi utang luar negeri (ULN).

“Laju posisi ULN pemerintah naik sebesar USD 14,62 miliar pertahun, tapi hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang stagnan di 5 persen selama 5 tahun pemerintahannya,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait