Nasional

Anatomi Seabad Indonesia 2045

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 01/08/2020 15:30 WIB


Logo Muhamadyah dan NU

Oleh: Christianto Wibisono, penlis buku Kencan Dinasti Menteng.

INDONEWS.ID - Pendiri/Ketum I KH Ahmad Dahlan lahir di Yogjakarta 1, Agustus 1868 – mendirikan Muhamadyah pada 18 November 1912. Lalu pada 20 Desember 1912 mengajukan permohonan badan hukum pada Pemerintah Hindia Belanda  yang baru dikabulkan dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914 hanya lokal Yogjakarta.

Kemudian pada tanggal 7 Mei 1921, Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 2 September 1921.

Ia wafat 23 Februari 1923 setelah memimpin Muhamadyah selama 11 tahun. Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional dengan surat Keputusan Presiden no. 657 tahun 1961. Ketum ke-2 KH Ibrahim juga memimpin selama 11 tahun 1923-1934, Ketum 3, KH Hisyam 1934-1937, Ketum 4 KH Mas Mansur 1937 -1942 Ketum 5 Ki Bagus Hadikusumo juga 11 tahun 1942-1953.

Ketum 6 Buya AR St Mansur 1953-1959, Ketum 7 KHM Yunus Anie 11959-1962, Ketum 8 KH Admad Badawi 1962-1968, Ketum 9 KH Faqih Usman lahir 2 Maret 1904 – meninggal 3 Oktober 1968 pada umur 64 tahun.

Ketum 10 KH AR Fachrudin adalah ketum terlama 22 tahun 1968-1990.
Ketum 11 KH Ahmad Azhar Basyir 1990-1995, Ketum 12, Prof DR Amien Rais 1995-1998, Ketum 13 Buya Syafii Marif 1998- 2005, Ketum 14 Prof Drn Syamsudin 2005-2015 dan Ketum 15 Haedar Nashir 2015-kini.

Anatomi Nahdlatul Ulama Rais Am Syuriah

1. KH. Moh. Hasyim Asyarie *1871 -1926-1947 +1947

2. KH. Adul Wahab Chasbullah *1888-1947 +1971

3. KH. Bisri Syamsuri *1887 – 1971 +1980

4. KH. Muh. Ali Maksum *1915-1980 +1984

5.KH. Ahmad Muh. Hasan Shiddiq *1926 -1984+1991

6.KH. Ali Yafie Pjs *1926 -1991-1992

7. KH. M. Ilyas Ruhiyat *1934 – 1992-1999+2007

8. KH. M. Ahmad Sahal Mahfudz *1937 – 1999-+2014

9. KH. Mustofa Bisri * 1944 – 2914-2015

10. KH. Ma’ruf Amin *1943-2015-2018

11.KH. Miftachul Akhyar *1953 – 2018

Daftar Ketua Umum Tanfiziah Nahdlatul Ulama

1. KH. Hasan Gipo 1926-1952  (26 tahun)

2. KH. Idham Chalid 1952-1984 (32 tahun rekor terlama)

3. KH. Abdurrahman Wahid 1984-1999 – Presiden ke-4 RI (1999-2001).

4. KH Hasyim Muzadi1999-2010

5. Prof Dr. KH. Said Agil Siraj 2010 - kini PGRI mengagumkan usianya sama dengan umur RI lahir 1945 di Solo dan sudah Kongres 21 memilih 21 ketua. 

Tapi sebetulnya tokoh ketumnya banyak yang nyaris seumur hidup. terpilih beberapa kali Kongres berurutan sehingga hanya 8 orang saja yang pernah jadi Ketum PGRI.

1. Amin Singgih, masuk politik jadi bupati (1945-1946)

2. Rh Kusnan pernah jadi Menteri Tenaga Kerja, (1946-1948)
3. Sujono Kromodimuljo (1948-1956)

4. Subiadinata 1956-1970 (4 x kongres) 

5. Basyuni Suryamiharja 1970 - 1998 rekor terlama 28 tahun 6 x kongres.

6. Moh Surya 1998-2008

7. Sulistyo 2008 -2016 lahir  12 Februari 1962 – wafat  14 Maret 2016

8. Prof Unifah Rosyidi (wanita pertama 2016 – kini 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan Nadiem Makarim lahir 4 Juli 1984 jadi menteri pada usia 35 tahun telah meminta maaf kepada 2 ormas yang lebih tua usianya dari Republik.

Muhamadyah 108 tahun dan NU 94 tahun sedang PGRI seusia Republik 45 tahun. Langkah bijak itu diambil Mendikbud karena ketiganya memprotes kebijakan POP Program Organisasi Penggerak yang mengikutsertakan 2 yayasan swasta Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation. 

Keduanya dinilai bagian dari konglomerat yang tidak laik menerima subsidi APBN dari Pemerintah. Nuansa complain, sebagai konglomerat malah justru harus mengeluarkan dana terkait CSR dan bukan malah menerima dana dari APBN yang nilainya Rp. 
10 milyar karena kategori gajah yang disandang kedua foundation itu. Kelas Macan Rp. 5 mlyar dan Kancil Rp 1 milyar.

Nadiem Makarim meminta maaf atas “insiden” ini dan memang kita semua harus introspeksi selama 75 tahun atau bahkan lebih dan ham[pir seabad apa yang harus kita pelajari dan teladani serta apa yang harus kita koreksi dimasa depan. 

Nation state dan negara memang memerlukan governance birokrasi, korporasi bisnis swasta tapi kita juga entitas sosial produktif seperti Muhamadyah NU dan Sampoerna Foundation serta Tanoto Foundation. Sama seperti ketika Hindia Belanda mendirikan THS cikal bakal ITB banyak entitas Tionghoa juga telah berpartisipasi sebagai donatur.

Sampoerna sendiri lahir setahun setelah Muhamadyah, sebagai pabrik rokok kretek yang kemudian dijual ke raksasa transnasional dan pemilik Sampoerna mengalihkan sebagian asset untuk badan sosial pendidikan. Hal yang sama dilakukan oleh Tanoto Foundation yang mengikuti tuntutan zaman tentang Corporate Social Responsibility seperti dilakukan oleh banyak badan sosial bentukan konglomerat lain seperti Astra, BCA dll. 

Kepada semua tokoh yang terkait dengan program ini kiranya semua berbesar hari untuk tidak terjebak pada emosi konflik “sara” yang pasti tidak akan membawa kita kearah milenial yang lebih baik. 

Kalau Lembaga Eijkman 1929 menang hadiah Nobel Kedokteran untuk penemuan vitamin anti beri beri maka kita seharusnya mengerahkan semua kekuatan nasional di Indonesia termasuk modal asing sekalipun yang ada di Indonesia untuk berkiprah, berkinerja semaksimal mungkin untuk bisa meraih Nobel di bidang masing masing.

Semoga ulasan tentang kekuatan sosial yang harus di integrasikan dan disinergikan secara harmonis ini disumbangkan oleh PDBI dalam rangka menebar oprimisme dan assertiveness bahwa Indonesia Inc akan benarbenar menjadi kekuatan ke 4 sedunia dalam kualitas pada seabad Indonesia. Dan itu hanya bisa bila kita menghilangkan segala virus SARA kabilisme yang menjadi predator impotensi Indonesia Inc. Jakarta 31 Juli 2020.*

Artikel Lainnya