Nasional

Wacana Pemulangan WNI Eks ISIS, Aktivist: Terkesan Sengaja `Digoreng` Sekelompok Orang

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 03/02/2020 11:59 WIB

Ketua Umum DANTARA (Damai Nusantaraku) Putri Simorangkir (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan sebanyak 600 WNI yang sempat bergabung dengan kelompok teroris Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), akan dipulangkan ke Tanah Air dari Timur Tengah. Informasi tersebut diterima Fachrul dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

"Sekarang mereka terlantar di sana dan karena kepentingan kemanusiaan minta dikembalikan ke Indonesia itu termasuk kewajiban kita bersama untuk mengawasinya dan membinanya. Mudah-mudahan mereka bisa kembali menjadi warga negara Indonesia yang baik," ujar Fachrul dalam pidato sambutannya di acara Deklarasi Organisasi Kemasyarakatan Pejuang Bravo Lima (PBL), Discovery Ancol Hotel, Jakarta Utara pada, seperti dikutip dari IDNtimes.com, Sabtu (1/2).

Rencana pemerintah tersebut kemudian memantik kontroversi di masyarakat. Sebagian besar menolak wacana pemulangan WNI eks kombatan ISIS lantaran dianggap bakal menjadi beban negara di kemudian hari. Pasalnya, telah terjadi beberapa kasus aksi teror oleh mantan anggota kelompok teroris tersebut yang pulang ke sejumlah negara asal mereka.

Membaca penolakan yang masif dari masyarakat, Menag buru-buru mengeluarkan pernyataan untuk mengkaji apakah keputusan tersebut tepat atau tidak. Seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Agama di www.kemenag.go.id, Fachrul Razi mengatakan bahwa pemerintah saat ini masih mengkaji kemungkinan memulangkan mereka ke Indonesia.

"Rencana pemulangan mereka itu belum diputuskan pemerintah dan masih dikaji secara cermat oleh berbagai instansi terkait di bawah koordinasi Menkopolhukam. Tentu ada banyak hal yang dipertimbangkan, baik dampak positif maupun negatifnya," terang Menag di Jakarta, seperti dikutip dari laman resmi kemenag di Kemenag.go.id Sabtu (01/02) malam.

Ketua Umum DANTARA (Damai Nusantaraku) Putri Simorangkir mengatakan bahwa wacana pemerintah memulangkan eks kombatan ISIS tersebut merupakan ulah para oknum yang tidak menyukai Menag Fachrul Razi. Putri menilai isu ini sengaja `digoreng` oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Sebenarnya dalam pidato Pak FR tanggal 31 Jan maupun tanggal 1 February, tidak ada sama sekali beliau menyinggung soal 600 wni yang mau kembali ke Indonesia. Menurut saya, ini terkesan sedang `digoreng` pihak-pihak yang tidak senang dengan Menag," ungkap Putri dalam keterangan tertulis yang diterima Indonews.id, Senin (3/2/2020).

Namun Putri mengatakan jika wacana yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Agama soal pemulangan para eks kombatan ISIS tersebut benar, Putri mengatakan, dirinya sangat tidak setuju. Putri menilai mereka adalah sekelompok orang yang dengan kemauannya sendiri meninggalkan Indonesia, meninggalkan Ideologi Pancasila dan kebangsaan.

Mereka, lanjut Putri, pergi meninggalkan Indonesia denga maksud untuk menyerang dan merusak serta menghancurkan Indonesia. Putri lantas mempertanyakan bagaimana mungkin orang seperti mereka masuk dan tinggal lagi di Indonesia.

"Saya sangat tidak setuju. Mereka adalah sekelompok orang dengan kemauannya sendiri meninggalkan Indonesia, meninggalkan Ideologi Pancasila dan kebangsaan dan berniat menyerang dan menghancurkan Indonesia," tegas Putri.

Lagi pula, kata Putri, kondisi dalam negeri sendiri saat ini sedang dipecah belah oleh para radikalisme dan intoleran dengan kebencian akut. Jadi, sebagai sahabat yang sama-sama memiliki cinta terhadap NKRI dan mendambakan kerukunan dalam hidup berbangsa dan bernegara, kami, tambah Putri, menaruh harapan yang besar pada pemerintah untuk tidak menerima para eks kombatan ISIS ini kembali ke NKRI.

"Saat ini dalam negeri perlu dibenahi, dibersihkan dari para radikal dan intoleran terlebih dahulu. Dalam negeri masih harus dikembalikan kepada patriotisme cinta NKRI dan Pancasila terlebih dulu, harapan tertumpu kepada pemerintah yaitu bapak-bapak yang kami percaya masih memiliki jiwa pejuang serta patriotisme bela negara," tutup Putri.*(Rikardo).

Artikel Terkait