Daerah

Rizal Bawazier: Kepercayaan Syarat Paling Utama dalam Berusaha, Termasuk Berpolitik

Oleh : very - Rabu, 04/03/2020 12:25 WIB

Calon Walikota Tangerang Selatan Rizal Bawazier (Foto: Rikardo/Indonews.id)

Tangsel, INDONEWS.ID -- Jelang perhelatan Pilkada 2020, dinamika politik di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) semakin dinamis dan bahkan cenderung memanas. Betapa tidak, aksi saling jegal dan sikut sudah mulai terjadi. Bahkan, ada aksi demonstrasi untuk menghadang para bakal calon tertentu maju sebagai calon pilkada. Banyak orang menghalalkan segala cara hanya untuk mendapatkan kepercayaan publik.

Hal itu sudah terjadi selama masa proses pembakalan calon, belum pada masa pertarungan yang sebenarnya. Apalagi ketika tiba saatnya, bertarung secara benar di lapangan, yaitu masa kampanye pemilihan wali kota, maka dipastikan aksi saling jegal makin menggila.  

Bagi seorang Rizal Bawazier, putera asali Desa Lengkong Kyai, Kabupaten Tangerang yang lahir pada 7 September 1971 (48 tahun) itu, aksi saling jegal seperti itu tidak perlu dilakukan. Karena mandat itu, katanya, sudah merupakan garis tangan seseorang. Karena itu, sebelum memulai pertarungan yang sebenarnya, pengusaha RB Group yang dirikan pada Juli 2013 ini meminta petunjuk dan tutunan Tuhan dengan melakukan umrah.

“Alhamdulillah saya melakukan umrah ini. Saya bertekad mengabdi demi warga Tangsel. Saya optimistis untuk maju ke Pilwalkot Tangsel,” ujar putera dari Abdullah Bawazier dan Petum Bawazier ini.

(Rizal Bawazier, bakal calon Wali Kota Tangsel saat menjalani ibadah umrah. Foto: Ist)

Kini, setelah tiba di tanah air, cucu dari Siti Aminah, wanita asal Desa Lengkong Kyai ini terus berikhtiar agar partainya, PKS, bisa mengusung dirinya untuk menjadi calon Wali Kota Tangerang Selatan. Bagi Rizal dirinya bukan hanya sekadar mencalonkan diri untuk menjadi wali kota, tetapi untuk mengabdi untuk warga di Tangsel.

Untuk itu, dia harus mempersipakan dirinya agar benar-benar mengabdi masyarakat secara utuh dan paripurna. Hal pertama yang dilakukannya yaitu mempersiapkan diri agar bisa memimpin warga Tangsel dengan hati. Karena itu, jebolah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dari Universitas Indonesia ini menerapkan tiga prinsip kepempimpinan jika nanti dipercaya menjadi Wali Kota Tangsel.

Pertama, katanya, seorang pempimpin adalah seorang gembala yang bertanggung jawab menggembalakan rakyatnya. Sebagai seorang gembala, Rizal Bawazier tentu tahu betul ke mana arah atau jalan terbaik untuk rakyatnya, khususnya Tangsel. Dia tentu tidak akan membawa warganya kepada “padang gurun” masalah seperti korupsi, banjir, atau kemelaratan. Karena itu, ketika menjadi gembala atas warga Tangsel, Rizal Bawazier bertekad untuk membangun tujuh kecamatan secara merata. “Tidak lagi ada kecamatan yang terbelakang,” katanya.

Dia juga berusaha untuk tidak melakukan atau mengajarkan korupsi kepada anak buahnya. “Jangan coba-coba suap saya,” ujarnya tegas.

Tentu dia paham betul seluk beluk korupsi, yaitu membusuk dari kepala, baru kemudian ke badan dan ekornya.

Kedua, dia akan menghindari diri dari sifat seorang pemimpin yang munafik. Seorang pemimpin munafik, katanya, yaitu yang berkata suka berbohong; kalau berjanji tidak ditepati; dan kalau dikasih amanat akan berkhianat. Dia akan berusaha untuk tidak menjadi pemimpin dengan ketiga ciri di atas.

Anak tukang kayu ini akan menjalankan amanat rakyat dengan sepenuh hati. Karena itu, dirinya akan menuntaskan masa bhakti selama lima tahun ke depan, dan tidak tertarik oleh iming-iming jabatan politis yang lain.

Ketiga, menjadi seorang yang bisa dipercaya. Kepercayaan, katanya, menjadi syarat utama dalam berusaha, termasuk dalam berpolitik.

Untuk kepercayaan ini, Rizal Bawazier mungkin tak perlu diragukan lagi. Pasalnya, dia telah ditempa dalam perusahaan yang mempunyai reputasi internasional, yaitu konsultan internasional Ernst & Young dan PricewaterhouseCoopers.

(Rizal Bawazier dalam acara silaturahmi dengan media di sebuah restoran di BSD, Tangerang Selatan. Foto: Ist)

Lepas dari sana, dia bersama teman-temannya, mendirikan perusahan, yang kemudian menjadi RB Group. Perusahaan tersebut merambah ke bidang usaha konsultan keuangan, perpajakan dan bisnis, IT support, tour travel, jasa keamanan (security), event organizer, property, dan marketplace. Kini, perusahaanya terus bertumbuh dan mendatangkan profit. Perusahaannya tidak mungkin bertumbuh seperti sekarang ini tanpa mendapat kepercayaan dari para rekan bisnis.

Terus mengapa dirinya tertarik terjun ke dunia politik? Bukankah Rizal Bawazier telah berada di zona nyaman? Mengurus perusahaan, jalan-jalan bersama istri dan anak?

Karena itulah, dia tidak mau seperti politisi lainnya yang terjun ke dunia politik hanya untuk mendapatkan jabatan. Dia serius membangun masyarakatnya yang saat ini memang belum beruntung.

“Politik itu memiliki persamaan dengan bisnis. Jika di bisnis mengurus orang, maka dalam dunia politik pun mengurus orang, namun mungkin dengan jumlah yang lebih besar. Dalam dunia bisnis mengurus uang, maka di politik juga mengurus uang. Bedanya, jika di bisnis itu kita mengurus duit sendiri, namun dalam politik yang diurus itu adalah duit rakyat. Karena itu, harus dilakukan secara cermat, dan hati-hati,” ujar konsultan pajak yang sering menulis di berbagai media ini.

Selain mempersiapkan dirinya, Rizal Bawazier juga telah mempersiapkan sejumlah program yang disebutnya dengan “Tangerang Selatan yang Maju dan Berubah” melalui program “10M”. Kesepuluh program itu telah dielaborasinya dalam 20 kebijakan penting dan strategis, yang siap dieksekusi ketika dirinya dipilih oleh rakyat Tangsel.

Karena itu, Rizal Bawazier telah siap bertempur untuk memenangkan hati dan pikiran serta siap memenangkan pertarungan dengan cara bermartabat. Tidak ada jalan kembali atau mundur dari gelanggang ini. Karena mundur berarti sebuah kekalahan besar. Lebih dari itu, maju ke dunia politik telah dipikirkannya dengan matang. (Very Herdiman)

 

Artikel Terkait