Bisnis

PNM, Satu dari 12 Emiten yang Berhasil Tambah Pegawai di Saat Pandemi

Oleh : very - Rabu, 03/06/2020 09:36 WIB

Tambah pegawai di saat pandemi Corona. (Foto: Ilustrasi)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pandemi virus corona (Covid-19) telah mengakibatkan perekonomian dunia pada kuaral I-2020 luluh lantak. Meski demikian, perekonomian di dalam negeri masih bisa tumbuh tipis 2,97% secara year on year pada 3 bulan pertama tahun ini.

Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bukan hanya ketakutan yang dibuat-buat tapi telah mengancam beberapa industri di dalam negeri. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) misalnya mengungkapkan hampir seluruh sektor industri turut terdampak Covid-19.

Berdasarkan pemetaan, ada 10 sektor industri terdampak atau 60% dari total industri di Indonesia. Sisanya, 40% moderat atau masih memiliki permintaan tinggi.

"Di antaranya banyak yang mengalami dampak yang sangat besar seperti industri semen, industri elektronika dan telematika, industri kendaraan roda empat dan dua, serta industri tekstil," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi VI DPR RI secara virtual, Selasa (28/04/20), seperti dikutip cnbcindonesia.com.

Sigit menambahkan, adapun sektor industri yang moderat, di antaranya industri kimia dan industri plastik kimia. Sedangkan industri yang memiliki demand tinggi dan bisa memperkuat neraca perdagangan di antaranya, industri makanan dan minuman, industri farmasi dan industri alat pelindung diri (APD), alat kesehatan dan ethanol.

Di luar itu, ternyata masih ada kabar baik. Kendati ada PHK, tapi beberapa perusahaan terbuka (emiten, termasuk emiten obligasi) di Bursa Efek Indonesia (BEI) justru melaporkan terjadi penambahan jumlah karyawan perusahaan selama masa pandemi.

Inilah rangkuman beberapa perusahaan yang menambah karyawan tersebut, berdasarkan keterbukaan informasi BEI yang disampaikan periode 26 Mei-29 Mei 2020. Berikut 12 perusahaan seperti dirangkum CNBC Indonesia:


1. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK)
Presiden Direktur MARK Ridwan mengatakan pandemi virus corona tidak berdampak terhadap penghentian atau pembatasan operasional perusahaan.

Jumlah karyawan per Desember 2019 mencapai 1.139 orang, sementara hingga Mei ini 1.282 orang, atau bertambah 143 orang. Sementara perusahaan hanya melakukan PHK hanya 1 orang dan nihil karyawan yang dirumahkan, demikian pula nihil jumlah karyawan yang terdampak status lain misalnya pemotongan gaji 50%.

Bahkan di tengah pandemi ini, emiten produsen cetakan sarung tangan ini memperkirakan ada dampak terhadap laba bersih periode 31 Maret-April 2020 dari periode yang sama 2019 (periode pandemi), tapi bukan penurunan, melainkan kenaikan laba bersih sebesar 25%.


2. PT Permodalan Nasional Madani (PNM)
Manajemen BUMN yang fokus pada pembiayaan UMKM ini menyebutkan ada dampak terhadap usaha perusahaan karena Covid-19. Namun dampaknya hanya pembatasan operasional dengan prediksi periode 1-3 bulan.

Perusahaan telah melakukan pembatasan jam operasional baik di kantor pusat, kantor cabang dan unit layanan, juga telah melakukan pembatasan jumlah pegawai sesuai ketentuan pemerintah, dan turut mengkampanyekan cara pencegahan penyebaran Covid-19.

"Dari sisi bisnis, pada saat ini perusahaan lebih selektif dalam melakukan ekspansi bisnis, penyaluran pembiayaan pada masa tanggap darurat ini diutamakan kepada nasabah PNM Mekaar siklus lanjutan dan PNM Mekaar Naik Kelas, dengan tetap memperhatikan kondisi wilayah," tulis manajemen PNM.

Adapun jumlah karyawan per Desember 2019 mencapai 38.905 orang tetap dan tidak tetap, sementara Mei ini menjadi 40.384 orang atau bertambah 1.479 orang. Namun tidak ada PHK, dirumahkan, atau dampak pemotongan gaji. Meski demikian, ada prediksi penurunan laba bersih pada periode terdampak corona yakni Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu sebesar 25%

3. Indonesia Eximbank (LPEI)
Dampak Covid-19 terhadap lembaga pembiayaan ekspor impor Indonesia ini hanya pembatasan operasional dengan periode sekitar 1-3 bulan. "Sebagai lembaga keuangan khusus yang mempunyai mandat dari pemerintah untuk mendorong peningkatan ekspor nasional, LPEI tetap menjalankan kegiatan usaha semaksimal mungkin," tulis manajemen LPEI.

"Namun dalam rangka memitigasi dampak Covid-19, LPEI menerapkan operasional terbatas di kantor dan bekerja dari rumah."

Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap per Desember 2019 sebanyak 518 orang, sementara saya ini jadi 529 orang atau bertambah 11 orang. Ada 10 orang yang di-PHK, sementara karyawan yang dirumahkan dan dipotong gajinya nihil. Laba diprediksi turun periode Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu.

4. PT Satria Antara Prima Tbk (SAPX)
Emiten jasa logistik dan kurir dengan brand SAP Express ini justru mendapatkan sentimen positif dari Covid-19. Sekretaris Perusahaan SAP Express Denny Parhan mengatakan kelangsungan perusahaan tidak terganggu bahkan berpengaruh positif. Untuk segmen dari e-commerce meningkat, sedangkan selain e-commerce mengalami penurunan," katanya.

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 3.409 orang, kini menjadi 3.545 orang atau bertambah 136 orang. Tidak ada PHK, tidak ada yang dirumahkan, dan nihil pemotongan gaji.


5. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
Emiten konstruksi BUMN ini mengalami gangguan karena Covid-19 tapi hanya penghentian operasional sementara. Dari total 208 proyek berjalan Wika Grup hingga April 2020, terdapat 13% proyek yang berada dalam kondisi suspend di mana terjadi penghentian sementara pada seluruh bagian kegiatan proyek.

"Sedangkan sekitar 23% proyek berada dalam kondisi slowdown yang di mana terdapat perlambatan di beberapa bagian seperti mobilisasi tenaga kerja dan pembatasan jumlah pekerja di lapangan akibat physical distancing," tulis manajemen WIKA.

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 3.592 orang dan kini menjadi 4.154 orang atau bertambah 562 orang. Tak ada PHK, dirumahkan, dan dipotong gaji. Tapi ada prediksi penurunan laba bersih 25-50% pada periode pandemi.

Manajemen perseroan menegaskan akan melakukan efisiensi biaya usaha, namun tetap menghindari adanya pengurangan karyawan sampai dengan sejauh ini.

"Memaksimalkan produksi pada proyek-proyek yang sedang berjalan dengan terlebih dahulu melakukan assessment kepada project owner yang memiliki kemampuan likuiditas sehingga perusahaan mampu mengatur cashflow [arus kas] masuk dan keluar."

"Mengajukan relaksasi pada fasilitas non cash loan yang didapat perusahaan dari tenor 6 bulan menjadi 12 bulan dan mengajukan penurunan bunga pinjaman, dan melakukan inovasi dan substitusi material impor menjadi material lokal dalam rangka mengefisiensikan biaya operasi," tulis manajemen.

6. PT Wijaya Karya Bangunan Genug Tbk (WEGE)

Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini mengalami gangguan pembatasan operasional saja dengan periode terdampak antara 1-3 bulan.

"Pembatasan Operasional terjadi pada Kantor Pusat yaitu dengan menerapkan Work From Home (WFH) yang sudah dimulai dari Maret 2020, Untuk kegiatan proyek berjalan normal dengan memperhatikan protokol Covid-19," tulis manajemen WEGE.

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 775 orang, sementara saat ini 794 orang atau bertambah 19 orang. Tidak ada karyawan PHK, dirumahkan atau dipotong gajinya. Perseroan bahkan memprediksi ada dampak kenaikan laba bersih sebesar 25% periode Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu

Strategi WEGE dalam mempertahankan kelangsungan usaha di tengah kondisi pandemi Covid-19 di antaranya melihat kesempatan membangun fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Khusus Covid-19, melakukan efisiensi biaya pada biro dan divisi dan melakukan optimalisasi pada belanja modal (capex).

 

7.PT Astra Graphia Tbk (ASGR)

Anak usaha Grup Astra di bidang distribusi produk Fuji Xerox ini mengalami penghentian operasi sebagian saja, dengan periode 1-3 bulan.

"Sebagian kegiatan operasional terhambat, terutama untuk daerah-daerah yang menerapkan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Hal ini juga mengakibatkan keterbatasan dalam proses pengiriman barang serta proses penagihan," tulis manajemen ASGR.

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 1.424 orang dan kini menjadi 1.440 orang atau bertambah 16 orang. Tak ada PHK, dirumahkan, atau karyawan yang dipotong gajinya. Proyeksi penurunan laba bersih antara 51-75% pada periode Maret-April 2020 dari periode yang sama tahun lalu.

8. PT Elnusa Tbk (ELSA)
Anak usaha PT Pertamina (Persero) di bidang jasa migas terintegrasi ini tidak mengalami dampak penghentian atau pembatasan operasional.

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 sebanyak 1.245 orang dan kini menjadi 1.311 atau bertambah 66 orang. Tak ada PHK, dirumahkan, atau dipotong gajinya. Meski demikian ada prediksi penurunan laba bersih 25% pada periode Maret-April 2020 dari periode yang sama 2019.

"Salah dua strategi yang dijalankan Elsa untuk memastikan arus kas adalah sharing the pain dan supply chain financing (SCF). Untuk SCF, ini strategi yang telah diterapkan sejak tahun lalu kepada mitra kerja untuk lebih menyeimbangkan antara account receivables dan account payables dengan bekerja sama institusi keuangan.

"Untuk sharing the pain, kami meminta penyesuaian harga barang/jasa kepada mitra kerja agar bisa sama2 tetap bertahan di tengah kondisi ini. Goal-nya adalah bisnis yang berkelanjutan," tulis manajemen ELSA.

9. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Anak usaha PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum atau MIND ID ini juga merasakan dampak pada pembatasan operasional. "Penyesuaian sebagian kegiatan operasional Antam mengikuti perkembangan status kewaspadaan Covid-19 pada masing-masing lokasi operasi perusahaan, menyesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat," tulis manajemen Antam.

Jumlah karyawan produsen logam mulia emas Antam ini mencapai 2.954 orang pada Desember 2019 baik tetap dan tidak tetap, kini menjadi 2.973 atau bertambah 19 orang. Tak ada PHK dan dirumahkan serta dipotong gaji, tapi ada prediksi laba bersih turun 25% selama periode pandemi.


10. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET)
DNET adalah induk dari beberapa perusahaan ritel Grup Salim yakni Indomaret (PT Indomarco Prismatama) dengan kepemilikan saham sebesar 40% dan emiten produsen roti merek Sari Roti yakni PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dengan porsi 25,55%.

Selain itu, DNET juga menggenggam saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pengelola restoran KFC, sebesar 35,84%. Dampak Covid-19 berimbas pada pembatasan operasinal DNET saja, antara 1-3 bulan. "Pembatasan operasional diberlakukan melalui penerapan sistem bekerja dari rumah (WFH) bagi seluruh karyawan selama PSBB berlangsung," tulis manajemen DNET.

"Pada entitas anak, pembatasan operasional diberlakukan melalui penerapan sistem bekerja dari rumah (WFH) bagi sebagian besar karyawan back-office dan split operation untuk tim-tim yang harus bekerja dari kantor maupun lapangan."

Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 sebanyak 330 orang dan kini menjadi 362 orang atau bertambah 32 orang. Tak ada PHK, dirumahkan, atau dipotong gajinya. Penurunan laba bersih periode pandemi sekitar 25%.

"Kebutuhan retail mengalami peningkatan seiring dengan kebijakan pemerintah dalam hal pelaksanaan PSBB sehingga terjadi perubahan menjadi pola bekerja dari rumah. Hal ini sejalan juga dengan strategi kelangsungan dari masing-masing mitra provider," tulis DNET.

 

11. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI)

Emiten properti pengelola kawasan Alam Sutera ini mengalami dampak pembatasan operasional saja, antara 1-3 bulan. Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap per Desember 2019 mencapai 1881 orang dan kini menjadi 1.903 orang atau bertambah 22 orang.

Tak ada PHK, dirumahkan, atau dipotong gajinya. Prediksi penurunan laba bersih periode pandemi sebesar 25%. "Perusahaan meningkatkan kegiatan digital marketing untuk memaksimalkan kegiatan marketing," tulis manajemen ASRI.

"Perusahaan memberikan promosi terkait harga tiket masuk GWK Cultural Park [Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Bali], melakukan bundling tiket masuk dengan restoran serta memberikan promosi tiket tour beserta dengan jasa foto."

 

12. PT Galva Technologies Tbk (GLVA)

Emiten di bidang perdagangan dan instalasi peralatan elektronik dan komunikasi, serta jasa penyewaan mesin kantor beserta peralatannya ini juga terdampak Covid-19, cuma pembatasan operasional, periode 1-3 bulan.

"Situasi pandemik Covid-19 berdampak pada kegiatan operasional perseroan, terutama terhambatnya penjualan barang dan jasa kepada para pelanggan yang juga mengalami pembatasan operasional, juga terbatasnya layanan logistik serta jaringan distribusi di beberapa kota besar di Indonesia, antara lain di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Pekanbaru dan Makassar," tulis manajemen GLVA.

Jumlah karyawan per Desember 2019 yakni 289 orang, baik tetap dan tidak tetap, sementara saat ini menjadi 350 orang, atau bertambah 61 orang. Tak ada PHK, tapi ada karyawan 10 orang dirumahkan sementara, sedangkan ada 305 orang yang terdampak dengan status lain misalnya pemangkasan gaji 50%.

Meski demikian ada prediksi kenaikan laba bersih sebesar 75% pada periode pandemi. "Perseroan akan mengoptimalkan kecukupan arus kas perusahaan, di antaranya melalui memperpanjang pembayaran kreditor, negosiasi penangguhan pembayaran kredit bank, negosiasi dengan pelanggan untuk pembayaran lebih awal, dan efisiensi pengeluaran tetap perseroan," tulis manajemen GLVA.

"Mengupayakan penjualan barang dan jasa dengan margin yang optimal dan termin pembayaran yang lebih singka, memitigasi kendala operasional dalam penyediaan barang dan jasa, dan mengoptimalkan teknologi mendukung jalannya operasional dan administrasi bisnis perseroan," tulis manajemen. (Very)

Artikel Terkait