Nasional

Buron Selama 17 Tahun, Inilah Sosok Maria Lumowa Sesungguhnya

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 09/07/2020 17:30 WIB

Pembobol Kas BNI Maria Paulina Lumowa (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Penantian panjang pemerintah untuk menangkap pembobol kas BNI Maria Pauline Lumowa akhirnya berbuah manis. Maria Lumowa diekstradisi dari Serbia setelah 17 tahun buron.

Maria lalu dibawa ke Tanah Air bersama delegasi Kementerian Hukum dan HAM yang dipimpin langsung oleh Menkumham Yasonna Laoly.

Penangkapan Maria Lumowa berhasil dilakukan atas hubungan kerja sama yang baik antara Pemerintah Serbia dan Indonesia. Pembobol BNI senilai Rp Rp 1,7 triliun ini ditangkap oleh NCB Interpol Serbia di Bandara Internasional Nikola Tesla, Serbia, pada 16 Juli 2019.

"Indonesia dan Serbia memang belum saling terikat perjanjian ekstradisi. Namun, lewat pendekatan tingkat tinggi dengan para petinggi Pemerintah Serbia dan mengingat hubungan sangat baik antara kedua negara, permintaan ekstradisi Maria Pauline Lumowa dikabulkan," kata Yasonna dalam keterangan tertuli, Kamis (9/7/2020).

"Dengan gembira saya menyampaikan bahwa kami telah secara resmi menyelesaikan proses handing over atas penyerahan buronan atas nama Maria Pauline Lumowa dari pemerintah Serbia," tambah Yasonna.

Sosok Pembobol Kas BNI

Maria Pauline Lumowa tentu saja mulai dikenal publik setelah skandal pembobolan Bank BNI yang mencuat pada 2002. Perusahaan yang dimiliki Erry, panggilan Maria, PT Gramarindo Group ketika itu mendapat kucuran kredit dari Bank BNI cabang Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dalam bentuk dolar Amerika dan Euro sebesar Rp 1,7 triliun dengan kurs ketika itu.

Menurut sumber Majalah Tempo yang pernah mengenalnya, Erry memang pandai meyakinkan orang. Perempuan kelahiran 1958 itu memiliki kemampuan memikat luar biasa dan selalu tampil gemerlap dengan berlian mahal.

Suatu saat, ia mengaku pernah menyaksikan sendiri bagaimana sang nyonya besar membuat dua pejabat tinggi Provinsi Irian Jaya terpesona. September 2003, Erry pernah datang ke Papua. Di hadapan mereka, Erry dengan lancar menjabarkan pendapat para ahli geologi Israel tentang kekayaan melimpah di Bumi Cenderawasih.

"Dia juga mengutip Alkitab segala untuk menjelaskan Papua," ujar sumber itu.

Salah satu yang merasa tertipu oleh Erry adalah Dicky Iskandar Dinata. Dicky adalah bankir kawakan yang belakangan ditunjuk menjadi Presiden Direktur PT Brocolin International, salah satu perusahaan milik Erry yang terbukti menerima aliran dana dari skandal BNI. Dicky divonis 20 tahun penjara pada 2006.

Dicky mengaku mengenal Erry dari sahabatnya, Adrian Waworuntu--belakangan divonis atas tuduhan dalang pembobolan Bank BNI bersama Erry. Dicky mengaku diajak Adrian bertandang ke rumah Erry di kawasan Ragunan, Jakarta Selatan pada Maret 2003.

Dicky mengaku tertegun kala itu. Di hadapannya, ia melihat sebuah kediaman yang luar biasa megah bak istana, sebuah kompleks yang luas terdiri dari lima rumah sekaligus. Di pelataran rumah, paling tidak ada enam buah sedan Mercedes seri terbaru berderet-deret.

Dicky mengatakan perkenalannya dengan Erry diawali ketika Adrian menawari untuk mengelola dana investasi lebih dari US$ 100 juta. "Ini dana dari Israel," Dicky menirukan Adrian, dikutip dari Majalah Tempo edisi November 2003.

Untuk itulah mereka lalu bertamu ke rumah Erry, yang disebut Adrian menjadi kuasa dari sejumlah penyandang modal dari Negeri Yahudi. Konon, Erry sendiri pernah tinggal di Israel dan punya seorang ayah angkat di sana.

Usahanya pun terhampar di mana-mana, mulai dari Indonesia, Belanda, Amerika Serikat, hingga Australia. "Di Kupang, dia punya perusahaan marmer yang menguasai izin penambangan di tujuh gunung. Bagaimana saya tidak percaya?" kata Dicky.

Tak lama Dicky mengaku tertipu setelah mengenal Maria Lumowa. Ia menyatakan tak tahu-menahu kalau duit yang mengalir ke perusahaannya berasal dari tipu muslihat Letter of Credit (L/C) fiktif di kasus pembobolan Bank BNI.*

Artikel Terkait