Pekan ini, kita kembali disajikan dengan sajak-sajak syarat makna dari penyair yang menamakan dirinya petani Humaniora Gerard N. Bibang. Semoga terhibur dan terinspirasi untuk senantiasa meniti dan mengejar nilai-nilai romantisme yang terkubur dalam hati setiap insan.
ALAMAT
katakan, katakan kepadaku bagaimana aku bisa melupakanmu
merindukanmu adalah keutamaan hidup
ibarat meniti jalan pulang
kadang terlunta-lunta
hanya untuk menemukan kembali alamat semula
JEJAK
jejak pada setapak jalan kecil itu
seakan menyisakan cerita yang tak selesai
engkau dan aku pada peristiwa itu
biarlah musim menyulap warna bunga
toh engkau tetaplah bunga
DUPA
sendiri berjalan menuju bangunan tua beberapa waktu lalu
wangi dupa tercium dari sisi timur
samping gereja tua ini menyimpan rahasia waktu
hanyalah doa yang bisa kudaraskan
jauh dekat hanyalah istilah yang dirangkul dalam sebatas doa
LAPISAN WAKTU
seperti ada yang nyesek dan tertahan di antara desiran angin dan gemerisik daun
atau mungkin perasaanku sajalah yang memaknainya demikian
lihat kupu-kupu itu menari-nari di antara terpaan angin dan lambaian daun
angan-anganku melambung kepadamu di sana
perasaan kita memang sudah lama terendap bersama lapisan-lapisan waktu
SATU
lama mencari kata pada kertas-kertas kumal yang berserak
menjelang rembang petang seperti terdengar suara sayup-sayup sampai dari sebuah foto lama
oh ya, segera kutemukan kata pada foto itu
sayup-sayup sampai dalam bisu
ialah kata satu, dari dua rasa yang selalu satu
***(gnb:tmn aries:jkt:sabtu:15.8.20)
*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta