Gaya Hidup

"Yang Terlanjur Mencintai," Puisi oleh Gerard N Bibang

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 15/11/2020 17:30 WIB

"Yang Terlanjur Mencintai," Puisi oleh Gerard N Bibang

Jakarta, INDONEWS.ID - Cinta. Mendengar kata penuh magis dan misterius ini hanya ada kegembiran dan suka cita yang dirasakan. Ia semacam kekuatan dahsyat yang pengaruhnya sulit dikalkulasikan secara logis.

Seorang yang jatuh cinta misalnya, bisa berubah 360 derajat bila ia sedang dilanda api asmara. Cinta menyihir siapa saja tanpa mengenal status sosial dan usia.

Namun, dalam prakteknya, cinta tidaklah seenak itu. Justru cinta sesungguhnya adalah cinta yang mensyaratkan pelakunya berani mengecap pahit dan manis. Cinta senjati menuntut pergobarnan.

Puisi-puisi petani humaniora Gerard N Bibang yang disajikan redaksi kali ini kurang lebih memberi kita gambaran soal makna dan cinta sejati sesungguhnya. Semoga kita senantiasa terhibur dan terinspirasi untuk meniti, mengejar dan mendalami hubungan-hubungan kita yang dibangun dengan cinta.

Bonus

ternyata sedemikian rumitnya; setelah kuterima cintamu
dengan bangga dan kesal plus derita sebagai bonusnya; apa yang kubayangkan dulu bagai tetesan embun yang sejuk; kini menjadi jalan berbatu dan gersang menuju pemanusiaan; aku mencintaimu dan engkau mencintaiku; ada pun rumitnya adalah bonusnya; bonus yah bonus; cinta memang selalu begitu; langkahku pun pantang surut

Guratan Wajah

pada guratan wajahmu tertulis sajak yang belum selesai; tentang tanggal merah atau hari minggu; bagi pertengkaran buntu tanpa solusi; tentang soal itu, yah, hanya soal itu; hanya engkau dan aku yang tahu; misteri cinta tak terawang oleh waktu; tak terselami, tak terselami; hanyalah takdir yang terberi

Pintu ke Pintu

cintamu kuterima; kuanggap sebagai pintu yang mulai terbuka; anggaplah pintu pertama ke pintu berikutnya, dari pintu yang satu ke pintu yang berikut; untuk memahami pertanyaan-pertanyaanmu, keyakinan-keyakinanmu dan juga ketakutan-ketakutanmu; tapi hanya sekilas cahaya yang bisa kukais pada paruh sebuah waktu; bagaikan pintu yang menuju pintu masuk ke jalan yang tidak lazim; aku tersiksa melihatmu perih; jalan ini membuat kita benar-benar letih; wahai cinta yang terlanjur terberi; bawalah daku ke tepian abadi tanpa arah kembali, tanpa ke titik nihil lagi

Bukan Lara

jangan dulu berprasangka buruk, dek
jika kau kutinggalkan
itu karena aku ingin dalam diriku ada yang tersisa dari narasi kita berdua
yang tak akan pernah bisa bertahan jika kita terus bersama
kau bertanya mengapa begitu laranya narasi kita
yah, bukan lara, dek!
adalah lebih baik tidak bersama-sama tapi kita berdua mampu berkisah
daripada bersama-sama tapi mulut kita kelu untuk bercerita
cinta selalu melebihi raga dan waktu
bersama atau sendiri-sendiri tak perlu kau risau
hanyalah cara berada dalam mencinta
biarlah alam semesta menggaungkan puja puji dalam senyap
mengakui cinta kita tanpa kata

Locus

di ibukota ini; locus* cinta bersemi lalu pelan-pelan stabil; tak tega rasanya melewati jalan kecil itu; di tengah-tengah keramaian ibukota yang hiruk pikuk; jalan itu adalah tumpukan buku yang menulis sendiri; yang tak pernah selesai kubaca; tentang sebuah rasa yang mengalir dari hulu ke hilir; yang telah membentuk sebuah peta percintaan
tersamar-samar namun nyata; makin ke sini makin tak tersembunyi; engkau dan aku dalam cinta nan abadi
****
* locus (Latin)= tempat
***
(gnb:tmn aries:jkt:minggu:15.11.`20)

*) Gerard N Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menahbiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta

Artikel Terkait