Nasional

Jejak FISIP UI: Mengenal Sukardi Rinakit, Sosok Dekat Jokowi

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 19/02/2021 16:01 WIB

Staf khusus Presiden Joko Widodo bidang Politik dan Pers, Sukardi Rinakit

Jakarta, INDONEWS.ID - Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Indonesia tidak bisa dianggap sebelah mata. Sepak terjang para alumninya dalam kancah nasional dan internasional bisa dibuktikan.

Ide dan pemikiran serta ketokohan mereka di kancah nasional maupun internasional memberikan sumbangsih yang besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa.

Tokoh-tokoh seperti Menteri 3 periode, sosok andalan order baru, kepercayaan Soeharto Cosmas Batubara adalah cikal bakal lahirnya konsep perumahan rakyat, yang kemudian diteruskan oleh juniornya Theo L. Sambuaga.

Selain itu, ada juga nama Prof Juwono Sudarshono yang dipercaya lima presiden menjadi menteri sebanyak 4 kali. Bahkan ia menjabat Menteri Pertahanan, sebuah pos yang sangat tak lazim dipimpin oleh sipil.

FISIP UI juga tekah mencetak tokoh seperti Ketua DPRI saat ini, Puan Maharani dan masih banyak lagi. Nah, kali ini kita akan sedikit mengenal sosok kepercayaan Jokowi hingga 2 kali menjadi staff Khusus Presiden Jokowi.

Dia adalag Sukardi Rinakit. Penasaran siapa sosoknya, simak!

Sosok Sukardi Rinakit

Sukardi Rinakit lahir di Madiun, 5 Juni 1963. Ia merupakan seorang pengamat politik dan penulis. Saat ini ia menjabat sebagai staf khusus Presiden Joko Widodo di bidang politik.

Ini merupakan kali kedua Sukardi dipercayakan Jokowi menempati posisi ini. Sebelumnya, ketika Jokowi memimpin Indonesia di periode pertama bersama Jusuf Kalla.

Sukardi merupakan figur intelektual yang memiliki kapasitas dan jam terbang tinggi dalam urusan politik.

Sukardi menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia Jurusan Kriminologi-FISIP. Dia melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan gelar master di National University of Singapore, Departement of Southeast Asian Studies, Singapura.

Sukardi pernah bekerja sebagai seorang staf peneliti di lembaga kajian Center for Strategic and International Studies (CSIS), serta pernah menjabat Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate.

Tolak Jadi Komisaris Bank BUMN

Nama Sukardi kian melambung karena dikenal sebagai pengamat politik yang kritis dan membangun dalam menyampaikan kritiknya.

Di kalangan media, nama Sukardi cukup dipercaya sebagai pengamat politik yang kompeten sehingga dirinya kala itu kerap diundang menjadi pembicara atau narasumber dalam sejumlah acara seminar maupun program-program diskusi di televisi.

Masuknya Sukardi ke dalam lingkaran Istana, diawali kontribusinya sebagai pendukung atau sukarelawan Jokowi pada Pilpres 2014. Sukardi tercatat menjadi penasihat politik Jokowi kala itu.

Selepas Pilpres, Sukardi memperoleh tawaran menjadi komisaris untuk salah satu bank BUMN. Namun, dia menolaknya.

Penolakan jabatan di salah satu bank BUMN membuat Sukardi memperoleh apresiasi dari sejumlah aktivis. Sukardi dipandang sebagai sukarelawan yang tidak pamrih dan tetap ingin menjaga jarak dengan kekuasaan.

Namun, pada akhirnya Sukardi menerima tugas berupa amanah sebagai seorang staf khusus kepresidenan.

Pada periode pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla 2014—2019 itu, Sukardi diberi amanah menjadi staf khusus bidang politik dan pers. Kala itu Sukardi mendapat tugas salah satunya menyusun pidato Presiden.

Berdasarkan catatan, Sukardi pernah "pasang badan" atas kesalahan dalam salah satu poin pidato Presiden Jokowi pada tahun 2015.

Dalam pidatonya, Jokowi menyebut presiden pertama RI Soekarno lahir di Blitar, padahal Soekarno lahir di Surabaya.

Sukardi kala itu mengakui pidato Presiden itu ditulis olehnya sehingga kesalahan isi pidato bukan kesalahan Presiden, melainkan murni kesalahan dirinya.

Terlepas dari kesalahan yang cepat berlalu tersebut, Sukardi Rinakit masih dipercaya Presiden Joko Widodo di pemerintahan periode kedua.

Masih dipercayanya Sukardi oleh Presiden Joko Widodo pada pemerintahan periode kedua sejatinya sudah dapat diduga publik.

Pada masa transisi kabinet, nama Sukardi Rinakit masuk dalam tim yang beranggotakan tujuh orang, bersama-sama dengan Pratikno, Pramono Anung, Retno P. Marsudi, Moeldoko, Ari Dwipayana, dan Alexander Lay.

Sukardi bersama tim tersebut mendapat tugas membantu Presiden Joko Widodo hingga kabinet baru terbentuk.

Kedekatan dengan Jokowi

Sukardi sebagai seorang staf khusus juga memupuk kedekatannya dengan Presiden Joko Widodo pada periode pemerintahan pertama.

Tugasnya sebagai staf khusus Presiden yang harus terus melekat, dimanfaatkan Sukardi untuk menulis sebuah buku yang berisi tentang Presiden Jokowi. Buku itu diberi judul Sudut Istana.

Buku yang diterbitkan pada tahun 2018 merupakan salah satu dari beberapa buku yang ditulis Sukardi lainnya, seperti Tuhan Tidak Tidur, The Indonesian Military After the New Order, hingga Slank 5 hero dari Atlantis.

Dalam buku Sudut Istana, Sukardi menceritakan berbagai kegiatan Presiden Jokowi berserta Ibu Negara Iriana dari sudut Istana tempatnya bekerja yang mungkin luput atau tidak terekam dari pemberitaan media.

Dalam pengantarnya di buku tersebut, Sukardi bersyukur bisa menjadi seorang staf khusus Presiden. Dia mengatakan bahwa posisi itu membuatnya berpeluang memperoleh wawasan lebih luas ketimbang hanya menjadi seorang menteri kabinet. Pasalnya, seorang staf khusus bagai berdiri di mercusuar sehingga bisa melihat sekeliling.

Sukardi mengaku sering ikut rapat terbatas kabinet, mendampingi Presiden menerima tamu hingga ikut blusukan kegiatan Presiden ke daerah atau luar negeri.

Jika menjadi menteri, lanjut dia, hanya mengetahui urusan di instansinya sendiri.

Dalam buku Sudut Istana, Sukardi menulis fakta-fakta yang ditangkapnya, yang merupakan hasil pengamatannya sendiri secara langsung, mengenai pribadi Jokowi.

Sesuai dengan judul bukunya, Sukardi seperti ingin memosisikan dirinya sebagai sebuah sudut dalam lingkaran Istana yang mencoba merekam figur Jokowi dari berbagai aspeknya.

Salah satu cerita yang dibagikan Sukardi dalam buku itu, yakni saat menemani Jokowi ke Desa Uso, Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Sukardi mengisahkan bahwa jadwal Presiden pada hari itu akan diakhiri pembagian Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat di lapangan desa tersebut.
Kala itu, lapangan dalam kondisi becek dan bau ikan sangat terasa lantaran desa itu kampung para nelayan.

"Begitu Presiden Jokowi sampai, beliau langsung menyalami ibu-ibu yang hadir, yang riuh menyambut Presiden. Saya lihat Pak Jokowi santai saja meskipun sepatu dan celananya kotor kena lumpur. Bahkan, karena ibu-ibu itu berebut untuk salaman, saya lihat ada yang menginjak sepatu Presiden," tulis Sukardi dalam bukunya.

"Tiba-tiba seorang ibu, dengan baju sederhana, yang tadi ikut berebut salaman dengan Presiden, berlari melintas cepat langsung memeluk Ibu Iriana. Padahal, maaf, ketika melintas di depan saya tadi, saya mencium baju itu bau ikan," tulis Sukardi lagi.

Cerita itu hanya salah satu kisah yang coba dibagikan Sukardi dalam buku karyanya. Masih banyak peristiwa lain, termasuk kebiasaan Presiden soal berkuliner saat berkunjung ke daerah yang dibagikannya.

Adapun selain menelurkan buku Sudut Istana, Sukardi juga kerap bercerita dalam sebuah vlog di jejaring Youtube dengan judul yang sama, Sudut Istana. Konten yang dibawakan kurang lebih serupa, yakni bercerita tentang figur Jokowi dari sudut Istana.

Cerita-cerita yang dibagikan Sukardi itu boleh jadi menjadi salah satu aspek, selain tentu kompetensinya dalam bidang politik, yang kini membawa Sukardi kembali dipercaya Presiden sebagai seorang staf khusus Presiden.*

Profil Singkat:

Nama Lengkap : Sukardi Rinakit
Alias : Cak Kardi
Tempat Lahil : Madiun, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Rabu, 5 Juni 1963
Zodiak : Gemini
Istri : Evyte Suhartin

Pendidikan

S-1 Fisip Universitas Indonesia
S-2 South East Asia Studies-National University of Singapore
S-3 Political Science, National University of Singapore

Karir:

Staf Khusus Kepresiden bidang Politik dan Pers
Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS)
Peneliti, pembicara, dan penulis di berbagai lembaga dan media nasional maupun internasional.
Staf peneliti di Center for strategic and International Studies ( CSIS)
Sekretaris Jendral Perhimpunan Nasional Indonesia*

Artikel Terkait