Nasional

Jelang Hari Raya Lebaran, Masyarakat Diminta Perketat Prokes Agar Tak Seperti India

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 05/05/2021 11:30 WIB

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid dan Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi Fala Adinda dalam Dialog Produktif bertema Waspada Peningkatan Klaster Baru, yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan FMB9ID_IKP, Selasa (4/5).

Jakarta, INDONEWS.ID - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa akhir pekan April 2021 terjadi perkembangan kasus COVID-19 Indonesia. Menurutnya, hal tersebut diakibatkan oleh kelalaian menegakkan protokol kesehatan di beberapa tempat umum.

Sehingga menciptakan klaster penularan baru seperti di perkantoran, klaster shalat tarawih, takziah, dan mudik ke kampung halaman. Angka penularan yang menurun dari Februari hingga Maret dikhawatirkan berbalik meningkat apabila tidak kita kendalikan.

"Kita melihat kasus konfirmasi positif COVID-19 meningkat. Kita melihat juga sampai minggu keempat April 2021 kematian akibat COVID-19 juga meningkat, ada juga peningkatan kasus yang dirawat di rumah sakit," terang Dokter Nadia dalam Dialog Produktif bertema Waspada Peningkatan Klaster Baru, yang diselenggarakan KPCPEN dan ditayangkan FMB9ID_IKP, Selasa (4/5).

Ia khawatir kondisi tersebut akan terjadi lonjakan kasus COVID-19. Ia pun berkaca dari kasus ledakan COVID-19 di India.

"Kita bisa melihat masyarakat masih ada yang mulai mudik terlebih dulu. Padahal kalau berkaca kejadian di India, melonggarnya protokol kesehatan, terutama pada perayaan keagamaan menyebabkan terjadinya ledakan kasus yang cukup besar," terang Nadia.

"Jangan sampai kita menjadi sumber penularan atau korban penularan dari orang lain. Sehingga menyambut Idul Fitri nanti kita harus perketat protokol kesehatan demi terhindar dari kesakitan dan kematian," lanjutnya.

Sementara itu, Nadia juga menilai Indonesia juga masih perlu melakukan proses panjang dalam membentuk herd immunity.

Program vaksinasi pemerintah yang menyentuh angka 20,4 juta pada 3 Mei lalu masih belum saatnya untuk dirayakan atau memberikan rasa aman berlebihan kepada masyarakat sehingga mengabaikan protokol kesehatan.

"Euforia vaksinasi terus kita tekan, dan selalu kita informasikan kepada setiap orang yang divaksinasi bahwa kita masih dalam masa pandemi, sehingga vaksinasi saja tidak cukup memberikan perlindungan. Tentunya harus melaksanakan protokol kesehatan," tambah Nadia.

Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi Fala Adinda juga mengingatkan pandemi masih terus berjalan.

"Terlebih lagi dengan adanya mutasi virus baru, jangan sampai kita mengikuti negara tetangga yang sudah memasuki gelombang ketiga, dan diikuti dengan kasus baru yang melonjak," ujarnya.

"Longgarnya protokol kesehatan yang terjadi di sekeliling kita sebenarnya menjadi semacam lampu merah. Walaupun sudah ada program vaksinasi jangan sampai protokol kesehatan ini menjadi longgar," tutur Fala.

Untuk itu semua masyarakat Indonesia untuk terus mengingatkan kepada agar tidak jenuh dengan kondisi saat ini,

"Kita harus kembali lagi kepada individu masing-masing. Maukah terus menjalankan protokol kesehatan, jangan terlena dengan penurunan kurva atau kejenuhan karena pandemi sudah berjalan lebih dari satu tahun," jelas Fala.*

Artikel Terkait