Gaya Hidup

Apresiasi Launching Cinema Foklore "Ati Segara", Nungki Kusumatuti: Perlu Narasi Tarik Generasi Muda

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 27/05/2021 13:30 WIB

Penari sekaligus aktris Senior, Nungki Kusumatuti (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Mitra Seni Indonesia (MSI) sebagai wadah pemerhati dan pencinta seni kembali mendukung kelompok seni pertunjukan tradisional yang terhenti kegiatannya akibat pandemi Covid 19.

Kali ini, MSI bekerjasama dengan kelompok kesenian tradisional Ketoprak Tobong Kelana Bakti Budaya Sleman, Yogyakarta menggelar pertunjukan bertajuk "Pagelaran Amal Ketoprak Tobong" dengan mengambil cerita "Ati Segara" atau Hati Samudera.

Selain dikemas secara kreatif dan menarik dengan melibatkan pemain yang terdiri para seniman, artis daerah Yogyakarta dan Solo, karya ini juga sutradara sekaligus penulis naskah Risang Yuwono yang memiliki latar belakang di bidang film dan photography.

Risang mencoba mentransformasikan cerita pertunjukan tradisional ketoprak ini dalam bentuk Layar Lebar yang disebutnya sebagai "Folklore Cinema - Ati Segara".

Penari sekaligus aktris Senior, Nungki Kusumatuti mengapresiasi Mitra Seni Indonesia (MSI) dalam membantu kesenian tradisional Ketoprak Tobong asal Sleman, Yogyakarta ini untuk berproduksi dalam sebuah layar lebar.

Wanita yang juga berkarir sebagai dosen ini mengatakan karya-karya seperti ini perlu dinikmati oleh generasi muda untuk menjaga kelestariannya. Namun, dibutuhkan sebuah narasi dan bahasa yang tepat untuk menggaet dan mengikat para generasi muda.

"Untuk genereasi sekarang perlu ada narasi. Narasi untuk memanggil generasi muda dan mengingkatnya supaya tetap mau di situ. Nah, ini diperlukan narator dan kata-kata yang tepat supaya si generasi muda itu juga terikat," kata Nungki dalam Focus Group Diskusi (FGD) Mitra Seni Indonesia secara virtual sekaligus Pre launching Ati Segara di Jakarta, Kamis (27/5/21).

"Jadi supaya saya nonton sampai selesai. Karena ada sesuatu yang hendak disampaikan dan karena ada hal-hal menarik. Sebelum dia lihat, dia sudah tertarik bahwa ini akan ada sesuatu yang menarik," sambung wanita awalnya yang dikenal sebagai penari istana negara ini.

Namun menurutnya, pekerjaan seperti ini membutuhkan sumber daya yang besar dan kerja kolaboratif semua pihak.

Ia berharap, kedepannya semua pihak yang terlibat dalam karya-karya seperti dapat mengeksplore makna lebih jauh soal gesture dari sebuah tarian melalui kamera yang ia sebut sebagai "Choreo-Camera".

"Tariannya maupun gesture yang lainnya yang ingin ditampilkan oleh kamera tadi akan juga bicara lebih banyak. Saya menyebutkan satu istilah adanya koreo-kamera. Jadi koreography untuk kamera seperti gerakan tangan. Itu bisa diexplore lebih jauh untuk menyampikan maksud tanpa ada harus berperang itu sendiri," kata aktris kelahiran Banda Aceh ini.

"Kadang-kadang bisa seperti itu, tampilan tangan ini belum menunjukkan bahwa Mata Ati akan mematikan orang-orang itu. Bisa saja begitu. Tentu ini dilihat sebagai bahasa estetika yang bisa digarap bersama yang membutuhkan kerja kolaboratif," tutup pemeran "Perempuan dalam Pasungan" ini.

Sebagai informasi, Focus Group Discusion atau FGD Mitra Seni Indonesia yang digelar secara virtual sekaligus Pre launching Ati Segara itu dipandu Maudy Koesnaedi dan dihadiri oleh tokoh-tokoh dari pemangku kepentingan terkait antara lain dari pemerintahan, akadenisi, pemerhati & pencinta seni budaya serta insan perfilman nasional di antaranya Garin Nugroho, Rama Suprapto, Widyawati.

Ati Segara mengangkat cerita 3 orang wanita yang pernah menorehkan perjuangan pada sejarah bangsa melalui sepotong peristiwa di masa lalu.

Sebuah alasan dari latar belakang tentang begitu dekatnya jarak pendirian Candi Hindu dan Buddha, begitu tersembunyinya kekuatan seorang wanita yang mendampingi Raden Mas Said dan begitu dahsyatnya keberanian Pangeran Besar Diponegoro untuk menghentakkan perang Jawa hingga melumpuhkan perekonomian Belanda; menunjukkan kekuatan sosok wanita dibalik ini semua.

Pada hakekatnya, cerita Ati Segara ingin mengangkat Harkat Wanita Indonesia yang mempunyai peranan yang besar pada sejarah masa lampau.

Oleh karenanya, dalam rangka memperingati Hari Kartini, Mitra seni Indonesia menayangan Pagelaran Film yang berdurasi 48 menit tersebut.

Yang menarik dari tayangan ini adalah karena dapat dinikmati dengan sub-title Bahasa Indonesia dan aksara Jawa, sehingga dapat dinikmati lebih banyak pemirsa dan aksara Jawa yang harus kembali diangkat agar dapat terjaga keberadaannya dan telah diakui UNICODE( Lembaga dibawah naungan UNESCO yang menangani kode aksara pada komputer di dunia) sejak 2 Oktober 2009 berbarengan dengan pengakuan UNESCO tentang warisan budaya tak benda untuk Batik.

Pagelaran Amal Film Ati Segara ini akan ditayangkan melalui Kanal Youtube Mitra Seni Indonesia tanggal 30 May -13 Juni 2021 pukul 19.00 WIB. Menonton sambil beramal melalui Benih Baik.com.

Selain itu juga akan ditayangkan tanggal 19 Juni 2021 pukul 20.00-21.00 di Locket exclusive streaming serta tanggal 22 Juni 2021 melalui Genflix Apps (download on playstore applestore).*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait