Sosok

Kisah Sukses Hartini, Pengusaha Batik yang Terinspirasi dari Sang Ayah

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 28/06/2021 17:45 WIB

Nasabah sukses PNM: Ibu Hartini, Pengusaha batik yang terinspirasi dari sang ayah (Foto: Dok. PNM)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menjadi seorang pengusaha bukanlah hal yang mudah. Diperlukan ketekunan dan kegigihan yang tak main-main dari seseorang.

Kesuksesan juga tak akan datang begitu saja tanpa usaha dan tekad yang kuat. Seperti perempuan kelahiran tahun 1977 bernama Hartini.

Ia mengawali perjalanannya dengan berdagang batik milik ayahnya. Ia mengakui, ayahnya yang tekun dan pekerja keras adalah sosok inspirasi selama hidupnya.

Ibu Hartini merupakan seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama suami dan dua anak perempuannya di sebuah rumah kecil di kota Solo.

Tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, ia dan suami berkeinginan untuk memiliki usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan harian dan biaya pendidikan.

Bermodal kemampuan membuat cap batik bersama sang suami, Ibu Hartini meraup keuntungan dengan menjual hasil cap batik kepada supplier dan agen kain batik, meskipun tidak banyak.

Namun, kendala modal menjadi beban utamanya dalam berkembang. Ibu Hartini dan suami pun memutuskan untuk berjualan ayam bakar di pinggir jalan.

Selang waktu berjalan, mereka belum berniat untuk melanjutkan usaha batik cap milik ayah si suami, meskipun keinginan Ibu Hartini untuk melanjutkan usaha milik ayahnya sangat kuat.

Tapi tak disangka, karena keinginannya yang kuat, rencana Tuhan berkehendak lain.

Ibu Hartini dan suami akhirnya ikut melanjutkan usaha sang ayah dengan modal sebesar 3 juta yang ia dapatkan dari PNM Mekaar.

Ibu Hartini antusias ikut bergabung sebagai nasabah demi mewujudkan impiannya. Pembiayaan yang ia dapatkan dari PNM Mekaar tak ia sia-siakan, pengelolaan modal disalurkan dengan baik
melalui kebutuhan usahanya.

Seiring berjalannya waktu, usaha Ibu Hartini dan suaminya perlahan mulai berkembang.

Pembeli batik cap miliknya tidak hanya dibeli oleh warga Solo saja, bahkan sampai luar kota dan luar Jawa.

Tak hanya apresiasi dari pihak setempat, usahanya pun mendapat penghargaan dari penikmat batik di Solo dan luar kota.

Pesanan pun mulai membanjiri Ibu Hartini dan suaminya. Setiap satu cap batik miliknya berkisar dari harga 1-3 juta, perbulannya beliau bisa mendapat pesanan 10 hingga 15 cap batik.

Kini tak lagi harus repot menjual dan mengenalkan batik cap miliknya ke orang lain lagi, Hartini dan suami kini memiliki pelanggan tetap.

“Alhamdulillah, pendapatannya saya dan suami kini meningkat, kebutuhan harian, biaya sekolah anak mampu kami penuhi. Selain itu, saya dapat mewujudkan impian saya untuk meneruskan usaha ayah saya. Terima kasih, PNM Mekaar” ucap Ibu Hartini.*

Artikel Terkait