Kenapa Italia yang Menang di Final Piala Eropa

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 12/07/2021 10:42 WIB

Marsekal TNI Chappy Hakim, Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002 - 2005, pengemar bola.

Oleh Marsekal TNI Chappy Hakim,

Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002 - 2005, pengemar bola.

Euro2020, INDONEWS.ID - Dini hari tadi, saya nonton Sepak Bola di Televisi yang menyiarkan pertandingan final Piala Eropa kesebelasan Italia melawan Inggris.

Satu hari sebelumnya, saya sempat juga mengikuti final Copa America antara kesebelasan Argentina melawan Brazil. Ada persamaan dalam dua laga final tersebut yaitu kesebelasan Brazil yang diunggulkan untuk menjadi juara dan pertandingan dilakasanakan di rumah sendiri ternyata takluk oleh kesebelasan Argentina.

Sementara itu, Inggris yang juga sangat diunggulkan untuk keluar sebagai juara dalam laga final di Stadion Wembley, ternyata kalah dalam adu penalti dengan Italia.

Kedua pertandingan babak final berlangsung sangat menarik dengan keistimewaan masing masing tentunya. Ada perbedaan sedikit dari kultur sepakbola di Amerika Selatan dengan di Eropa.

Kesebelasan-kesebelasan di Amerika Selatan secara periodik selalu menghasilkan bintang-bintang lapangan seperti Garrincha, Pele, Mario Kempes, Diego Maradona, Lionel Messi, Neymar dan lain-lain.

Demikianlah maka pertandingan-pertandingan sepakbola di Amerika Latin selalu tampak sebagai pertandingan antara para bintang lapangan.

Tim sepakbola Amerika Latin, walau sebagai permainan beregu atau tim tetap saja terlihat peran pimpinan di lapangan berada pada sosok Sang Bintang. Lebih kurang itulah yang terjadi dan dihayati para pecandu sepakbola ketika berlangsung laga Brazil melawan Argentina.

Pertandingan itu terasa dalam aroma adu jago antara Messi versus Neymar, pertandingan antar bintang lapangan.

Agak berbeda dengan kultur sepakbola di Eropa yang pada umumnya terlihat sebagai sebuah pertandingan yang benar benar pertandingan antar tim.

Skill individu para pemain papan atas kesebelasan di Eropa pada umumnya rata-rata berada pada tingkat yang relatif sama. Dengan demikian, maka pertandingan tingkat tinggi di Eropa menjadi ajang adu jago para pengasuhnya dalam hal ini antara pelatih masing masing tim.

Adu cerdas para pelatih dalam mengatur strategi dan mengemas teknik dan taktik sebelum dan sepanjang pertandingan berlangsung.

Demikianlah maka, laga final dini hari tadi terlihat sebagai pertandingan “adu lihai” antara Roberto Mancini Versus Gareth Southgate.

Sepakbola belakangan ini memang sudah sangat maju sekali kualitasnya, sehingga pertandingan yang berlangsung sudah tidak lagi terbagi para pemainnya sebagai pemain depan atau pemain belakang.

Dalam banyak turnamen bahkan para pencetak gol tidak lagi diperankan oleh pemain penyerang, akan tetapi banyak yang dilakukan oleh bek atau para pemain belakang.

Sepakbola sudah menjelma menjadi pertandingan yang total sifatnya. Sepakbola sudah terlihat mirip dengan pertandingan bola basket.

Semua pemain menyerang dan sekaligus pada saatnya semua pemain bertahan, sementara penjagaan masing masing pemain sudah menganut “man to man marking”.

Italia melawan Inggris pada piala Eropa dini hari tadi benar-benar telah menjadi sebuah laga yang dramatis. Program pelatih Inggris Southgate “Football is coming home” buyar berantakan dalam adegan adu penalti di Wembley Stadium.

Apapun yang telah berlangsung dalam perjalanan sejak awal pertandingan hingga perpanjangan waktu sampai adu penalti tidak dapat dilepaskan dari bagaimana masing masing pelatih berperan dalam mengatur strateginya.

Di sinilah kejelian Roberto Mancini dan Gareth Southgate dalam menganalisis kemampuan anak buahnya, sekaligus mencari titik lemah pemain lawan.

Sekali lagi tidak sama dengan yang terjadi dalam final Copa America dimana laga yang terjadi tampak dipermukaan sebagai sebuah ajang adu jago antara Lionel Messi melawan Neymar.

Dua pertandingan final yang sangat menarik dan mengagumkan telah berlalu, saya sendiri tidak larut dalam membela kesebelasan mana yang akan keluar sebagai juara, karena siapapun yang menjadi juara saya dengan senang hati menyaksikannya.

Persoalan menjadi lain bila kesebelasan Indonesia yang turun bermain berlaga dalam pertandingan final tingkat dunia. Kita semua tentu saja mendambakan hal itu dapat terjadi , entah kapan.

Menutup tulisan ini, bila ada pertanyaan tentang mengapa Italia yang keluar sebagai pemenang dalam kejuaraan piala Eropa, maka jawabannya sederhana sekali, yaitu karena Italia memenangkan adu penalti.

Selamat untuk Argentina dan Italia, sang Juara !

Jakarta 12 Juli 2021
Chappy Hakim

Artikel Terkait