Nasional

Kenang Christianto Wibisono, Pemred Asri Hadi: Beliau Kerap Berkolaborasi dengan Indonews

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 23/07/2021 18:33 WIB

Pengamat Ekonomi Politik Indonesia, Christianto Wibisono (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kamis, (22/7/21) sore, keluarga besar Indonews.id berduka. Sebabnya, salah satu analis ekonomi politik terkemuka di Indonesia, Christianto Wibisono menghembuskan nafas terakhirnya.

Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) itu meninggalkan dunia ini setelah tubuhnya kalah dalam pertarungan melawan corona virus deseases 2019 atau covid-19, tepat pada pukul 17.05 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Kabar duka perihal berpulangnya ekonom Era Presiden kedua RI, Soeharto itu disampaikan langsung oleh putrinya, Astrid Wibisono.

Cerita meninggalnya Chris, begitu ia akrab disapa oleh kawan-kawan dekatnya menjadi kian sedih, lantaran sang putri mengabarkan bahwa kepergian ayahnya tepat sehari menjelang pesta emas atau ulang tahun ke-50 tahun pernikahannya.

Kelurga besar Indonews.id, secara khusus sangat berduka atas peristiwa berpulangnya Christianto Wibisono lantaran sebelum meninggal, ia merupakan kolumnis aktif di Indonews.id dan beberapa kali terlibat berkolaborasi dengan Indonews.id mengadakan beberapa kegiatan kebangsaan.

Sejauh catatan redaksi, dalam seminggu, Chris rerata menghasilkan 3 hingga 4 artikel yang dipublikasikan di Indonews.id dengan analisis-analisisnya yang khas berdasarkan pada kekuatan data, serta visi besar tentang Indonesia di masa akan datang.

Pemimpin Redaksi Indonews.id, Drs. Asri Hadi, MA mengatakan Christianto Wibisono adalah sosok yang sangat cinta akan NKRI.

Hal tersebut bisa ditelisik melalui pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Meskinpun dia dan keluarganya mendapat perlakuan sangat tidak wajar oleh penguasa negeri pada masa lalu.

Bahkan beberapa kali dalam tulisannya, Chris kerap menyebut peristiwa kerusuhan Mei 1998, dimana rumah putrinya Jasmine Wibisono di Pantai Indah Kapuk (PIK) adalah 1 dari 80 rumah yang dibakar dan 500 yang dijarah.

"Pak Chris sosok tanpa dendam. Terlepas dari pengamalan kelam masa lalu yang dihadapinya atas perlakukan penguasa negeri ini, ia gigih memberikan pandangan tentang Indonesia negara adidaya nomor 4 di dunia di masa depan," kata Asri Hadi.

Christianto Wibisono, tambah Asri Hadi, beberapa tahun terakhir, kerap berkolaborasi dengan Indonews.id menyelanggarakan berbagi kegiatan-kegiatan kebangsaan.

"Selain aktif menjadi kolumnis di Indonews, yang merupakan hobi dan kebiasaan sejak dulu, pak Chris juga kerap berkolaborasi dengan Indonews.id mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan kebangsaan," tutur Asri Hadi.

Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi (kemeja puith) bersama Pendiri PDBI, Christianto Wibisono (kemeja lengan panjang) (Foto: Ist)

Sebelum meninggal, lanjut Asri Hadi, Christianto Wibisono merampungkan buku terakhirnya berjudul "Kencan Dinasti Menteng". Sebelum diterbikan, bagian-bagian ini dipublikasikan di Indonews.id dalam beberapa sub tema.

"Selamat jalan Pak Chris. Semoga warisan buah-buah pemikirannya dapat menjadi patokan bagi para pejabat di negeri ini dalam mengambil kebijakan. Sehingga setiap kebijakan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia," tutup Asri Hadi.

Sosok Christianto Wibisono

Semasa hidupnya, Christianto dikenal sebagai penulis dan kolumnis di sejumlah media cetak seperti di Harian Umum Suara Pembaruan. Selama hampir tiga tahun terakhir, Christianto Wibisono aktif menjadi kolumnis di Indonews.id.

Awal kariernya adalah menjadi penulis di suratkabar yang diterbitkan oleh Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia bernama Harian KAMI yang terbit perdana 18 Juni 1966.

Christianto Wibisono atau Oey Kian Kok lahir di Semarang, Jawa Tengah, 10 April 1945. Ia adalah seorang analis bisnis terkemuka di Indonesia.

Christianto juga dikenal sebagai pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) pada 1980. Awal kariernya adalah menjadi penulis di suratkabar yang diterbitkan oleh Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) bernama Harian KAMI yang terbit perdana 18 Juni 1966.

Pada tahun 1971, bersama Gunawan Muhammad, ia juga turut menjadi pendiri mingguan Ekspres yang kemudian menjadi cikal bakal majalah Tempo pada 1974.

Ia kembali ke kampus menyelesaikan studi S2 di FISIP UI pada 1978. Menjadi Asisten Pribadi Wapres Adam Malik 1978-1983 khusus masalah Dialog Utara Selatan, ketika Adam Malik menjadi anggota Komisi Utara Selatan diketuai mantan kanselir Jerman Willy Brandt.

Pada Kerusuhan Mei 1998, rumah putrinya Jasmine Wibisono di Pantai Indah Kapuk adalah 1 dari 80 rumah yang dibakar dan 500 yang dijarah.

Meninggalkan Indonesia pada 1998 sebagai lobbyist kepentingan Indonesia di Washington DC memantau percaturan diplomasi global di Kongres AS pada Juni 2011 batal masuk reshuffle Kabinet Persatuan Nasional Presiden Abdurrahman Wahid.

Pada 2006, Ia kembali ke Indonesia menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007-2010).

Aktif sebagai Ketua Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia yang menulis kajian Menuju Presiden ke-7 dan Anatomi Presiden ke-7. Terakhir sebelum meninggal, ia menyelesaikan buku berjudul "Kencan Dinasti Menteng".*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait