Nasional

Hikmahanto: Latihan Bersama Garuda Shield Tidak Ciderai Kebijakan Luar Negeri Bebas Aktif

Oleh : very - Jum'at, 06/08/2021 08:57 WIB

Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD) Jenderal Andika Perkasa (kanan) berbincang dengan Komandan Tentara Angkatan Darat Amerika (US Army) Asia Pasifik Jenderal Charles A Flynn (kiri) saat menghadiri pembukaan Latihan Bersama Garuda Shield ke 15/2021 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) TNI AD di Baturaja, OKU, Sumatera Selatan, Rabu (4/8/2021). Latihan bersama yang digelar di tiga daerah yaitu Baturaja, OKU, Sumsel, Makalisung, Minahasa Utara, Sulut dan Amborawang, Kukar, Kalimantan Timur tersebut merupakan yang terbesar dalam sejarah kerja sama militer Angkatan Darat kedua negara dengan melibatkan 2.246 personel TNI AD dan 2.282 personel US Army. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.

Jakarta, INDONEWS.ID -- Latihan bersama antara TNI AD dan US Army dengan nama “Garuda Shield” telah berakhir dengan sukses.

Menurut Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, bagi Indonesia yang menjalankan politik luar negeri bebas aktif tentu latihan bersama tidak dapat dimaknai seolah Indonesia lebih mendekat dengan Amerika Serikat (AS) dibanding negara lain, utamanya China.

“Politik luar negeri bebas aktif harus dimaknai sebagai Indonesia berteman dengan semua negara dan menerima berbagai tawaran dari negara manapun sepanjang tidak menciderai kepentingan Indonesia. Politik luar negeri Indonesia harus mengabdi pada kepentingan nasional,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (6/8).

“Dalam konteks demikian Garuda Shield yang merupakan latihan bersama Angkatan Darat Indonesia dan AS tidak dapat dimaknai sebagai Indonesia condong ke AS. Bahkan merupakan persepsi yang salah bila Garuda Shield dianggap menciderai politik luar negeri bebas aktif,” sambungnya.

Seperti diketahui, belakangan memang AS dan China terlibat persaingan untuk mendapatkan dominasi di berbagai belahan dunia, namun lebih intensif di Laut China Selatan.

Indonesia bagi AS dan China menjadi negara kunci untuk diperebutkan karena nilai strategis dalam banyak aspek.

Dalam posisi demikian Indonesia mendapat banyak tawaran yang datangnya dari kedua negara yang memperebutkannya, mulai dari hutang luar negeri, pemberian vaksin gratis hingga latihan bersama antar militer.

Menyikapi tawaran tersebut, Indonesia, kata Hikmahanto, diharapkan tidak condong ke salah satu pihak.

“Bagi Indonesia tentu tawaran-tawaran yang diberikan tidak perlu ditolak, justru harus diterima dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan nasional,” katanya.

Sebagaimana ditegaskan oleh Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa bahwa tujuan utama dari latihan bersama ini adalah agar prajurit AD yang terlibat dapat mengembangkan jejaring mereka dengan para prajurit AS, disamping tentunya saling menimba pengalaman dan pengetahuan teknik berperang. (*)

Artikel Terkait