Bisnis

Jor-joran Impor Pangan, Pemerintah Ngutang Bulog Rp 4 Triliun

Oleh : very - Rabu, 01/09/2021 15:27 WIB

Presiden Joko Widodo bersama Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso. (Foto: Twitter Bulog)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan bahwa pemerintah masih berutang kepada perusahaan tersebut. Utangnya tidak tanggung-tanggung mencapai Rp4 triliun yang belum dibayar hingga kini.

Utang tersebut, kata Budi, merupakan penugasan negara kepada Bulog terkait pengadaan impor beras dan disposal 20.000 ton.

Impor beras yang dimaksud berupa pemenuhan stok cadangan beras pemerintah (CBP) pada tahun-tahun sebelumnya. Sementara disposal 20.000 ton dengan nilai Rp173 miliar.

"Sampai saat ini utang negara kepada Bulog itu hampir Rp4 triliun belum terbayar. Saya sampaikan disposal 20.000 ton lalu sampai saat ini belum ada pembayarannya. Negara punya utang ke kami Rp 173 miliar dari situ (disposal)," ujar Buwas, Selasa (31/8/2021).

Menanggapi hal tersebut, ekonom senior Dr. Rizal Ramli mengatakan hal itu terjadi karena pemerintah jor-joran melakukan impor pangan setiap tahun.

“Kerugian negara akibat quota impor pangan jor-joran itu puluhan triliun setiap tahunnya,” ujarnya melalui akun Twitter, @RamliRizal, dipantau di Jakarta, Rabu (1/9).

Untuk itu, mantan Menko Perekonomian ini juga meminta pemerintah agar mengganti sistem quota dengan sistem tarif.

“Sistem quota yang hanya menggantungkan kartel impor pangan harus diganti dengan sistem tarif. Biaya bunga untuk stabilisasi harga pangan (stock management) harusnya dibayar negara,” ujarnya.

Seperti dikutip Okezone.com, Budi Waseso menyebutkan bahwa pengadaan atau pembelian beras impor yang dilakukan Bulog justru menggunakan pinjaman bank. Buwas menyebut hingga saat ini bunga pinjaman terus berjalan.

Di sisi lain, stok beras impor sejak 2018 lalu masih tersedia. Untuk menjaga mutunya tetap terjaga manajemen pun mengeluarkan biaya perawatan. Namun sudah bertahun-tahun beras pun turun mutu.

Buwas menegaskan, selama tiga tahun belakangan CBP hasil impor sudah turun mutu. Tentu, kualitas beras yang rendah akan membuat harganya anjlok saat di jual di pasaran.

"Nah ini termasuk juga beras yang kita beli itu sudah menahun, perawatannya mahal, karena itu kita rawat dengan biaya yang tinggi sedangkan kualitasnya pasti turun. Kita jual nggak mungkin harga mahal, karena kemarin kita cek ke lab dan kita taksir berapa nilainya kalau itu dijual murah," ujarnya.

Kondisi tersebut, menurut Budi, membuat perusahaan pelat merah itu membukukan kerugian. Meski demikian, Buwas tidak merinci beberapa kerugian yang dialami Bulog

"Sementara kalau kita itung-itung ini kita rugi terus Pak, jadi soal kerugian Bulog ini rugi," pungkasnya. ***

Artikel Terkait