Nasional

Megawati dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo Hadiri Acara Peluncuran Buku `Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan`

Oleh : very - Minggu, 07/11/2021 09:37 WIB

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Kapolri, Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si dijadwalkan menghadiri acara peluncuran buku “Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan” di Balai Sarwono, kawasan Jeruk Purut, Jalan Madrasah Nomor 14, Jakarta Selatan, Minggu siang (7/11). (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Kapolri, Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si dijadwalkan menghadiri acara peluncuran buku “Dunia Hoegeng, 100 Tahun Keteladanan” di Balai Sarwono, kawasan Jeruk Purut, Jalan Madrasah Nomor 14, Jakarta Selatan, Minggu siang (7/11).

Presiden kelima dan Kapolri akan memberi sambutan dalam acara tersebut. Hadir sebagai pembicara dalam acara tersebut yaitu Mayjen Pol (Purn) Sidarto Danusubroto, Wantimpres sekaligus sabahat Pak Hoegeng, Forouk Arnaz, penulis buku, dan Adytia S. Hoegeng, perwakilan keluarga Pak Hoegeng. Acara diskusi peluncuran buku dipandu oleh Pengamat Sosial Politik dan Militer sekaligus Pemimpin Redaksi Indonews.id, Drs Asri Hadi, dan pembawa acara oleh Ferdy Hasan.

Selain itu, acara lauching buku ini juga dihadiri oleh para tokoh nasional di antaranya, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, (Menkopolhukam) Mahfud Md, Komjen Arief Sulistyanto, mantan Wakapolri, Komjen (Purn.) Drs. Nanan Soekarna dan sejumlah tokoh lainnya.

Kehadiran buku "Dunia Hoegeng: 100 Tahun Keteladan" menjadi sebuah harapan klalayak Indonesia kepada institusi kepolisian dan para anggotanya untuk meneladani kebaikan, kejujuran dan integritas Jenderal Hoegeng.

Di dalam buku ini, mantan Kapolri yang bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso itu kerap disebut sebagai panutan bagi institusi Polri. Buku ini mengambarkan secara jelas bagaimana ia menjaga integritasnya sehingga menjadikannya sebagai polisi sejati, yang menjalankan amanah sesungguhnya.

Dalam buku setebal 339 halaman karya wartawan senior Farouk Arnaz itu, selama karirnya, Jenderal Hoegeng digambarkan sebagai manusia langka yang belum ada padanannya dari dulu hingga kini.

Betapa tidak, sejumlah posisi strategis dan basah pernah dijabatnya. Namun ia mampu mempertahankan prinsip, menjaga integritas, dan dedikasi. Itulah warisan yang ditinggalkannya: keteladanan.

Keteladanan Jenderal Hoegeng sebagai polisi sudah mencapai titik paripurna. Bahkan ia tak sendiri, ia juga mengajak serta keluarganya untuk terjun memasuki kehidupan yang penuh idealisme dan antikompromi yang sesunggunya sangat sulit untuk dijalankan.

Hoegeng tidak mau berkhianat dan berkongsi dengan kebohongan. Ia menjaga nama baik dan bersumpah dengan perbuatan nyata bukan sekadar kata-kata.

Buku ini berisi testimoni orang-orang terdekat Hoegeng, dari ‘dapurya’ Hoegeng-yang tanpa dukungan, keikhlasan, dan pengertian mereka--tentu perjuangan Hoegeng akan lebih berat. Sebab Hoegeng adalah suami, Hoegeng adalah ayah, dan Hoegeng adalah kakek.

Hoegeng, yang lahir di Pekalongan pada 14 Oktober 1921, bukan tipe Kapolri yang hobi main golf – karena tidak mampu beli stik. Dia juga tidak mampu membeli rumah dan mobil pribadi dan akhirnya pensiun dini menjelang usia 50 tahun setelah dicopot sebagai Kapolri.

Buku ini adalah bagian dari merayakan 100 tahun Hoegeng untuk merayakan keteladanan, merayakan kejujuran dan merayakan kebenaran. ***

 

Artikel Terkait