Nasional

Temui Pimpinan PBNU, Jenderal Dudung Bahas Ini dengan Said Aqil

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 06/12/2021 21:45 WIB

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman dan Said Aqil Siroj (Foto: Instagram @nahdlatululama)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kepala Staft TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman diketahui bertemu dengan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj.

Moment pertemuan keduanya diketahui dari unggahan di akun Instagram Nahdlatul Ulama seperti dilihat Senin (6/12/2021). Said Aqil dan Dudung tampak berada di sebuah ruangan. Dudung terlihat menyimak Said Aqil yang sedang berbicara.

Di unggahan lainnya, ada juga Dudung dan Said Aqil bersama sejumlah pengurus PBNU dan Dubes Amerika untuk Indonesia Sung Y Kim. Sung Y Kim dan sejumlah konsulat yang menemani ditemui langsung Said Aqil di ruang kerjanya.

"Dalam pertemuan, kedua pihak bersepakat memperkuat kerjasama dalam isu pendidikan dan perdamaian dunia. Ke depan, Dubes AS bersama Nahdlatul Ulama mengaku siap memberikan perhatian terhadap isu perdamaian dan kemerdekaan di Timur Tengah, khususnya Palestina," tulis akun Instagram @nahdlatululama.

"Pada bagian lain, Ketum PBNU juga mengajak Kim sebagai representatif AS untuk menjadikan terorisme dan narkoba sebagai musuh bersama, khususnya di Indonesia," lanjut akun tersebut.

Kembali ke pertemuan Said Aqil dan Dudung. Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini mengatakan pertemuan tersebut merupakan silaturahmi dalam rangka menjaga NKRI.

"Silaturrahmi: komitmen menjaga NKRI & terus menghidupkan moderasi beragama," ujar Helmy.

Saat ditanya mengenai apakah pernyataan Dudung soal `jangan terlalu dalam mempelajari agama` dibahas dalam pertemuan tersebut, Helmy tak menjawab gamblang. Dia kemudian mengungkapkan tiga poin terkait heboh pernyataan Dudung tersebut.

"1. Kami sudah bertemu secara langsung, Jenderal Dudung menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah jangan belajar agama terlalu dalam secara sendiri tanpa bimbingan guru. 2. Belajar agama harus dibimbing oleh seorang guru agar pemahaman dan juga sanad/transmisi keilmuan terjaga serta terhindar dari pemahaman-pemahaman yang keliru," ujar Helmy.

"3. Yang beliau sampaikan tentu dalam konteks membangun spirit moderasi beragama. Maka, saya rasa ini sangat baik dalam konteks berbangsa dan bernegara," sambung Helmy.*

Artikel Terkait