Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah kembali dan terus memperbaharui data terkait perkembangan kasus Corona di Indonesia. Per hari ini Minggu (16/1/2022) Satgas Penanganan COVID-19 melaporkan ada tambahan 855 kasus positif COVID-19 di Indonesia.
Untuk diketahui, data perkembangan penyebaran COVID-19 ini diperbarui setiap hari dengan cut off pukul 12.00 WIB. Dengan tambahan 855 kasus harian ini, Indonesia diprediksi kembali menghadapi serangan ketiga kasus covid-19.
Menyikapi hal ini, Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama angkat bicara. Ia lantas menyarankan beberapa hal sebagai langkah jitu bersifat preventif dan antisipatif menghadapi serangan ketiga covid-19 di Tanah Air.
Pertama, pemerintah segera memberlakukan pembatasan sosial atai social distancing. Dalam pembatasan sosial ini, masyarakat melakukan apa yang disebut "now normal" sebagai bentuk perkembangan baru dari "new normal"
Selain itu, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini menegaskan agar pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakar (PPKM) berdasarkan levelnya.
"Pembatasan sosial. Masyarakat melakukan `now normal` sebagai bentuk dari `new normal`. Pemerintah melakukan PPKM sesuai levelnya," kata Prof Tjandra.
Kedua, pemerintah harus serius melakukan Test dan Trace (2T). "Test and trace masyarakat agar melakukan test kalau curiga kontak, atau ada gejala. Pemerintah juga harus meningkatkan jumlah test dan trace," bebernya.
Ketiga adalah vaksinasi. Menurutnya, 44% penduduk dan 55% lansia yang belum divaksinasi karena kekurangan stok vaksin, agar harus segera divaksin.
"Untuk yang sudah dapat kesempatan booster, maka segera lakukan," tegas alumnus SMA Negeri 3 Teladan Jakarta ini.
Keempat adalah persiapan layanan kesehatan, baik primer, sekunder dan tertier.
Kelima adalah sumber informasi terpercaya. Pemerintah diharapkan menyiapkan informasi seputar covid-19 bisa diakses masyarakat.
Kemudian kepada masyarakat, ia mengimbau, agar pandai memilah dan memilih informasi di media sosial dari sumber-sumber yang terpercaya dan kebenerannya dapat dipertanggungjawabkan.
"Kelima. Dapatkan informasi yang benar dari sumber yang terpercaya, seperti media online Indonews.id dan lain-lain," tutupnya.
Sosok Prof Tjandra Yoga Aditama
Semenjak pensiun dari Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE ditunjuk menjadi diplomat WHO yakni sebagai Direktur Penyakit Menular WHO South-East Asia Region.
Untuk karir diplomatiknya sebagai Direktur Penyakit Menular WHO South East Regional Office, Prof Tjandra berkantor di New Delhi, India.
Prof Tjandra Yoga Aditama lahir pada tahun 1955 dan lulus dokter di Jakarta pada tahun 1980. Ia kemudian mengabdi pada sebuah Puskesmas di Riau selama 3 tahun dan kembali ke Jakarta pada 1983.
Pada tahun 1984 sampai 2007, Tjandra Yoga Aditama bertugas di bagian Pulmonologi Fakulutas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Rumah Sakit Persahabatan.
Di kedua lembaga ini, ia menapaki karir mulai dari menjadi asisten ahli hingga dikukuhkan menjadi seorang Profesor atau Guru Besar.
Kemudian sejak 2007 sampai 2014, Tjandra Yoga Aditama ditugaskan di Departemen (Kementerian) Kesehatan melewati masa kepemimpinan 4 orang Menteri sebagai Direktur Jenderal (Dirjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan selama 6 tahun.
Karir birokrat di Kementerian Kesehatannya yang terakhir adalah sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Alumnus SMA Negeri 3 Teladan Jakarta angkatan 1973 ini juga merupakan Direktur Pasca Sarjana Univ YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada tahun ini, Profesor Tjandra juga terpilih menjadi member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama juga tercatat sebagai Komisaris Utama PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), emiten yang bergerak dibidang peralatan dan perlengkapan medis berteknologi tinggi (HiTech Healthcare Solutions).*(Rikard Djegadut).