Nasional

Penting! Chairman ITF Bicara Shifting Perspektif Pariwisata hingga Wisata Halal Dongkrak Ekonomi Nasional

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 26/01/2022 18:39 WIB

Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) dan Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Dr. Sapta Nirwandar, SE (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pandemi Covid-19 memaksa dunia bertransformasi lebih Cepat. Berbagai Strategi pun dilakukan Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga fleksibilitas APBN Hingga melanjutkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di tahun 2022.

Strategi `gas-rem" hingga percepatan program vaksinasi terus dilakukan sebagai salah satu upaya utama pengendalian pandemi. Inflasi global, krisis energi, hingga transformasi digital menunjukkan bahwa dunia masih berada di fase ekspansi.

Salah satu sektor unggulan pemerintah dalam pemulihkan ekonomi national selain pertanian adalah pariwisata. Dalam Indonesia Economic Outlook 2022, Chairman Indonesia Tourism Forum (ITF) Dr. Sapta Nirwandar, SE mengatakan perspektif pariwisata Indonesia harus di-shifting.

"Perspektif pariwisata kita harus shifting. Pertama, kebijakan tentang vaksin kita sudah OK. Vaksin the booster, protokol kesehatan, travel bubble, juga tentunya trip tourism semakin ditingkatkan, namun digital tourism juga harus, national brand destination juga penting," kata mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ini seperti dikutip media ini, Rabu (26/1/22).

Dikatakan mantan Sekretaris Jendral Departemen Kebudayaan dan Pariwisata ini, destination managemen, khususnya physical managemen juga penting. Seperti Turki yang hanya nenerapkan syarat PCR dan bukti vaksin bagi wisatawan. Atau kebijakan sunblock di Phuket, Thailand serta travel bublle Malaysia yang diikuti Indonesia.

"Destination managemen juga penting, khsusunya phisical manajemen. Jadi mudah-mudahan kita mengacu pada kemakmuran, tapi tidak menutup atau pembatasan: lokal maupun global. Jadi mestinya Bali juga bisa ikut seperti Sunblock untuk beberapa destinasi yang sama kualitasnya di Phuket, Thailand," ujar eks Seketaris Jendral Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan ini.

Lulusan Institut International Administration Publique (IIAP) Paris ini juga meminta pemerintah untuk menjaga travel tren, utamanya para wisman yang cancel berkunjung ke Indonesia pada tahun sebelumnya. Sapta berharap agar para wisman tersebut melakukan rebook atau pemesanan ulang.

"Kemudian terkait travel tren, saya ingin menyampaikan bahwa kita harus menjaga agar rebook setelah cancel di 2020 itu. Seperti umroh, itu juga bagian dari rebook. Mudah-mudahan banyak yang cancel, kemudian rebook dan balik lagi ke Indonesia nanti," ungkap peraih gelar Doktor dari Universitas Paris IX-Dauphine, Paris ini.

Sosok kelahiran Lampung 1954 ini juga mendorong pemerintah terkait implementasi konkrit dari Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) dalam industri pariwisata di Tanah Air. Sebab menurutnya, MICE sangat baik mendongkrak pariwisata di Indonesia.

"MICE ini menurut saya dampaknya terhadap ekonomi lumayan baik. MICE di Indonesia memang sudah ada, namun saat pandemi covid-19, semuanya stuk. Mudah-mudahan dihidupkan kembali pada 2022 ini," beber peraih penghargaan Satyalancana Wira Karya ini.

Lebih lanjut, Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) ini juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan wisata halal. Menurutnya, wisata halal mengacu pada pelayanan yang diterima oleh para wisatawan, bukan pada destinasi.

"Ya, wisata halal adalah wisata untuk para pelancong muslim yang membutuhkan services agar mereka bisa makan, bisa beribadah. Itu aja. Jadi bukan merubah satu destinasi menjadi halal. Jadi bicara wisata halal yang diharapkan bukan destinasinya melainkan pelayanan yang diterima wisatawan," jelas penerima Satyalancana karya 10 tahun ini.

Pria yang pernah menempuh pendidikan di Ecole Nationale Administration (ENA), Paris ini berharap ke depannya tidak ada lagi orang yang ingin mempelintir soal penerapan wisata halal. Sebab hal itu dapat mengurangi produktifitas. Padahal wisata halal menjanjikan pendapatan yang besar bagi Indonesia.

"Jadi jangan sampai dipelintir sehingga kita tidak produktif. Sebab wisata halal itu lumayan besar. Ini pemain globalnya banyak. Di Paris, halal hotel itu by request. Jadi tidak semua dihalalkan, tapi kalau diperlukan bisa di-request. Di Phuket ada, Korea dan Inggris juga ada," tutur mantan Sekretaris Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata ini.

"Namun yang jelas dari semua rencana ini, dibutuhkan kolaborasi semua pihak. Tidak bisa hanya pusat saja atau daerah saja. Harus berjemaah," tutup pemegang Universal Academic Star dengan gelar EMINENCIA oleh Obra Mundial Pro Humanidad Solidaria di Argentina ini.

Dihubungi secara terpisah, pemimpin Redaksi Indonews.id, Drs. Asri Hadi, MA menyampaikan bahwa Sapta Nirwandar adalah salah satu tokoh terkemuka di Indonesia dalam bidang pariwisata. Sehingga, masukannya dapat menjadi rujukan bagi para pengambil kebijakan.

"Selamat dan terima kasih kepada Dr. Sapta karena telah berbagi untuk Indonesia terkait pariwisata. Semoga bermanfaat bagi kemajuan Indonesia," kata Dosen Senior Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) ini.

Profil singkat:

Nama:
Sapta Nirwandar

Lahir:
Tanjung Karang, Lampung 13 Mei 1954

Pendidikan:
Fakultas Ekonomi Unpad, Bandung 1978
Institut International Administration Publique (IIAP) Diploma, Paris,1982-1983
Pasca sarjana Universitas Paris-I-Sorbonne, Paris, 1985
Ecole Nationale Administration (ENA), Paris, 1988
Doktor Universitas Paris IX-Dauphine, Paris, 1988

Pengalaman Kerja:
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014)
Sekretaris Jendral Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2005-2011)
Sekretaris Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (2001)
Sekretaris Jendral Departemen Kelautan dan Perikanan (2001)
Seketaris Jendral Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan (1999)
Asmenko IV Bidang Kelembagaan, Menkowasbang PAN (1998)
Asmenko Bidang Kelembagaan Meneg PAN (1997)
Asmen I Bidang Kelembagaan Meneg PAN (eselon I a) (1997)
Plt. Kepala Dir. Pengembangan SDM, Bapedal (1995)
Kepala Dt.Pengembangan pada Deputi Bidang Kelembagaan dan Peniningkatan
Kapasitas Bapedal (eselon II a) (1995)
Kepala Biro Umum Set.Meneg PAN (eselon II a) (1991)
Kabag Data dan Laporan Set.Meneg PAN (eselon III a ) (1989)
Kasubag Perlengkapan (eselon IVa) (1981)
Kepala Seksi Keuangan (eselon IVa) (1980)

Penghargaan:
Satyalancana karya 10 tahun (1997)
Satyalancana Wira Karya (1998)
Universal Academic Star dengan gelar EMINENCIA oleh Obra Mundial Pro Humanidad Solidaria di Argentina (2004).*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait