Nasional

Vice Chairwoman IHLC Beberkan Peluang dan Tantangan bagi Modest Fashion di Pasar Lokal dan Global

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 21/09/2022 13:15 WIB

Vice Chairwoman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Jetty Rosila Hadi

Jakarta, INDONEWS.ID - Vice Chairwoman Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Jetty Rosila Hadi menyampaikan Indonesia merupakan rumah bagi pasar produk halal terbesar di dunia. Hal ini didukung oleh jumlah penduduk muslim yang per 2020 menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Hal ini dikatakannya dalam seminar bertema "Trend Forecasting Modest Fashion: How to Create Modest Fashion Trend" yang berlangsung secara luring di Holiday Inn, Bandung pada Rabu (21/9/22) dan secara online melalui aplikasi meeting zoom.

Dengan jumlah yang fantastik ini, kata wanita yang akrab disapa Ibu Tila ini, membuka ruang bagi tumbuhnya industri halal. Salah satunya adalah sektor modest fashion atau busana sopan.

"Jumlah pembelanjaan atau pengeluaran domestik masyarakat Indonesia di seluruh ekonomi halal mencapai $184 miliar pada tahun 2020 dan diproyeksikan akan meningkat," kata Tila mengutip data Indonesia Halal Market Report 2021/2022.

Lebih lanjut, Ibu Tila mengungkapkan, pembelanjaan yang mencapai $184 miliar ini cukup untuk mempresentasikan kekuatan konsumen Indonesia sebagai pasar halal terbesar di dunia. Sayangnya, angka yang besar ini masih menempatkan Indonesia sebagai konsumen produk halal. Tila berharap ke depan Indonesia produsen produk halal.

 

 

"Berdasarkan Global Muslim Spending on Halal Sectors 2022, dana yang dihabiskan untuk sektor fashion - modes fashion - mencapai $295 billion. Dan pada 2025 diperkirakan naik menjadi $375 bilion," kata Tila dalam paparannya mengutip data dari State of the Global Islamic Economy Report.

Ibu Tila menjelaskan alasan konsumen menyukai modes fashion atau busana sopan. Pertama menurutnya, populasi Muslim tumbuh positif setiap tahun. Kedua, berbusana Muslim (menutup aurat) wajib bagi muslim.

"Kewajiban inilah yang mendorong berkembangnya industri fashion, utamanya modest fashion. Selain itu, modest fashion merupakan sebuah tren, gaya hidup, menjadi perlengkapan ibdadah dan sesuai kaidah," bebernya.

Selain itu, karena semangatnya adalah busana sopan, fashion muslim tidak hanya diminati oleh kalangan muslim, tapi juga dari latar belakang agama dan budaya yang lainnya.

Lebih lanjut Ibu Tila mengungkapkan, pembelanjaan konsumen Indonesia pada 2020 mencapai $184 miliar. Hal ini cukup untuk mempresentasikan kekuatan konsumen Indonesia sebagai pasar halal terbesar di dunia. Sayangnya, angka yang besar ini masih menempatkan Indonesia sebagai konsumen produk halal. Tila berharap ke depan Indonesia produsen produk halal.

"Maka dari itu kita harus terus berusaha, terus berkumpul terus belajar supaya kita tidak hanya menjadi konsumen tapi menjadi produsen."

Berdasarkan data per 2020, setidaknya ada tiga area peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menjadi produsen halal, utamanya di bidang fashion. Pertama nilai ekpor produk halal Indonesia ke AS mencapai $8 miliar.

"Sementara substitusi inpor mencapai $10 miliar. Selanjutnya, pertumbuhan FDI terus membaik. Investasi di halal economy sektor di Indonesia nilainya mencapai $5 milir," imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Ibu Tila juga membagikan beberapa tantangan pasar Modest Fashion baik nasional maupun global. Pertama, terang Tila, tentunya akan bersaing dengan produsen-produsen yang sudah memiliki brand kuat. Maka dari itu, para designer dituntut untuk melakukan penguatan terhadap simpul-simpul utama di seluruh rantai pasokan.

"Menciptakan ketersedian bahan baku juga menjadi tantangan. Alhamdulilah, persatuan tekstil seluruh Indonesia kita saling bergandengan tangan, berbagi informasi, kita saling bekerjasama. Tinggal kita bagaimana mengoptimalkannya," tukasnya.

Berikutnya adalah membangun ketahananan ekonomi. Jadi seseorang baru bisa belanja jika ekonominay baik dan maju.

Tantangan selanjutnya adalah membangun kemudahan berjejaring dan bertukar informasi antar produsen fashion.

Melakukan promosi produsen pemula lewat showcase expo berkala. Kemudian melakukan pemograman rantai jenjang pendidikan dan pelatihan.

"Terus juga pengemasan, serta menjaga keselaran antara alam, manusias dan lingkungan juga profit," tutupnya.

Hadir dalam acara ini antara lain Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Adie R. Pandiangan yang memberikan Opening Speech.

Hadir juga sebagai narasumber antara lain Fitriani Kuroda selaku Direktur Utama PT. Milangkori Persada, Deden Siswanto, seorang Fashion Designer dan Vice Chairman IFC serta Irna Mutiara selaku Muslim Fashion Designer dan Founder Islamic Fashion Institute. Acara dimoderatori oleh Rizal Tanzil Rakhman dari PT.Pan Brother Tbk.

Artikel Terkait