Nasional

Hikmahanto: Serangan Rusia Berhenti di Saat Presiden Ukraina Berhasil Diturunkan

Oleh : very - Sabtu, 26/02/2022 19:38 WIB

Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal A. Yani. (Foto: Pikiran Rakyat)

Jakarta, INDONEWS.ID --- Serangan Rusia atas Ukraina akan berhenti saat Rusia berhasil menurunkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Hal itu diungkapkan oleh Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu (26/2).

Pasalnya, tujuan awal Rusia menyerang Ukraina, menurut Hikmahanto, adalah dalam melaksanakan pakta pertahanan dengan dua republik yang berpisah dari Ukraina pasca dua republik diakui oleh Rusia pada tanggal 22 Pebruari lalu.

Namun saat ini Rusia telah menyerang Ibu Kota Ukraina, Kiev dengan tujuan utama Presiden Zalensky akan meyerahkan diri atau ditangkap.

“Modus ini mirip dengan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam upaya menurunkan Saddam Hussein sebagai Presiden Irak,”  ujar Rektor Universitas Jenderal A Yani ini.

Hikmahanto mengatakan Presiden adalah wujud nyata dari sebuah negara. Presiden pun menjadi pejabat tertinggi pembuat kebijakan di suatu negara.

Bagi Rusia, Presiden Zalensky dianggap sangat tidak berpihak pada Rusia dan justru sangat berpihak pada negara-negara Eropa Barat dan AS.

“Serangan Rusia juga dapat dihentikan oleh Presiden Putin melalui negosiasi yang saat ini sedang diupayakan. Besar kemungkinan tuntutan dari Rusia dalam negosiasi tersebut adalah mundurnya Presiden Zalensky dan digantikan dengan figur yang dapat terima oleh Rusia,” katanya.

Namun demikian perang dapat terus berlanjut dan bereskalasi besar bila NATO mengambil keputusan untuk melibatkan diri dan membantu Ukraina dalam menyerang balik Rusia.

Karena itu, katanya, bila hal ini terjadi maka PD III dapat dipastikan berada diambang pintu mengingat Putin dalam pernyataannya tidak sungkan-sungkan untuk menggunakan senjata nuklir yang dimiliki.

“Situasi itu yang besar kemungkinan menjadi pertimbangan bagi NATO untuk tidak membantu Presiden Zalensky menghadapi serangan Rusia,” ujarnya. ***

 

Artikel Terkait