Daerah

Patung TB Muslihat di Taman Topi Bogor Dirobohkan

Oleh : indonews - Kamis, 12/05/2022 19:17 WIB

Patung Kapten Tubagus Muslihat. (Foto: Ist)

Bogor, INDONEWS. ID - Masyarakat Bogor akan ingat dengan jelas pahlawan heroik mereka saat masa penjajahan. Dialah TB Muslihat.

Atas jasanya yang besar ini, berdirilah patung Kapten Muslihat yang berada dalam Taman Topi Bogor.

Patung yang menghadap langsung ke Jalan Kapten Muslihat tepat didepan Mapolresta Bogor Kota ini kini sudah dirobohkan Pemkot Bogor karena area taman topi kini sudah diubah menjadi Alun-Alun Kota Bogor.

Pemkot Bogor mengaku, akan kembali membuat lagi patung Tb. Muslihat dari bahan perunggu.

Untuk tempatnya yang semula di Taman Topi yang kini jadi alun-alun akan digeser ke pertigaan Jembatan Merah dan Jalan Merdeka, yang dulu namanya Jalan Cikeumeuh.

Dari berbagai buku dan sumber referensi yang dapat dipercaya, Kapten Tubagus Muslihat adalah salah satu pejuang Kota Bogor yang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, terutama dari ancaman tentara Inggris (Gurkha) yang akan menyerang Istana Negara di Kota Bogor.

 

Profil Kapten Muslihat

Dalam berbagai sumber menyebutkan, Tubagus Muslihat adalah putra dari Tubagus Djahanuddin. Ia lahir hari Senin, 26 Oktober 1926 di Pandeglang, Banten. Kelahirannya ditengah pemberontakan Komunis Indonesia terhadap Pemerintah Belanda.

Berbagai sumber menyebutkan, jika Tb. Muslihat pernah menimba ilmu di HIS Rangkasbitung.

Saat duduk di kelas 3, ia lalu pindah ke Jakarta untuk meneruskan sekolahnya di HIS Jakarta dan tamat tanggal, 15 Juli 1940.

Usai lulus dari HIS, Tb. Muslihat melanjutkan  pendidikannya ke Perguruan Nasional Taman Siswa bagian MULO. Namun ia hanya sampai kelas 2 karena banyak faktor yang membuatnya tidak tamat.

Pahlawan heroik Bogor ini lalu bekerja di Bosbouw Proefstation, kini berubah menjadi Balai Penyelidikan Kehutanan yang berada di Gunung Batu, Kota Bogor.

Baru beberapa bulan bekerja, terjadi Perang Pasifik. Belanda menyerah dan Kota Bogor pun jatuh ke tangan Tentara Dai Nippon, Jepang.

Tb. Muslihat pernah juga bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang, Bogor. Kemudian ia pindah bekerja di Jawatan Kehutanan Jakarta.

Saat bekerja Tb Muslihat mendengar seruan untuk menjadi tentara Pembela Tanah Air. Ia sangat antusias. Kesempatan itu tidak di sia-siakan. Ia segera berhenti dari pekerjaannya untuk mendaftarkan diri menjadi Anggota PETA.

Setelah mengikuti berbagai tahapan ia lulus dan diterima. Dari Bogor, Tb Muslihat tidak sendirian. Ia bersama beberapa sahabatnya seperti, Ishak Djuarsa, Tarmat, Bustomi, Abu Umar dan beberapa teman lainnya. Beberapa nama tersebut menduduki jabatan penting di karier militer.

Pada tanggal, 14 Agustus 1945 Jepang “Dai Nippon” menyerah kepada Sekutu karena Jepang dibom yang terkenal dengan “Bom Kota Hiroshima dan Nagasaki.

Berita itu menyeruak ke seantero dunia. Begitu juga di Nusantara. Hingga terdengar di Bogor. Suasana di Bogor tentu saja sangat berubah terutama di kalangan orang Jepang baik sipil maupun militer.

Jepang yang biasanya congkak dan arogan medadak lesu dan seolah tidak berdaya.

Anggota PETA oleh Jepang dikeluarkan di asrama dan tempat latihan. Sebagian diliputi senjatanya.

Tb. Muslihat dan beberapa sahabatnya berhasil mengamankan diri termasuk senjata yang dipegangnya. Tidak hanya pistol, pedang dan beberapa perkakas. Tentunya sebagian tersimpan di Museum Perjuangan Bogor (MPB), sekarang Jalan Merdeka.

Setelah Indonesia merdeka, Tb. Muslihat bersama kawan-kawannya aktif dalam BKR. Dari sinilah mereka bersama organisasi lainnya seperti, AMRI, API, KRIS, PESINDO dan lainnya berjuang mengisi kemerdekaan.

Pergerakan Tb Muslihat dan teman-temannya mampu merampas banyak senjata dari Jepang.

Kapten Muslihat adalah sosok yang tegas. Ia merangkul kawan bukan memukul.

Dalam perjalanan bangsa Indonesia, BKR dibubarkan dan diganti menjadi TKR oleh Jendral Urip Sumohardjo.

Waktu itu, Tb. Muslihat diangkat menjadi Letnan Satu, Komandan Kompi IV Batalyon II TKR.

Tiba di bulan Oktober 1945 situasi Kota Bogor mulai genting. Tentara Inggris yang terkenal, Gurkha, yang dibonceng Tentara NICA (Belanda) juga masuk ke Kota Bogor sebagian sudah ada di kota ini. Penjajah melakukan berbagai cara.

Menurut data yang ada, tentara Inggris menduduki Batalyon XIV karena sudah ditinggalkan tentara Jepang. Lama kelamaan tentara Inggris di Bogor berhasil menduduki banyak wilayah. Tentu saja sudah kentara arogannya.

Kota Paris sekarang dekat wilayah Pendidikan Al-Gozaly mereka rebut, karena di wilayah ini banyak nyonya-nyonya dan anak-anak Belanda dikumpulkan. Suasana Kota Bogor semakin genting hingga diberlakukan jam malam.

Dampak dari arogansi Tentara Inggris maka tanggal, 6 Desember 1945 terjadi pertempuran hebat di Kota Bogor.

Terjadi kontak senjata antara pasukan Kapten Tb. Muslihat dengan tentara Gurkha yang ingin menduduki Istana Bogor.

Maka di sekitar Rel Kereta Api Bogor dekat Toko Matahari atau kini ada KFC terjadi baku tembak.

Pasukan Tb. Muslihat menghalau tentara Inggris agar tidak menyerbu dan hendak menduduki Istana Bogor.

Dengan gagah berani pasukan yang dipimpin Kapten Tb. Muslihat tetap menyerang demi harga diri dan kehormatan Indonesia Merdeka.

Tentu saja peperangan yang tidak seimbang terutama soal logistik dan persenjataan. Pasukan Tb. Muslihat seadanya bermodalkan semangat mempertahankan negara, bangsa dan Tanah Air. Maka teriak yel-yel “Merdeka atau Mati”.

Seiring dengan pertempuran di beberapa tempat hampir bersamaan karena Tentara Inggris rupanya ingin menguasai Bogor karena dianggap kotanya sebagai simbol negara.

Terbukti logo dan bat Kota Bogor banyak simbol negara yang berkearifan lokal. Ada Istana Bogor, ada Burung Garuda, ada Kujang dan Gunung Salak.

Logo dan simbol yang diciptakan oleh Arsitek F. Silaban atas permintaan dan pesanan Presiden Soekarno. Walau saat terjadi pertempuran yang heroik logo dan simbol tadi belum dibuat.

 

Pesan Terakhir

Semangat pejuang 45 dan mempertahankan harga diri suatu anak bangsa, siang dan malam Tb. Muslihat dan pasukannya tidak mengenal lelah juga pantang menyerah hingga darah penghabisan.

Perjuangan yang tak mengenal waktu hingga Kapten Muslihat pun tak menghiraukan istri tercintanya sedang mengandung anak pertamanya.

Akhirnya pada tanggal 25 Desember 1945 Kapten Muslihat bersama anak buahnya betempur. Ikut juga adik Kapten Muslihat, yakni Gustiman.

Kapten Muslihat tiada jemu dan lelah terus menghadang dan berperang dengan tegak berdiri bak Rambo Buitenzorg menyerang tentara Inggris yang menduduki Kantor Polisi di Jalan Banten waktu itu, kini Jalan Kapten Muslihat.

Kantor Polresta Bogor Kota sekarang, dulu adalah Kantor Polwil yang membawahi 5 Polres, sebagai saksi darah bercucur pertempuran di kawasan itu.

Kapten Tb. Muslihat merangkak kemudian berdiri ternyata adiknya Gustiman di belakangnya mengikutinya.

Banyak pasukan musuh tertembak oleh pasukan TB Muslihat. Namun ditengah pertarungan sengit, sebuah peluru jetu meluncur dari pistol musuh hingga merobek perut Kapten Muslihat.

Ia langsung tersungkur ke tanah dengan ususnya terburai. Napas terakhir sang heroik disaksikan sahabat dekatnya, Dokter Marzuki Mahdi.

Nama dokter Marzuki Mahdi diabdikan menjadi nama jalan dan nama rumah sakit.

Pesan Tb. Muslihat saat diangkat dan dibawa ke rumahnya di Panarragan Kidul oleh barisan PMI dan anak buahnya adalah terus berjuang.

Begitu juga pesan terakhir kepada istri tercintanya, agar uang berjumlah Rp600 berupa uang kertas Jepang, diberikan kepada fakir miskin. Begitu juga anak dalam kandungan istri tercinta diberi nama “Merdeka”. Pesan itu disampaikan oleh Kapten Muslihat dan disaksikan oleh sahabat karibnya Dr. Marzuki Mahdi. (yopi)

Artikel Terkait